Anda di halaman 1dari 25

SENI BAGI SANG PEMIMPIN

DALAM KEPEMIMPINANNYA
Pemimpin dilihat dan di rasakan dari kepemimpinanya.
Kepemimpinannya merupakan seni untuk memimpin,
menyatukan, menyamakan persepsi bahkan memberikan solusi
hingga memotivasi maupun memberdayakan demi mencapai
tujuan bersama.
Seni bagi pemimpin dalam kepemimpinanya sejatinya adalah
bagaimana mampu memanusiakan manusia agar semakin
manusiawi. Tatkala sang pemimpin memiliki jiwa seni maka
kebijakannya yang berkaitan dengan alam lingkungan manusia
heritage dsb akan dipikirkan agar ada harmoni dalam hidup
dan kehidupan.
Kita dapat melihat Rafles. Ia bukan sebatas gubernur jenderal tetapi ia
juga seorang yang peduli akan seni budaya dan pariwisata sehingga, ia
mampu mengumpulkan data dan memerintahkan anak buahnya untuk
meneliti berbagai heritage dan kebudayaan orang jawa.
Catatannya tentang orang jawa diterbitkanya dalam buku history of java
bisa dikatakan catatan tentang orang jawa terlengkap di jamannya.
Banyak penemuan baru yg dilakukan rafles. Flora dan fauna yang
ditemukanya menjadi khazanah baru bagi dunia ilmu pengetahuan.
Tentang suku bangsa dan kesukubangsaan di tanah jawapun tak luput
dari perhatianya. Seni dalam strategi perdagangan dan polituknyapun ia
gunakan membangun singapura. Secara geo politik dan geo strategis ia
jadikan sebagai bagian penguasaan wilayah politik dan perdagangan.
Bung karno sang proklamator juga sarat dengan
berbagai talenta yang dimilikinya salah satunya adalah
seni.
Koleksi koleksinya menjadi tonggak sejarah seni di
indonesia. Bung karno mampu melihat maestro
maestro seni di indonesia.
Koleksinya melegenda bahkan menjadi sejarah
perjuangan dan peradaban bagi bangsa yang merdeka.
Mengapa pemimpin perlu dikaitkan dengan seni dalam
kepemimpinanya. Sejatinya pemimpin itu memiliki amanah
untuk memanusiakan manusia. Makna memanusiakan
manusia adalah dalam penggunaan kewenangan dan berbagai
sumber daya maupun potensi yang diamanahkan kepadanya
dapat diberdayakan sehingga mampu mengangkat harkat dan
martabat manusia.
Mampu membangun peradaban. Mampu membela dan
melindungi rakyatnya hingga mampu mensejahterakan.
Mampu membuat bangsa negaranya berdaulat, berdaya tahan,
berdaya tangkal bahkan berdaya saing.
Seni bagi sang pemimpin bukan semata mata bisa membeli atau
membuat namun mampu membangkitkan menyadarkan dan
memberdayakan semua potensi yang ada. Pemimpin tak jarang hanya
sekedar membeli atau malah berkomentar negatif. Seni dalam politik
sosial dan budaya merupakan tonggak ekonomi bahkan teknologi.
Di era digital seni menjadi bagiian dari kualitas kecerdasan pemimpinya.
Kreatifitas dan inovasi dalam memimpin akan terus tumbuh dan
berkembang membawa kemajuan yang mampu melampaui kebutuhan
zaman. Tatkala sang pemimpin tandus jiwa seninya, atau bahkan anti
pati dengan seni, dapat dirasakan dampak kepemimpinanya juga akan
kering humanismenya.
Bung karno telah memberi teladan sebagai pemimpin yang
mampu mengapresiasi bahkan mendorong tumbuh
berkembangnya seni, maupun senimanya. Apa peran dan
fungsi kita dalam mengemban amanah mencerdaskan
kehidupan bangsa? Lagi lagi seni sebagai pilar dan penjaga
peradaban serta kebudayaan bangsanya.

Keunggulan sang pemimpin tatkala mampu membawa perubahan dan


kemajuan yang signifikan dengan memperbaiki kesalahan di masa lalu,
siap di masa kini dsn mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Pemimpin diberi kewenangn, kekuasaan, kemudahan dan berbagai
fasilitas yang melampui orang lain. Itu semua diberikan sebagai amanah
dan dengan harapan sang pemimpin menjadi fajar budi memberi
inspirasi, bahkan menyadarkan yang dapat menghidupkan.
Pemimpin tatkala menjadi orang yang merdeka adalah orang yang bajik,
mampu mengerjakan atau mengambil kebijakan sebagaimana yang
seharusnya atau dapat dikatakan bijaksana.
Ia tidak terikat hutang budi. tidak takut mengatakan apa yang
semestinya. Apa yang ia katakan dan putuskan membawa kebaikan.
Tidak kucing-kucingan, bekerja atas dasar kompetensi ketulusan dan
kemanusiaan, bernyali untuk menjadi pionir dan ikon perubahan, berani
memerangi mafia, tidak melakukan hal-hal yang membuat publik tidak
percaya.
Sang pemimpin mampu menunjukkan karakter
dan integritasnya. Keberhasilan sang pemimpin
dapat dinilai dari:
1. Internal kelembagaan
2. Kebijakan-kebijakannya mampu memprediksi,
mengantisipasi dan memberi solusi
3. Mampu memberdayakan potensi-potensi yang ada
4. Menginspirasi, dan mampu menjadikan perubahan
5. Mampu menyelenggarakan tugas secara profesional,
cerdas, bermoral dan modern
6. Visioner
7. Apa yang dirasakan oleh maasyarakat
8. Meningkatnya kualitas kamtibmas yang ditunjukkan
(tidak adanya premanisme, pemalakan, kewajiban
setor, backing, illegal dan sebagainya)
9. Merasakan keberadaan para aparaturnya mampu
memberikan perlindungan, pengayoman dan
pelayanan yang prima
10. Pelayanan-pelayan publik mampu menjadi ikon
pelayanan prima yang memenuhi standar kecepatan,
ketepatan, keakurasian, transparansi, akuntabilitas,
informati dan kemudahan mengakses.
Pemimpin-pemimpin yang merdeka sangat
bangga dan mencintai pekerjaanya, bukan
bangga dan cinta jabatan. Berani dan rela
berkorban untuk memperbaiki kesalahan di
masa lalu, siap di masa kini dan mampu
menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Pendidikan bagi pemimpin ?
Mencermati lahirnya sang pemimpin sering bukan melalui pendidikan
formal semata melainkan juga dari talenta, kepekaannya keberanianya,
dan berbagai kompetensinya. Seorang pemimpin yang dipaksakan
memimpin atau produk hutang budi atau karena hanya napsu
keinginanya menjadi pemimpin, ini sebenarnya pemimpin yang semu.
Mereka hanya akan mengurusi kewenangan kekuasaan penguasaan
sumberdaya dan melupakan hakekat kepemimpinanya. Hakekat sang
pemimpin dipilih ditunjuk dan diberi kepercayaan karena
kompetensinya, integritasnya bahkan bukan kemauanya sendiri,
terdorong akan kepekaan kepedulian kesadaran tanggung jawab untuk
menyelamatkan, membantu menolong bahkan dan mensejahterakan
banyak orang.
Sang pemimpin sebenarnya tanpa sadar dirinya di bawa dalam arus
visinya dan dirinya pun menikmati dan menghayati proses yang panjang
lama bahkan sulit. Pemimpin memiliki karakter antara lain :
1. Peka peduli dan berbelarasa terhadap kemanusiaan, keterturan sosial dan
peradaban
2. Berani dan rela berkorban demi tercapai / terwujud visinya,
3. Tulus tanpa pamrih dalam mengerjakan sesuatu untuk adanya kebaikan dan
perbaikan.
4. Mampu melihat masa depan dan berupaya mewujudkan visinya dalam berbagai
lini maupun bagianya,
5. Kemampuan menginspirasi memberdayakan bahkan memotivasi dan memberi
solusinya
6. Berani belajar dan memperbaikinya, mampu menyiapkan dan menghadapi
tuntutan tantangan hingga ancamanya. Mampu menyiapkan masa depan yang
lebih baik.
setidaknya 6 point itu dikaitkan dengan keutamaan lainnya
untuk diajarkan, dilatihkan atau ditajamkan talentanya
sehingga orang yang mengikuti pendidikan kepemimpinan
akan memiliki kesadaran, tanggung jawab dan disiplim dalam
kejujuran kebenaran dan keadilan.

Pada peserta didik akan dibimbing untuk menemukan jati


dirinya sehingga talentanya sebagai pemimpin dapat
ditingkatkan kualitasnya baik secara formal dalam lembaga
pendidikkan maupun dalam kehidupan.
Pendidikkan bagi sang pemimpin selain memahami
teori dan konsepnya juga proses studi kasus, problen
solving serta menemukan capacity buildingnya.

Para guru dalam mendidik sebenarnya melakukan


transformasi dan pendampingan. Karena pendidikan ini
sebenarnya merupakan suatu dialog peradaban.
Seni merupakan karakter bangsa. Seni dalam masyarakat
apakah sudah mendapatkan tempat yang selayaknya atau masih
sebatas pelengkap semata? Tatkala orientasi hidup dan
kehidupan dalam masyarakat kebanyakan paradigmanya masih
lebih pada ekonomi maupun politik maka seni sebatas ganjel
atau pelipur lara.

Apakah seni kurang berpengaruh dalam hidup dan kehidupan ?


Sebenarnya tergantung dari tingkat kewarasan kecerdasan dan
kesadaran para pemimpinnya.
Konteks pemimpin dan kepemimpinannya akan berkaitan
dengan power and authority, tentu saja akan berkutat pada
kubangan pendominasian sumber daya dan pendistribusiannya.
Karakter bangsa telah dirintis para leluhur dan para bapak
bangsa.

Para pahlawan, para guru, para pemimpin, para pelaku bisnis,


para rohaniwan dan sebagainya telah memberikan keteladanan
dan pengajaran dalam mengisi hidup dan kehidupan dari waktu
kewaktu. Yang merupakan landasan bagi pembangunan
karakter bangsa.
Hidup dan kehidupan sarat dengan berbagai persoalan untuk
menghadapinya sehingga dapat bertahan hidup tumbuh dan
berkembang perlu ada solusi. Konteks hidup dan kehidupan, seni menjadi
sesuatu pilihan untuk menikmati dan menghadapi segala sesuatu dengan
tetap ada keteraturan sosial.
Tatkala dalam kehidupan sosial ada suasana tenang, damai dan tenteram
akan menjadi awal dari kekuatan membangun karakter karena tetap
dalam kewarasan. Tatkala keteraturan sosial terkendali maka pikiran
positif dan visioner yang mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
ditransformasikan.
Salah satu basis dari kecerdasan bangsa adalah mampu hidup harmoni
dan saling menghargai dalam perbedaan, karena mampu melihat sisi
kebaikan.
Seni selain mewaraskan juga mencerdaskan dalam menjalani dan
menghayati kehidupan, karena seni merupakan kebutuhan adab untuk
dapat bertahan hidup dan menumbuhkembangkannya.
Kerasnya kehidupan akan ada kenikmatan tatkala mampu melihat seni di
lorong dan relung relungnya. Hidup adalah kenyataan untuk memenuhi
kewajiban, tatkala dijalani dengan suka cita dan rasa syukur di situ ada
kenikmatan di situlah seninya.
Keutamaan atas hidup dan kehidupan ditemukan tatkala ada
keseimbangan. Seni salah satu bagian agar pendominasian dan
pendistribusian sumberdaya tetap terkendali dan harmoninya atas alam
lingkungan dan manusianya. Seni menyatukan pikiran perkataan dan
perbuatan
Dalam menghadapi harapan dan kenyataan yang tak selalu
sejalan. Kadang berbeda bahkan bertentangan dan ada jurang
pemisah yang dalam.
Tatkala ada keseimbangan maka jurang itu akan semakin
merapat. Harmoninya antara keinginan dan kenyataan
dijembatani dari seni.
Di situlah seni menjadi kekuatan jiwa sang pemimpin saat
dalam dituasi sulit tetap tenang, berfikir positif, bersikap arif
dan bijaksana.
Seni akan menjadi solusi menghadapi kerasnya hati yang
berpotensi konflik sosial. Dalam kobteks pembelajaran seni
akan menghalai kelemahan dan kelelahan berpikir.
Tatkala malas dan lelah berpikir berdampak mencari jalan pintas
dan cara instan yang kontraproduktif. Seni dalam konteks
membangun karakter bangsa akan menjembatani dalam
membangun keteguhan hati agar pikiran dan perkataan serta
perbuatan secara konsisten pada sesuatu yang baik dan benar
dengan penuh kesadaran.
Kesadaran merupakan landasan dari karakter seseorang.
Karakter merupakan suatu proses dan perjuangan panjang
hingga dirinya dengan sadar menemukan keutamaannya.

Karakter yang karena pamrih akan lapuk bahkan runtuh bahkan


hanyut tatkala menghadapi kenikmatan. Hidup dan kehidupan
tatkala lemah dalam karakter maka akan terombang ambing
dalam keraguan dan ketakutan menghadapi ancaman tantangan
bahkan hambatan
Karakter bangsa akan sangat ditentukan dari nyali seorang
pemimpin ditunjukan pada kebijakannya yang bijaksana
menegakan kebenaran dan keadilan.
Pendidikan bagi para calon pemimpin adalah pendidikan
karakter yang dibangun melalui proses moralitas, pengendalian
diri dakam penyadaran tanggung jawab dan disiplin. Pemimpin
yang peragu ia akan terus menjadi ekor tanpa pernah menjadi
kepala tidak akan mampu membangun karakternya. Kekuatan
sang pemimpin ada pada kepemimpinanya yang sejatinya
adalah seni. Seni merupakan bagian dari hidup dan kehidupan
manusia yang dinamis sebagai pembelajaran sepanjang
sepanjang hayat.
Dengan demikian pemimpin adalah sang
pencerah dan sang pembelajar yang terus
berlatih dan belajar secara tulusan sadar
dengan ketekunan dan kesungguhan hati
sepanjang hayatnya.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai