Materi Ajar Pertemuan 3 4
Materi Ajar Pertemuan 3 4
Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
besarnya rongga berhubungan dengan pengerasan atau nilai penetrasi aspal, makin besar rongga maka makin kecil nilai penetrasi
sebagai hasil terjadinya oksidasi dan polimerisasi aspal.
Asphaltenes merupakan salah satu komponen penyusun aspal yang berwarna coklat tua,
bersifat padat, keras, berbutir dan mudah terurai apabila berdiri sendiri dengan
perbandingan komposisi untuk H/C yaitu 1 :1, memiliki berat molekul besar antara 1000 –
Asphaltenes 100000, dan tidak larut dalam n-heptan. Selain itu asphaltenes merupakan komponen yang
paling rumit diantara komponen penyusun aspal yang lainnya karena ikatan/hubungan
antar atomnysangat kuat.
Senyawa penyusun dari
aspal ASPAL
Maltenes dengan rumus kimia C6H6O6 Maltene terdapat tiga komponen penyusun
Maltenes yaitu saturate, aromatis, dan resin. Dimana masing-masing komponen memiliki
struktur dan komposisi kimia yang berbeda, dan sangat menentukan dalam sifat
rheologi bitumen.
SIFAT ASPAL
Sifat kimia
a. Viskoelastisitas aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat viskoelastis dimana sifatnya akan berubah tergantung
pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelastis aspal penting diketahui untuk menentukan pada
temperatur berapa pencampuran aspal dengan agregat harus dilakukan agar didapatkan campuran yang homogen
dimana semua permukaan agregat dapat terselimuti oleh film aspal secara merata dan aspalnya mampu masuk ke
dalam pori-pori agregat sehingga membentuk ikatan kohesi yang kuat.
Selain itu, pengetahuan tentang sifat viskoelastis aspal juga berguna untuk mengetahui pada temperatur berapa
pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentikan. Bila pemadatan dilakukan pada temperatur dimana
kondisi aspal masih sangat viskos, maka pada saat pemadatan akan terjadi pergeseran campuran beraspal karena
campuran tersebut belum cukup kaku untuk memikul beban dari alat pemadat.
Sebaliknya, bila pemadatan dilakukan pada temperatur yang sangat rendah dimana campuran sudah bersifat
kurang elastis (cukup kaku )maka pemadatan yang diberikan tidak lagi akan menaikan kepadatan campuran tetapi
justru akan merusak atau mungkin menghancurkan campuran tersebut. Hal ini disebabkan karena pada campuran
beraspal yang sudah cukup kaku, agregat pembentuknya sudah terikat kuat oleh aspal dan aspalnya tidak lagi berfungsi sebagai
pelumas untuk relokasi agregat,
a. Penuaan Aspal
Penuaan aspal adalah suatu bahan pengikat yang bersifat organik, oleh sebab itu aspal akan mudah teroksidasi.
Oksidasi yang terjadi akan merubah struktur dan komposisi molekul yang terkandung dalam aspal sehingga aspal
menjadi lebih keras dan getas. Selain oksidasi, pengerasan aspal ini juga disebabkan karena hilangnya fraksi
minyak ringan yang terkandung dalam aspal.
Dua hal inilah yang menyebabkan terjadinya penuaan pada aspal. Penuaan aspal akan terjadi dengan cepat pada
temperatur tinggi. Penuaan aspal yang paling tinggi terjadi selama proses pembuatan campuran beraspal di unit
pencampuran aspal (AMP), selama pengangkutan dan penghamparannya dilapangan. Oleh sebab itu, lamanya
waktu pencampuran aspal dengan agregat di unit pencampuran aspal tidak boleh terlalu lama.
Sifat Fisik
a. Apabila pada suhu rendah, aspal akan padat,sedangkan pada suhu yang tinggi, aspal akan
cair atau lengket.
b. Berwarna hitam kecoklatan.
c. Mempunyai daya ikat yang baik
Sifat Aspal Lainnya
Aspal mempunyai sifat mekanis (Rheologic ), yaitu hubungan antara tegangan (stress ) dan regangan
(strain)dipengaruhi oleh waktu. Apabila mengalami pembebanan dengan jangka waktu pembebanan yang sangat cepat,
maka aspal akan bersifat elastis, tetapi jika pembebanannya terjadi dalam jangka waktu yang lambat maka sifat aspal
menjadi plastis (viscous).
KETENTUAN PENGGUNAAN ASPAL
Ketentuan Untuk Aspal Keras
Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan
temperatur yang terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakirendah atau semakin encer
demikian pula. Umumnya aspal yang digunakan dIndonesia adalah aspal dengan penetrasi 80/100 dan penetrasi 60/70.
Dibawaini merupakan sifat-sifat standar untuk aspal.
Ketentuan Viscositas dan Temperatur Aspal Untuk Pencampuran dan Pemadatan
Fungsi aspal dalam campuran agregat aspal adalah sebagai bahan pengikat yang bersifat visco-elastis
dengan tingkat viscositas yang tinggi selama masa layan dan berfungsi sebagai pelumas pada saat
penghamparan di lapangan sehingga mudah untuk dipadatkan.
Ketentuan viscositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan untuk aspal keras Tipe I dan II
seperti pad tabel 6.3.5.1 pada Spesifilasi Umum 2018
ASPAL MODIFIKASI
Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis dengan
aspal. Modifikasi aspal polimer telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir.
Umumnya dengan sedikit penambahan bahan polimer (biasanya sekitar 2-6% ) sudah dapat meningkatkan hasil
ketahanan yang lebih baik, mengatasi keretakan- keretakan dan meningkatkan ketahanan usang dari kerusakan akibat
umur sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta juga dapat mengurangi biaya perawatan atau
perbaikan jalan.
Bahan aditif aspal adalah suatu bahan yang dipakai untuk ditambahkan pada aspal. Penggunan bahan aditif aspal
merupakan bagian dari klasifikasi enis aspal modifikasi yang yang berunsur dari jenis karet, karet sintetis atau buatan
juga dari karet yang sudah diolah (dari ban bekas), dan juga dari bahan plastik. Penggunaan campuran polimer aspal
merupakan modifikasi yang semakin meningkat tidak hanya karena faktor ekonomi, tetapi juga demi mendapatkan
kualitas aspal yang lebih baik dan tahan lama.
Modifikasi polimer aspal yang diperoleh dari interaksi antara komponen aspal dengan bahan aditif polimer dapat
meningkatkan sifat-sifat dari aspal tersebu
Badan Litbang Kementerian PU (2007), melakukan pengujian dengan menggunakan bahan aditif dengan menggunakan
karet alam untuk meningkatkan mutu perkerasan jalan beraspal sebesar 3 % dari berat aspal minyak dengan hasil
memperbaiki karakteristik aspal konvensional, meningkatkan mutu perkerasan aspal meningkatkan.
TUJUAN DAN SIFAT ASPAL MODIFIKASI
Tujuan Aspal Modifikasi
Sifat-sifat aspal alami yang kurang tahan terhadap keadaan iklim sekitar yang sering membuat aspal lembab dan
mudah rusak
Aspal pada temperatur rendah tidak rapuh/getas sehingga mengurangi potensi terjadinya retak (cracking).
Tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan drainase yang baik untuk mempercepat proses
pengurangan jumlah genangan di aspal.
Mencari sifat aspal yang baru, contohnya aspal yang fleksibel (untuk jalan-jalan yang memiliki tanah yang labil dan
selalu bergerak)
Aspal pada temperatur tinggi lebih stabil sehingga potensi terjadinya alur (rutting) pada perkerasan beraspal dapat
dikurangi.
Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga dicapai kemudahan pelaksanaan penghamparan
sekaligus pemadatannya.
Meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran beraspal.
Meningkatkan ketahanan terhadap abrasi dan lelah (fatique) campuran beraspal.
Meningkatkan ketahanan campuran beraspal dari penuaan dini (ageing).
Mengurangi ketebalan lapisan dan menurunkan biaya sistem pelapisan.
Karena kendaraan yang makin bertambah banyak sehingga di butuhkan aspal yang mampu menahan beban besar.
Aspal modifikasi mulai diperkenalkan di luar negeri lebih dari 15 tahun lalu (Caribit, Cariphalt, Mexphalt, Superphalt
dsb) dengan maksud: mencegah retak pada waktu musim dingin, mencegah deformasi plastis pada beban berat di
musim panas, dan diharapkan akan lebih awet terhadap oksidasi terik matahari
Di Indonesia diperkenalkan pada tahun 1995 (KRTJ di Padang) oleh Shell, dan produksi lokal digelar tahun 1996 di
Jalan Tol Simatupang berupa lapis tipis diatas perkerasan beton semen dengan hasil mencapai umur lebih dari 12
tahun(aspal + latex + selulosa)
Aditif Aspal Modifikasi
Aditif untuk meningkatkan titik lembek
Asphalten, Asbuton, Plastomer, SBS Copolymer dsb.
Aditif untuk menaikkan penetrasi
Malten, Bottom residu, kerosen, solar dsb
Aditif untuk meningkatkan kelengketan
Elastomer, SBR, Recycled TyreRubber, Latex dsb
Sifat Aspal yang Dicampur Aditif
Sifat sifat aspal setelah dicampur Aditif :
•TL naik, Penetrasi turun
•Penetrasi naik, TL turun
•TL naik tinggi, kelengketan hilang
•Semakin tinggi TL harga semakin mahal
TL = tinggi panas permukaan jalan
Spesifikasi Teknis Bina Marga
Dalam spesifikasi teknis Bina Marga 2010 ada 3 jenis aspal modifikasi yang dapat digunakan, yakni Asbuton yang
diproses, Elastomer Alam dan Elastomer Sintetis.
Karena aspal modifikasi bergeser kelazimannya dari aspal biasa maka temperature pencampuran dan temperature
pemadatan harus dicari lagi berdasarkan nilai viskositas yang sesuai untuk pencampuran dan pemadatan,
ASBUTON
Karakteristik Gradasi Aspal buton
1. Butir Asbuton
asbuton (aspal batu buton) adalah aspal alam yang ada di pulau Buton (Indonesia), berbentuk serbuk sampai
bongkahan yang terdiri atas campuran antara mineral dan bitumen
aspal yang dimodifikasi dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang dimodifikasi. (DPU, Direktorat
Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan Asbuton, 2006).
Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat yang dipecah dengan alat pemecah batu
(crusher) atau alat pemecah lainnya yang sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Adapun bahan baku untuk
membuat Asbuton butir ini dapat asbuton padat dengan nilai penetrasi bitumen rendah (<10 mm) seperti asbuton
padat eks Kabungka atau yang memiliki nilai penetrasi bitumen diatas >10 mm (misal asbuton padat eks Lawele),
namun dapat juga penggabungan dari kedua jenis asbuton padat tersebut.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai bahan tambah (aditif) aspal atau
sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal standar siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan
Asbuton modifikasi.
3. Kandungan mineral Asbuton
Kandungan bahan mineral dalam Asbuton terdapat dua unsur utama, yaitu aspal(bitumen) dan mineral. Didalam
pemanfaatannya untuk pekerjaan peraspalan, keduaunsur tersebut akan sangat dominan mempengaruhi kinerja dari
campuran beraspal yang direncanakan.
Hasil pengujian fisik dan analisis kimia dari mineral dan bitumen Asbuton hasil ekstraksi, dari deposit di lokasi
Kabungka dan Lawele diperlihatkan pada Tabel dibawah ini
Dilihat dari komposisi kimianya, aspal Asbuton dari kedua daerah deposit memiliki senyawa Nitrogen base yang tinggi dan
parameter malten yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Asbuton memiliki pelekatan yang baik dengan agregat dan
keawetan yang cukup. Namun dilihat dari karakteristik lainnya Asbuton dari Kabungka memiliki nilai penetrasi yang relatif rendah
dibandingkan dengan Asbuton dari Lawele.
Mineral Asbuton didominasi oleh “Globigerines limestone” yaitu batu kapur yang sangat halus yang terbentuk dari jasad renik binatang
purba foraminifera mikro yang mempunyai sifat sangat halus, relatif keras berkadar kalsium tinggi dan baik sebagai filler pada campuran
beraspal. Hasil pengujian analisis kimia mineral Asbuton hasil ekstraksi, dari lokasi Kabungka dan Lawele diperlihatkan pada Tabel dibawah
Prinsip penggunanaannya adalah campuran beraspal panas minyak pen 60/70 ditingkatkan kualitasnya
serta dikurangi jumlah penggunaan aspal minyak dengan menambahkan BGA
Ada beberapa tipe BGA yang dapat digunakan, yaitu tipe BGA 5/20 (nilai penetrasi bitumen sekitar 5
dmm dan kadar bitumen sekitar 20%)
Keunggulan dari asbuton jenis ini adalah dapat menggunakan bahan peremaja berupa minyak berat
yang relative lebih murah atau bahkan limbah.
Campuran beraspal panas Asbuton Lawele berupa campuran beraspal panas aspal minyak pen 60 dengan substitusi
Asbuton Lawele
Substitusi relative tinggi yaitu di atas 50% dari kebutuhan bahan pengikat aspal, sedangkan sisanya tetap dari aspal
minyak pen 60
Keuntungan dari penggunaan campuran ini adalah pemrosesan Asbuton Lawale yang banyak mengandung minyak ringan
(sekitar 7% dan bitumen sekitar 183) relative lebih mudah disbanding memprosesnya menjadi BGA
Pada pemrosesan Asbuton Lawale ini, dilakukan penguapan air dan minyak ringan sehingga di peroleh nilai penetrasi
bitumen 60-80 dmm. Ini lebih mudah disbanding harus menjadikannya BGA dengan nilai penetrasi di bawah 20 dmm
dan kadar minyak ringan dibawah 1%
Asbuton Campuran Hangat
Campuran beraspal hangat adalah campuran yang dengan berbagai cara dilakukan pencampuran dengan suhu 30 oC
dibawah pencampuran beraspal panas. Tujuan utamanya adalah mengurangi emisi gas CO 2 (ramah lingkungan,
mengurangi penyebab Global Warming).
Metode campuran beraspal hangat saat ini adalah:
Dengan cara mekanis yaitu dengan memodifikasi alat pencampur (Asphalt Mixing Plan) agar pencampuran
dapat dilakukan pada dua batch. Batch pertama untuk agregat halus dengan 2/3 aspal.
Selanjutnya ke dua campuran tersebut digabung Temperatur pencampuran sekitar 120 C sedangkan temperature
pemadatan sama dengan campuran beraspal panas
Dengan cara membusakan aspal menggunakan alat khusus. Aspal panas dibusakn dengan disemburkan bersamaan dengan air. Dalam
kondisi membusa ini volume aspal menjadi 20 kali lebih besar sehungga dapat dicampur dengan agregatpada temperature sekitar 120 o
c. cara pembusaan lainnya adalah dengan menambahkan 2% zeolit. Pada keaadaan panas, zeolit melepaskan air sehingga terjadi
pembusaan aspal. Temperature pamadatan relative sama dengan campuran beraspal panas.
Dengan cara penambahan additive yaitu wax (parafin) sekitar 2% atau gabungan dari keduanya. Dengan penambahan ini temperature
percampuran dan juga temperature pemadatan menjadi lebih rendah sekitar 30 0 C dari campuran beraspal panas.
Namun kendalanya additive wax dapat menurunkan kualitas aspal sedangkan additive wax dapat menurunkan kualitas aspal
sedangkan additive
Ziolit ditambah pada campuran aspal di pugmil sedangkan additive wax harus dicampur dengan aspal terlebih dahulu sebelum aspal
tersebut dicampur dengan agregat
Ziolit yang digunakan untuk campuran beraspal hangat, penggunaanya adalah 1-1,5 % dari berat agregat dan harus memenuhi sifat
yang disyaratkan Asbuton Campuran Dingin
Asbuton campuran dingin aspal emulsi
Merupakan campuran dingin aspal emulsi bergradasi rapat (DEGEM)
yang diberi bahan tambah asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus
Asbuton campuran dingin aspal emulsi Bina Marga 2006
Modifikasi polimer aspal yang diperoleh dari interaksi antara komponen aspal dengan bahan aditif polimer dapat
meningkatkan sifat-sifat dari aspal tersebut
Dalam hal ini terlihat bahwa keterpaduan aditif polimer yang sesuai dengan campuran aspal. Penggunaan polimer
sebagai bahan untuk memodifikasi aspal terus berkembang di dalam dekade terakhir.
ELASTOMER ALAM
Elastomer yaitu polimer yang memiliki sifat elastic. Berupa kumpulan benda yg mempunyai sifat karet asli, karet
vulkanisasi, karet olahan ulang, atau karet tiruan yg meregang apabila dl tegangan (berkekuatan meregang) mengerut secara
cepat dan pulih ke dimensi semula secara penuh
Contoh : karet alam, getah asli, silikon, poliuretan, nesprene, dan lain-lainnya. SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR
(Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis-jenis polymer elastromer yg biasanya
digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras.
Semakin banyak kadar sulfur yang dicampurkan ke dalam aspal cenderung memperkecil nilai daktilitasnya walaupun
aspal kelihatannya semakin lunak bila dilihat dari penetrasi dan titik lembeknya
Aspal cariphalt merupakan teknologi yang telah ada dan berkembang selama 30 tahun sejak digunakan untuk
meningkatkan performa kualitas jalan. Pelapisan cariphalt bermanfaat untuk mencegah rutting ( bekas roda kendaraan)
dan Cracking.
Pemanfaatan aspalt cariphalt itu sendiri dimanfaatkan pada jalan yang membutuhkan kualitas bahan yang tinggi,
seperti jalan tol, landasan pesawat dll
Aspal Beton
Aspal beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat
degan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan, yang dicampur, dihamparkan dan
dipadatkan pada suhu tertentu. Campuran beraspal menggunakan aspal cemen/aspal
keras yang dicampur pada suhu 140 0 – 1600 C dan dihampar dan dipadatkan dalam
kondisi panas disebut aspal campuran panas (Hot mix Asphalt) Campuran beraspal
yang menggunakan aspal cair dan dicampur pada suhu ruang dikenal sebagai aspal
campuran dingin (Cold Mix Asphalt).
Setelah glashpalt dimodifikasi menjadi bahan pengeras jalan yang sudah siap digunakan, sifat dari glasphalt ini hampir tidak dapat
dibedakan
Setelah di tempat, glassphalt sulit untuk
dikenali dengan orang biasa kecuali
partikel kaca besar yang hadir di lapisan
permukaan.
Bila dipasang, glassphalt tidak
menyajikan bahaya bagi manusia, juga
tidak merusak ban kendaraan. Karena
konten kaca, glassphalt akan menahan
panas lebih lama dari aspal konvensional
GANTUNGKAN CITA-CITAMU
SETINGGI LANGIT
(AIM HIGH)