Anda di halaman 1dari 11

TEORI SOSIOLOGI :

FUNGSIONALISME
STRUKTURAL
Pengertian

 Teori Fungsionalisme Struktural pertama kali dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott
Parsons.
 Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan
pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan
prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di
Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo
Pareto dan Max Weber.
Menurut Teori Fungsionalisme Struktural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut
berada dalam suatu sistem sosial yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen
yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan.
Pengaruh Dari Fungsionalisme Emile
Durkheim
 Teori ini sering disebut juga perspektif fungsionalisme, dicetuskan oleh Emile Durkheim.
 Fungsionalisme melihat individu sebagai bagian dari masyarakat yang berada dalam sistem
sosial yang besar. Sistem sosial ini bekerja untuk menciptakan stabilitas tatanan sosial.
Masyarakat, dengan demikian adalah kumpulan dari individu-individu yang bekerja dalam
sebuah sistem untuk menjaga stabilitas sosial.
Durkheim sendiri melihat masyarakat sebagaimana organisme. Organisme tersusun atas
beberapa komponen yang memainkan peranannya masing-masing.
Contoh Fungsionalisme Struktural

 Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat bagaimana teori struktural fungsional bekerja
dalam sebuah sistem.
 Sebagai contoh, pemerintah yang mendirikan sekolah dalam rangka menyelenggarakan
pendidikan untuk warganya.
Murid-murid dipersiapkan untuk mengisi lapangan kerja dan posisi-posisi di pemerintahan
nantinya.
Ketika bekerja, tibalah mereka untuk membayar pajak.
Uang pajak tersebut digunakan untuk membiayai pendidikan dan lainnya.
Pekerja, juga menyuplai biaya hidup keluarganya agar tetap eksis.
Pada akhirnya, murid-murid yang semula dibiayai dan didik oleh negara akan membiayai
negara agar tetap eksis.
Kritik Terhadap Fungsionalisme Struktural

 Pada perkembangannya, teori struktural fungsionalisme banyak dikritik. Kritik utama yang
sering disampaikan misalnya, fungsionalisme menjustifikasi status quo.
Teori ini dianggap melayani pihak yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaanya.
Fungsionalisme tidak mendorong individu atau kelompok untuk mengambil inisiatif
melakukan perubahan sosial, sekalipun kondisi sosial sedang dalam ketimpangan yang
ekstrim.
Masing-masing individu hanya menjalankan perannya dalam sebuah struktur.
Fungsionalisme struktural
Talcott Parsons
 Pembahasan teori fungsionalisme
structural Parson diawali dengan empat
skema penting mengenai fungsi untuk
semua system tindakan, yang dikenal
dengan sebutan skema AGIL
 Empat fungsi tersebut wajib dimiliki
L:A:Latensi
adaptasi
oleh semua system agar tetap bertahan G: pencapaianI:tujuan
integrasi
atau goal attainment
(survive).
AGIL

 Adaptation : fungsi yang amat penting disini system harus dapat beradaptasi dengan cara
menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan system harus bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungan juga dapat menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.
 Goal attainment : pencapainan tujuan sangat penting, dimana system harus bisa
mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
 Integrastion : artinya sebuah system harus mampu mengatur dan menjaga antar hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itu mengatur dan mengelola ketiga
fungsi (AGL).
 Latency : laten berarti system harus mampu berfungsi sebagai pemelihara pola, sebuah
system harus memelihara dan memperbaiki motivasi pola-pola individu dan cultural.
Fungsionalisme struktural
Robert Merton
 Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan
disempurnakannya, diantaranya ialah :

Kesatuan Fungsionalisme indispensability


Fungsional Universal (Indispensibilitas)
Tiga Postulat Robert Merton

 Postulat Pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai
suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan
keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik
berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur.
 Postulat Kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk
sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif.
 Postulat Ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe
peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa
fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian
penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai