Anda di halaman 1dari 9

Tidak Ima’ah

‫ ْن‬:‫ون‬ َ ُ‫ تَ ُقول‬،‫ َال تَ ُكونُوا َّم َع ًة‬: َ ‫هللا َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل‬
ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬:‫َع ْن ُح َذيْ َف َة قَا َل‬
‫ِإ‬ ‫مُك ْ ِإ‬
‫ ْن َأ ْح َس َن النَّ ُاس َأ ْن‬، ‫ َولَ ِك ْن َو ّ ِط ُنوا َأنْ ُف َس‬،‫ َو ْن َظلَ ُموا َظلَ ْمنَا‬،‫َأ ْح َس َن النَّ ُاس َأ ْح َسنَّا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ َو ْن َأ َسا ُءوا فَ َال تَظل ُموا‬،‫حُت ْ ِس ُنوا‬
ِ ْ
Dari Hudzaifah berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Janganlah ‫ ِإ‬kalian
menjadi Imma’ah; kalian berkata: jika orang-orang baik, kami pun ikut baik. Dan jika
mereka dzalim kami pun ikut dzalim. Tetapi siapkan diri kalian (untuk menerima kebenaran
dan kebaikan); Jika orang-orang baik, kalian harus baik dan jika mereka rusak kalian jangan
menjadi orang dzalim.”
(HR. Tirmidzi).
Kandungan hadits
1. Perintah berilmu sebelum beramal, akan banyak mudharat nya beramal dengan tanpa ilmu, layaknya
seperti orang yang berjalan ditengah hutan pada tengah malam dengan tidak tahu arah.
2.Istiqomah dalam  kebenaran setelah mengetahui dalil (fakta, data, dan teori) yang valid maka
berpegang teguhlah
3. Teman hanya sebatas mungkin bisa membantu, tetapi ada yang lebih dari sekedar teman, yaitu
pemimpin. Oleh karena itu memilih pemimpin yang baik yang akan membawa maslahat bagi Agama
dan bagi umat menjadi hal yang urgent.
 Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir (orang yang tidak
suka pada keimanan) menjadi teman dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
(QS. Ali Imran: 28)
 Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan
dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (Al-A’raaf:
202)
4.  Begitu sulitnya saat ini membedakan antara teman yang baik dengan yang buruk. Juga hal nya
dengan memilih pemimpin. Padahal kelak pemimpin yang kita pilih   akan mempengaruhi masa depan
Kandungan hadits
4.  Begitu sulitnya saat ini membedakan antara teman yang baik dengan yang buruk. Juga hal nya dengan
memilih pemimpin. Padahal kelak pemimpin yang kita pilih   akan mempengaruhi masa depan dan akhir
kesudahan kita di surga atau neraka.

 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi


teman kepercayaanmu (pemimpin) orang-orang yang di luar
kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh
Telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya. (QS. Ali Imran: 118)
5.  Jangan memilih teman setia atau  pemimpin karena mengikuti orang lain atau trend yang berkembang dalam
masyarakat atau lingkungan, tetapi tentukan menurut standar keyakinan kita, sejauh mana bisa membawa
manfaat dan kebaikan bagi kita baik dunia terutama AKHIRAT. Bila sulit membedakan maka lakukan
istikharah, seperti nya ini cara yang aman agar pilihan kita tidak berdampak buruk dunia-AKHIRAT.
Generasi Izzah, Bukan Imma’ah

 Izzah didefinisikan secara bahasa maknanya berkisar pada: kemenangan,


kekuatan, berharganya sesuatu, tingginya posisi, mampu mengalahkan.
 Sementara Imma’ah maknanya berkisar pada: mengikuti setiap suara, pengikut
buta tanpa punya pendapat
 Menurut Abul Ala Muhammad Abdurrahman al Mubarokfuri (Tuhfatul Ahwadzi)
tentang Imma’ah, “Yang dimaksud di sini adalah siapa saja yang mengikuti apa
saja yang digemari hawa nafsunya dan yang sesuai dengan keinginannya.”
 Jadi,
 Izzah adalah kemenangan dan Imma’ah adalah kekalahan
 Izzah adalah kemuliaan dan Imma’ah adalah kehinaan
 Izzah adalah harga diri yang tinggi dan Imma’ah adalah murah dan remehnya harga diri
 Dan ibarat air dengan garam, Izzah adalah air dan Imma’ah adalah garam. Izzah yang melarutkan dan
meleburkan, sementara Imma’ah yang dilarutkan dan terleburkan.
 Memang hilangnya izzah menjadi masalah sendiri bagi kita. Efeknya adalah generasi ini menjadi generasi
ima’ah. Inilah tugas besar hari ini. Karena bangsa yang kalah akan ikut bangsa yang menang dalam segala hal.
 Tentu hal ini berbeda sekali dengan zaman kebesaran Islam dahulu. Zaman itu, tentu Islamlah yang
membuat tren. Dari ilmu pengetahuan, sistim, hingga gaya hidup. Orang-orang Eropa merasa berperadaban
tinggi kalau berpakaian seperti orang Arab berpakaian. Dengan keadaan yang seperti itu, para orangtua hari
itu sangat sedikit kekhawatiran bahwa anak akan terpengaruh peradaban Romawi atau Persia.
 Sementara kita sekarang hidup di masa kekalahan muslimin.Yang sudah pasti adalah peradaban tak ada di
tangan kita. Sehingga pemutarnya bukan kita. Pemain utamanya bukan kita. Dan bangsa yang kalah ini akan
mengikuti bangsa yang menang. Maka, sudah pasti banyak orangtua khawatir anak-anaknya terpengaruh
oleh budaya Yahudi dan Nasrani.
Bagaimana supaya kita tidak Imma’ah (ikut
ikutan)?
1.Berilmu sebelum beramal
2.Istiqomah
 istiqomah adalah teguh pendirian.jika kita sudah meyakini bahwa jalan yang kita ambil adalah jalan
kebenaran dengan dalil yang kuat maka berpegang teguhlah
3.memilih teman teman yang baik
 QS. Ali Imran: 28 : Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi teman dengan
meninggalkan orang-orang mukmin.
 Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan
mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan). (Al-A’raaf: 202)
 Rasulullah SAW bersabda: “Jika engkau hendak mengenal seseorang (siapa dan bagaimana dia?), maka
lihatlah dengan siapa dia berteman. Maka seperti itulah dia”. (Al Hadits)
 Dalam sabdanya yang lain: “Jika kau berteman dengan pandai besi, maka engkau akan terkena panas
baranya, tetapi jika engkau berteman dengan penjual minyak wangi, maka engkau akan mencium harum
wanginya” (Al Hadits).
Tips agar bisa istiqamah

 TIPS Pertama Selalu memohon pertolongan kepada Allah


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat sering memanjatkan do’a:
َ ِ‫ِّت قَ ْلبِ ْي َعلَى ِد ْين‬
‫ك‬ ِ ‫ب ْالقُلُ ْو‬
ْ ‫ب ثَب‬ َ ِّ‫يَا ُمقَل‬
“Ya Rabb Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [HR. At-
Tirmidzi (no. 3522). Lihat Shahiih Sunan at-Tirmidzi (III/171)]
 Ketika ditanyakan kepada beliau tentang hal itu, beliau pun menjawab, “Sesungguhnya
tidaklah bani Adam itu melainkan hatinya berada di antara dua jari dari jari jemari
Allah. Maka siapa yang Dia kehendaki akan ditetapkan (hatinya) dan siapa saja yang
Dia kehendaki akan dipalingkan (hatinya).” [Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 2091)]
Tips agar bisa istiqamah
 TIPS kedua  Berusaha untuk kontinyu dalam beramal
Dianjurkan memilih amalan shalih menurut kemampuan yang tidak memberatkan dirinya supaya ia dapat kontinyu
dalam beramal. Jadi berusaha dengan sangat untuk melakukan amalan ini dalam keadaan apa-pun, tanpa kecuali.
Karena sekali kita membuat pengecualian, membuat alasan atau mangkir dari melakukan amalan ini, maka akan
makin berat dan malas untuk melakukannya di lain waktu
 TIPS ketiga  Meneladani Para Salaf dalam Beramal

Meneladani para Salaf akan mendorong jiwa untuk mengikuti jejak mereka. Generasi Salaf dahulu berbeda-beda
dalam beramal, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Namun, mereka senantiasa kontinyu dalam beramal. Mereka
adalah kaum yang sangat jauh dari sikap berlebih-lebihan dan memaksakan diri. Mereka istiqamah meskipun
amalannya sedikit. Dan teladan mereka adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang shalat malam hingga
kulit kaki beliau pecah-pecah.
Cukuplah dalam hal ini kita mengambil hikmah dari firman Allah Ta’ala berikut:
“Dan (dia mengatakan), ‘wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb-mu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya
Dia menurunkan hujan yang sangat deras bagimu sekalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan pada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan perbuatan dosa’.” [QS. Huud: 52]
Tips agar bisa istiqamah
 TIPS keempat Target Ibadah dan Amal Shalih
Mempunyai target dalam beribadah dan beramal shalih yang realistis dan sesuai kemampuan diri akan membantu menumbuhkan
motivasi dan arah yang jelas untuk terus beramal dan istiqamah.
 TIPS ke lima Selalu Intropeksi Diri
Intropeksi diri (muhasabah) sangat diperlukan bagi jiwa agar tidak merasa jenuh dan bosan dalam beramal shalih. Intropeksi diri akan
membuat jiwa bercermin dan sadar atas tujuan penciptaan manusia di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada Sang Khaliq.
 TIPS ke enam Mengingat Mati
Ingat mati (dzikrul maut) terbukti mampu memompa semangat jiwa untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan istiqomah di jalan-Nya
 
 sebuah doa yang sering di lantunkan Umar bin khatab, “ya Muqolibal Qulub, tsabit qulubbana ala toatika” wahai yang membolak
balikkan hati, balikanlah hatiku dalam ketaatan kepaMU.

 wallohu alam bi showab, semoga kita tidak termasuk orang orang yang ima’ah

Anda mungkin juga menyukai