Anda di halaman 1dari 11

Kaidah Fiqh Muamalah

Umar Ade Hidayat


NIM : 1622057
‫‪Kaidah Fiqh‬‬

‫ع‬‫و‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ْم‬


‫ل‬ ‫ا‬ ‫اد‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫َ َ ُ َ َ َ ُْْ ُ‬‫ِ‬‫ان‬ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ز‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬

‫ع‬‫ر‬
‫ُْ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ْ‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ط‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫صل‬
‫ُ َ‬ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫ط‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫إ‬
Pendahuluan

Kaidah fiqhiyyah muamalah merupakan prinsip-prinsip hukum dalam


fiqh yang mengatur hubungan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, termasuk dalam muamalah atau transaksi kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks ini, terdapat dua kaidah yang memiliki pengaruh
signifikan dalam menentukan hukum dalam muamalah, yaitu "Apabila
suatu penghalang telah hilang, maka hukum yang dihalangi kembali
seperti semula" dan "Apabila gugur pokok, maka gugur pula
cabangnya."
‫و‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫اد‬ ‫ع‬ ‫ع‬ِ
ُ ْ ُ ْ َ َ َ ُ ‫ال ال َْمان‬
‫ع‬ َ ‫إ َذا َز‬
Maksud dari qaidah fiqhiyyah tersebut di atas, adalah apabila dalam
suatu perbuatan disitu terdapat suatu penghalang sehingga tidak dapat
terlaksana menurut semestinya atau tidak dapat dilaksanakan sama
sekali. Tetapi jika penghalang itu telah hilang, maka hukum suatu yang
terhalang tersebut, kembali sebagaimana hukum semula.

Kata mani' secara etimologi berarti "penghalang dari sesuatu". Secara terminologi,
seperti dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidani, kata mani' berarti: Sesuatu yang
ditetapkan sebagai penghalang bagi adanya hukum atau penghalang bagi hukum atau
penghalang bagi berfungsinya suatu sebab. Sebuah akad misalnya, dianggap sah
bilamana telah mencukupi syarat-syaratnya dan akad yang sah itu mempunyai akibat
hukum selama tidak terdapat padanya suatu penghalang (mani'), tetapi jika ada
penghalang, maka dianggap tidak sah dan tidak mempunyai akibat hukum.
Mani’
1. Mani' yang menghalangi sahnya sebab hukumseperti menjual
orang yang merdeka tidak memperjual belikan orang yang merdeka
karena orang merdeka bukan termasuk barang yang boleh diperjual
belikan. Pada hal membeli menjadi sebab hak milik dan kebolehan
menguasai dan mengambil manfaat dari barang yang dibeli.

2. Mani' yang menjadi penghalang kesempurnaan sebab lahirnya hukum bagi orang
yang tidak ikut serta melakukan perjanjian dan menjadi penghalang bagi orang yang
mengikat perjanjian. Seperti menjual barang yang tidak miliknya, penjualan seperti ini
tidak sah karena terdapat mani' yakni barang yang dijual adalah milik orang lain.
Namun, apabila pemilik barang yang dijual menyetujui penjualan itu maka perjanjian
itu menjadi sah.
Mani’
3. Mani' yang menjadi penghalang berlaku hukum seperti khiyar syarat dari pihak
penjual yang menghalangi pembeli menggunakan haknya terhadap barang yang
dibelinya selama masa khiyar syarat berlaku. Umpanya si A berkata si B bahwa
barang yang dijualnya kepada si B tidak boleh dipergukan selama tiga hari karena si
A masih berpikir-pikir lagi pada masa yang ditetapkan itu dan kalau pendiriannya
berubah pada masa itu maka penjualannya di batalkan. Sebelum syarat berakhir
pembeli haknya terhalang pada terhadap barang yang dibelinya.

4. Mani' yang menghalangi sempurna hukum seperti khiyar rukyah. Khiyar rukyah
tidak menghalangi lahirnya haknya milik namun hak milik itu dianggap belum
sempurna sebelum pembeli melihat barang yang dibelinya sekalipun barang itu sudah
ada di tangan pembeli. Kalau pembeli sudah melihat barang yang dibelinya ia boleh
meneruskan pemblian selama barang yang dibelinya cocok sifatnya dengan apa yang
tetapkan, tetapi dalam hal barang yang dijualbelikan tidak cocok dengan persyaratkan
ditetapkan maka pembeli dapat membatalkan tanpa menunggu persetuan penjual.
Mani’
5. Mani' yang menghalangi berlakunya hukum, seperti cacat, dan sebagainya. Si A
sebagai pembeli suatu barang belum tahu keadaan barang tersebut dia berhak
memilih antara meneruskan perjajian atau mengembalikan barang yang dibelinya
hanya haknya mengembalikan tidak lebih dari tiga hari. Mani' seperti yang
diterangkan di atas bukan dimaksud agar mukallaf berusaha untuk mencapainya
atau berusaha menolaknya.
Penerapan
• Status sebagai ayah menjadi penghalang seseorang dihukum qishash sekalipun dia
telah membunuh anak kandungnya secara sengaja dan sadar, dia hanya dikenakan
hukum yang lebih rendah dari qishash, yakni diyat. Hikmah dari hukum qishash
adalah mencegah dan menghalangi tindak pembunuhan, sedangkan sifat seorang
ayah yang penyayang, dan simpatik terhadap anaknya secara tidak langsung telah
menghalangi seorang ayah untuk membunuh anaknya, oleh karena itu jika dia tetap
dijatuhi hukuman qishash karena membunuh anaknya maka hal itu bertentangan
dengan tujuan dan hikmah diberlakukannya qishash. Seseorang tidak akan
membunuh anak kandungnya sendiri dengan sengaja dan sadar kecuali pada
keadaan tertentu yang bisa menjadi alasan tidak diberlakukannya qishash, oleh
karena itu hal ini menjadi pengecualian. Ayah adalah sebab adanya kehidupan
anak, oleh karena itu anak tidak bisa menjadi sebab matinya ayahnya.
ُ‫ط الْ َف ْرع‬
َ ‫صل َس َق‬
ُ ‫ط اأْل‬
َ ‫إ َذا َس َق‬
Qaidah fiqhiyyah muamalah di atas maksudnya adalah apabila hukum ashl (pokok)
telah gugur dari hukum, maka gugur pula sesuatu yang menjadi cabangnya. Hukum
pokok adalah hukum azimah, yaitu hukum yang dibebankan kepada mukallaf yang
berlaku secara umum.
Secara istilah hukum azimah adalah hukum- hukum yang disyariatkan Allah kepada
seluruh hamba- Nya sejak semula. Maksudnya sejak semula pensyariatannya tidak
berubah dan berlaku untuk seluruh umat, tempat dan masa tanpa kecuali.
Seluruh hukum taklifi termasuk dalam azimah dan mukallaf di tuntut untuk
melaksanakannyadengan mengerahkan kemampuan untuk mencapai sasaran yang
dikehendaki hukum tersebut. Berdasarkan usaha itu orang tersebut berhak
mendapatkan balasan pahala jika orang itu melaksanakannya.
Penerapan
• Apabila seorang kreditur telah membebaskan segala utang kepada debitur, maka
bebas pula tanggung jawab penanggung utang (kafil) dari utang debitur tersebut.
Demikian pula gugur segala sesuatu yang dijadikan jaminannya atas utangnya.

• Apabila orang yang mewakilkan meninggal dunia, maka perwakilan gugur apabila
tidak berkaitan dengan hak orang lain. seperti perwakilan terhadap utang piutang,
sewa menyewa, dan gadai. Misalnya, saya wakilkan kepada kamu untuk menjual
sebuah mobil, kemudian ia meninggal dunia, maka perwakilan itu batal. Tetapi
kalau mobil itu terjual maka perwakilan tetap berlanjut sampai selesainya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai