Anda di halaman 1dari 7

REVOLUSI MENTAL

DAN
KEBUDAYAAN
N a m a : Yo h a n e s Ry a n a l d K l a u Ta h u k

N I M : 3 11 2 0 0 7 4
PENDAHULUAN

Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan pada RKP Tahun 2023 difokuskan pad
penguatan modal sosial dan budaya dalam rangka mendukung peningkatan produktivi
01 untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Modal sosial dan budaya
mampu membangun relasi sosial yang harmonis, serta memperkuat solidaritas dan day
rekat masyarakat untuk saling tolong-menolong, kerja sama, gotong royong, dan kolab
antarwarga dalam upaya percepatan pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19. Pa
masa pandemi, ketahanan sosial budaya masyarakat Indonesia mengalami peningkatan
Berdasarkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK), Dimensi Ketahanan Sosial Bud
meningkat dari 73,55 pada tahun 2019 menjadi 74,01 pada tahun 2020. Hal ini menan
bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan
memanfaatkan nilai, pengetahuan, dan praktik budaya dalam menghadapi pandemi CO
19. Apabila dilihat dari kondisi keluarga Indonesia, saat ini berada pada kategori kelu
berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Keluarga (I
Bangga) yang berada pada rentang 40-70, tepatnya pada tahun 2021 sebesar 54,01 ata
meningkat dibanding tahun 2020 yang capaiannya sebesar 53,94. Indeks Pembanguna
Keluarga merupakan ukuran program pembangunan keluarga yang ditunjukkan melalu
dimensi ketenteraman, kemandirian dan kebahagiaan keluarga, serta menggambarkan
dan fungsi keluarga.
Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan pada tahun 2023 masih menghadapi
sejumlah tantangan. Dalam upaya penguatan gerakan revolusi mental dan pembinaan
ideologi Pancasila, menghadapi tantangan antara lain (1) belum optimalnya aktualisasi
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (2)
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan untuk penguatan budaya birokrasi yang bersih,

NEXT melayani, dan responsive belum optimal; (3) proses internalisasi nilai-nilai esensial revolusi
mental melalui pendidikan agama dan pendidikan karakter kurang optimal; (4) belum
optimalnya peran keluarga dalam pengasuhan berbasis hak anak, penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja, pendewasaan usia perkawinan untuk mencegah perkawinan anak,
layanan konseling keluarga, serta penguatan perawatan jangka panjang bagi lansia untuk
memperkuat sistem sosial keluarga dan masyarakat; (5) masih terbatasnya pembentukan
Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di K/L, dan kabupaten/kota serta
pelaksanaan lima program GNRM di tingkat daerah; serta (6) kurangnya daya tarik koperasi
sebagai pondasi ekonomi kerakyatan yang belum adaptif dengan perkembangan zaman,
sehingga diperlukan modernisasi koperasi untuk meningkatkan citra koperasi sebagai
lembaga ekonomi yang dikelola secara profesional dalam mewujudkan kemandirian ekonomi.
01
khazanah budaya bangsa belum secara
optimal dimanfaatkan sebagai kekuatan
penggerak dan modal dasar percepatan
pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19;
pelindungan dan pelestarian cagar

02
budaya berbasis partisipasi masyarakat
belum optimal
berjalan;

belum optimalnya pengembangan

03
warisan budaya tak benda untuk
peningkatan
Upaya pemajuan dan pelestarian kebudayaan kesejahteraan;

juga masih menghadapi tantangan antara pengembangan ekosistem seni dan budaya

lain ; 04 lokal melalui fasilitasi pelaku


seni budaya di daerah belum efektif;

pengembangan kualitas talenta seni budaya

05
berkelas
internasional belum optimal; dan

belum terlaksananya penyelamatan dan

06 pengolahan
arsip melalui digitalisasi arsip untuk
persiapan pemindahan IKN di K/L.
Sementara itu, upaya penguatan moderasi beragama masih menghadapi tantangan

meliputi (1) masih lemahnya pemahaman dan pengamalan nilai ajaran agama yang toleran

NEXT
dan moderat, jauh dari sikap ekstrem (berlebihan), serta menghargai agama/keyakinan yang

lain; (2) masih kurangnya pengembangan dialog yang menumbuhkan semangat kerja sama

di kalangan umat lintas agama; (3) belum optimalnya pengembangan dana sosial keagamaan

untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan mendukung pembangunan berkelanjutan; dan

(4) belum meratanya kualitas layanan keagamaan bagi semua agama.


NEXT
Adapun tantangan dalam upaya meningkatkan budaya literasi, inovasi, dan kreativitas

yaitu masih kurangnya kemampuan literasi masyarakat dalam memperoleh, mengolah, serta

memanfaatkan informasi dan pengetahuan untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan_x0002_kegiatan produktif yang
memberi manfaat sosial-ekonomi demi meningkatkan kualitas hidup

dan kesejahteraan.
THANKS
3 HAL DALAM HIDUP YANG TIDAK AKAN KEMBALI
WAKTU, KENANGAN, DAN KESEMPATAN

Anda mungkin juga menyukai