Anda di halaman 1dari 31

ELEKTONIKA DIGITAL-1/SMT-1

Pertemuan-2 1
1.5 OPERASI SISTEM BILANGAN

 1.5.1 Operasi Penjumlahan


1. Bilangan Biner
Operasi penjumlahan dalam biner ada empat hal
pokok yang perlu diperhatikan, yaitu :
 0+0 = 0
 0+1 = 1
 1+0 = 1
 1 + 1 = 0  carry = 1 (bawa’an/sisa)

Pertemuan-2 2
OPERASI SISTEM BILANGAN

 Contoh : 1.9
 Jumlahkan nilai dari kelompok-kelompok biner dibawah ini ?
 a). {001101 + 100101}2 = (………)2
 b). {1011011 + 1011010}2 = (………)2

a) 001101  13 b) 1011011  91
100101 +  37+ 1011010+  90+
1100102 5010 101101012 18110

Pertemuan-2 3
OPERASI SISTEM BILANGAN

2. Bilangan Oktal

Contoh ; 1.10
Jumlahkan kelompok-kelompok bilangan octal dibawah ini ?
{235 + 126}(8) = …… (8)

Jawaban :

1 5+6 = 11, karena bil dasar (=8), maka


235 harus dibagi 8  hasil = 1 sisa 3.
126+
sisa 3 ditulis sebagai hasil oktal
363 (8)

Pertemuan-2 4
OPERASI SISTEM BILANGAN

3. Bilangan Hexadesimal

Jumlahkan dalam hexadecimal untuk bilangan dibawah ini ?


(21A + 352)16 = …….. 16

Jawaban :

21A A+2 = C (≈12), karena bil dasar (=16),


352 + maka harus dibagi 16  hasil = 0 sisa C.
56C 16 sisa C ditulis sebagai hasil hexadesimal

Pertemuan-2 5
OPERASI SISTEM BILANGAN

Operasi Perkalian dan Pembagian


1. Operasi Perkalian Biner :
Sebagai contoh, mengalikan biner : 1011 dengan 110, dapat
disusun kembali sebagai berikut :
check
1011 11
110 x 6x
0000 66(10)
1011
1011 +
1000010 (2)

Pertemuan-2 6
OPERASI SISTEM BILANGAN

2. Operasi Pembagian Biner :

Sebagai contoh, untuk membagi 1100 dengan 10


dapat dilakukan sebagai berikut :

110
Langkah : (11 : 10) = 1
10 1100
10 - Kemudian : 1x10 = 10
10
10 -
00
00 -
0

Pertemuan-2 7
OPERASI SISTEM BILANGAN

Operasi Perkalian oktal

Sebagai contoh , untuk mengalikan octal 37 dengan 4


dapat dilakukan sebagai berikut :

1 3 28 dibagi habis dengan (8)


37 7 x 4 = 28 Hasilnya : 3 sisa 4
4x Carry = 3, sisa 4
Kemudian digit ke-2  3x4 =
1 7 4 (8) 12+3=15
15 dibagi habis lagi dengan (8)
Hasilnya : 1 sisa 7

Pertemuan-2 8
Hal 23
OPERASI SISTEM BILANGAN

Pembagian Bilangan Oktal

 Demikian sebaliknya apabila kita ingin membagi kembali


bilangan 174 dengan 4 (dalam octal) dapat dilakukan
seperti pembagian pada bilangan biner, yaitu sebagai
berikut :
37
4 174 Perhatikan bilangan octal 17 dibagi dengan 4,
akan menghasilkan 3 ( karena 4 dikali dengan
14- 3 = 12,  bila dikonversi dalam octal
34 menghasilkan carry = 1 dan sisa = 4) begitu
seterusnya untuk 34 dibagi dengan 4.
34-
0

Pertemuan-2 9
OPERASI SISTEM BILANGAN

3. Perkalian & Pembagian Hexadesimal

Sebagai contoh mengalikan angka Demikian halnya apabila kita membagi


37 dengan 4 dalam hexa dapat kembali hasil DC dengan 4 dalam octal,
disusun sebagai berikut : harus disusun sebagai berikut :

37
1 4 DC
37 7 x 4 = 28 C-
4x Carry = 1, sisa = C
1C
1C-
D C (16)
0

Pertemuan-2 10
SISTEM KODE DIGITAL
 Kode BCD (binary code decimal)
PERBANDINGAN KODE BINER DAN BCD

DESIMAL (10) BINER (2) BCD (8421)

0 0000 0000
1 0001 0001
2 0010 0010
3 0011 0011
4 0100 0100
5 0101 0101
6 0110 0110
7 0111 0111
8 1000 1000
9 1001 1001
10 1010 0001 0000
11 1011 0001 0001
12 1100 0001 0010
13 1101 0001 0011
14 1110 0001 0100
15 1111 0001 0101

Pertemuan-2 11
Konversi Desimal ke BCD
 Untuk mendapatkan representasi BCD dari
bilangan desimal, setiap digit desimal
direpresentasikan dengan sebuah nibble biner
(4-bit) setaranya.
 Konversikan (3729)10 ke sistem BCD. ?
 Jawab :
 Dengan menggunakan Tabel : 1.4 setiap digit
desimal direpresentasikan dengan sebuah
nibble biner (4-bit) setaranya. 
 3 7 2 9
 0011 0111 0010 1001 (BCD)

Pertemuan-2 12
Kode Excess-3
 Sebagai contoh untuk mengkodekan
nilai desimal 4 kedalam kode excess-
3 harus menambah 3 telebih dahulu
dan diperoleh angka 7. kemudian
angka 7 ini dikodekan kedalam
eqivalen nilai binernya dalam 4-bit
sehingga ditulis :
 Jadi desimal = 4  Excess-3 = 0111.

Pertemuan-2 13
Contoh : 1.13
 Konversikan nilai desimal 48 kedalam kode
Excess-3 ?
 Jawab :
 48 (desimal) = …….. (excess-3)

 4 8  nilai desimal
 3+ 3+  penambahan 3 (utk setiap digit)
 7 11
(0111) (1011)  Kode Excess-3

Pertemuan-2 14
Tabel : 1.4 Konversi Desimal ke
Kode Excess-3
 Perlu dicatat bahwa kedua kode hanya menggunakan 10 dari 16 group
kode 4-bit biner yang mungkin. Dan 6-group kode biner yang lain tidak
digunakan dalam kode Excess-3, yaitu : 0000, 0001, 0010 , 1101, 1110,
dan 1111.

KONVERSI SISTEM KODE DIGITAL

DESIMAL (10) BCD EXCESS-3

0 0000 0011
1 0001 0100
2 0010 0101
3 0011 0110
4 0100 0111
5 0101 1000
6 0110 1001
7 0111 1010
8 1000 1011
9 1001 1100

Pertemuan-2 15
Kode Gray
 Tabel : 1.5 menunjukan konversi kode Gray setaranya dalam 4-bit, yang
menunjukan konversi tiap kode biner yang akan berubah hanya satu bit
dari “1” ke “0” atau dari “0” ke “1”.

Tabel : 1.5 Konversi Biner Ke Kode Gray


PERBANDINGAN KODE BINER DAN KODE GRAY

DESIMAL (10) BINER GRAY-CODE

0 0000 0000
1 0001 0001
2 0010 0011
3 0011 0010
4 0100 0110
5 0101 0111
6 0110 0101
7 0111 0100
8 1000 1100
contoh
9 1001 1101
10 1010 1111
11 1011 1110
12 1100 1010
13 1101 1011
14 1110 1001
15 1111 1000

Pertemuan-2 16
Contoh : 1.14
 Konversikan Biner : 1010 ke kode Gray
 Step-1  Digit paling kiri kode Gray ditulis sama dengan
binernya (MSB)
1 0 1 0  Biner

1 . . .  Gray
 Step-2  Jumlahkan digit paling kiri dengan digit disebelah
kanannya
1 + 0 1 0  Biner

1 1 . .  Gray
 Step-3  Jumlahkan digit kiri berikutnya dengan digit
disebelah kanannya
1 0+1 0  Biner
↓ ↓
1 1 1 1  Kode Gray hasil konversi

Pertemuan-2 17
PERNYATAAN KUANTITAS BINER

Misalnya, suatu saklar (switch) hanya memiliki dua


keadaan kerja yaitu : “terbuka” atau “tertutup”. Switch
untuk keadaan terbuka menyatakan biner “0” sebaliknya
untuk keadaan tertutup menyatakan biner “1”

Contoh lain :
1. Dioda  menghantar (forward-biased) dan tak menghantar (reverse-biased)
2. Relay (kontaktor)  terbuka dan tertutup seperti halnya pada switch.
3. Transistor  cut-off (tidak bekerja) dan saturasi (bekerja)
4. Fotosel  terang dan gelap
5. Thermostat  terbuka dan tertutup seperti halnya pada switch.
6. Kunci mekanis  terkunci dan tak terkunci
7. Pita magnetis  termagnetisasi dan demagnetisasi dst.

Pertemuan-2 18
PERNYATAAN KUANTITAS BINER

Menyatakan
Biner : 10010

nyala mati

tertutup terbuka

1 0 0 1 0
1 0 0 1 0

(a) (b)

Gambar : 1.7 Kuantitas Biner a). dengan Switch, b). dengan Lampu

Pertemuan-2 19
PERNYATAAN KUANTITAS BINER

Pada sistem-sistem digital elektronik, informasi biner dinyatakan


oleh sinyal-sinyal listrik yang terdapat pada input dan output dari
berbagai macam rangkaian elektronik.
Dalam sistem ini, biner “0” dan “1” dinyatakan oleh dua tegangan
yang ekstrim berlawanan.

Volt

10V
Disini bentuk sinyal
digambarkan mengalir
0 1 0 1 0 1 dengan urutan biner :
010101.
0V t

Gambar : 1.8 Level Logika Tegangan Menyatakan “1” dan “0”

Pertemuan-2 20
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

Volt
tp

10V
90%

50%
1. Lebar Pulsa (tp) titik 50 %
10%
0V t
tr tf

2. waktu pulsa naik atau rise-time (tr) didefinisikan sebagai waktu yang
diperlukan sinyal untuk naik dari titk 10% ke titik 90%.

3. waktu pulsa turun atau fall-time (tf) didefinisikan sebagai waktu yang
diperlukan sinyal untuk turun dari titk 90% ke titik 10%.

Pertemuan-2 21
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

2. Pulse-Repetition Frequency (PRF)

Jumlah pulsa yang terjadi perdetik disebut : Pulse-Repetition


Frequency (PRF) dan dinyatakan dalam pulsa per detik atau
pulse-per-second (pps) = frekwensi (Hz),

Volt

T
tp

1 0 1 0 1 PRF = 1/T atau frek = 1/T Hz


t
T

Bentuk Gelombang Pulsa Repetitif

Pertemuan-2 22
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

Contoh : 1.3
Hitunglah Pulse-Repetition Frequency apabila T sama dengan
2 mikrodetik ?

Jawab :

PRF =
1 = 1 = 106
= 500,000 pps (Hz) = 500 KHz
2 s 2 x10 6 2

3. Duty Cycle (DC)

Pertemuan-2 23
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

3. Duty Cycle (DC)

Duty cycle dari suatu deretan pulsa repetitive didefinisikan sebagai


perbandingan dari lebar pulsa tp dengan periode T dalam satuan %.
Secara matematis ditulis sebagai :

DC =
tp
x 100 % Volt
T T
tp

1 0 1 0 1

t
T

Pertemuan-2 24
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

Misalkan apabila suatu pulsa memiliki periode 4 µs, maka duty


cyclenya adalah 25 %. Pada kasus khusus dari duty cycle = 50
% sangat sering terjadi dalam teknik pulsa. Pada kasus DC =
50 % deretan semua pulsanya simetris, yakni lebar untuk pulsa
rendah dan pulsa tingginya sama. Sehingga bentuk pulsa ini
sering disebut dengan gelombang bujur-sangkar (square-
wave).
T T

50% 50% 25%

tp tp
Square-wave DC = 50 % DC = 25 %
Pertemuan-2 25
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

4. Penundaan Propagasi

Karakteristik lain dari pulsa digital adalah besarnya waktu penundaan antara
input dan output, yakni saat sebuah system rangkaian digital (atau gate)
diberikan data input dan beberapa lama kemudian outputnya memberikan
respon terhadap input tersebut. Lama waktu respon output tersebut disebut
dengan penundaan propagasi atau propagation-delay (tpd)

1
INPUT
0

Rangkaian Digital

0
OUTPUT

tpd

Pertemuan-2 26
KARAKTERISTIK PULSA DIGITAL

5. Memory (Bersifat Penyimpan Data)


Apabila sebuah sinyal input diberikan kepada sebuah system alat atau
rangkaian, maka output dari system tersebut akan memberikan respon
terhadap inputnya.
Dan apabila sinyal inputnya diputus, maka output akan kembali pada
kondisi semula. Sistem rangkaian ini dikatakan tidak memiliki sifat
menyimpan data (memory), karena output kembali ke kondisi semula
(normal).
Namun dalam system-sistem digital tertentu ada yang memiliki sifat dapat
menyimpan data (memory), apabila sebuah input data diberikan pada
system rangkaian tersebut, output akan berubah keadaannya, tetapi output
akan tetap tinggal pada keadaan baru tersebut walaupun kemudian
inputnya diputus.
Sifat mempertahankan respon terhadap input sesaat ini disebut dengan
istilah memory (menyimpan data)

Pertemuan-2 27
Memory (Bersifat Penyimpan Data)

Rangkaian Digital
Non-memory

Rangkaian Digital
memory
Memory

Perbandingan antara Operasi Non-memory dan Memory

Pertemuan-2 28
Logika Tegangan Untuk TTL (Transistor-
Transistor Logic)

Representasi yang umum digunakan untuk logika “0” adalah tegangan


(0 volt hingga 0,8 volt) untuk menyatakan biner “0” (logika “0”) dan
tegangan (2,0 volt hingga 5,0 volt) untuk biner “1’ (logika “1”).
Kenyataan ini disesuaikan dengan pemakaian rangkaian-rangkaian dari
beberapa keluarga terintegrasi digital (IC-TTL).
Volt

5,0

Logika Logika
“1” “1”

2,0 Logika “tak tentu”


(floating)
0,8
Logika Logika
0 “0” “0”
t

Pertemuan-2 29
Logika Tegangan Untuk CMOS
(Complementary Metal Oxide
Semiconductor)

Logika “1”

Floating (tak
menentu) input output

Logika “0”

Pertemuan-2 30
SEKIAN
TERIMA KASIH

POLINEMA

WASSALAM
Pertemuan-2 31

Anda mungkin juga menyukai