Profesi Kelompok 11 David Winarto 126221063 Akuntansi sebagai profesi • Commission on Standards of Education and Experience for Certified Public Accountants menerbitkan 7 karakteristik sebuah profesi: 1. Memiliki bangunan pengetahuan yang khusus (a specialized body of knowledge). 2. Melalui proses Pendidikan formal yang diakui untuk memperoleh pengetahuan spesialis yang disyaratkan. 3. Memiliki standar kualifikasi professional sebagai syarat penerimaan anggota profesi. 4. Memiliki standar prilaku yang mengatur hubungan antara praktisi dengan klien, rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya. 5. Pengakuan akan status. 6. Menerima tanggung jawab sosial yang melekat pada pekerjaan untuk kepentingan publik. 7. Memiliki organisasi yang menjaga kewajiban sosial dari profesi. • Dari berbagai persyaratan di atas, maka dua karakteristik terpenting sebagai prasyarat sebuah profesi adalah pekerjaan tersebut merupakan tanggung jawab sosial yang terkait dengan kepentingan publik dan adanya pengakuan dari publik (masyarakat) bahwa pekerjaan tersebut memang penting bagi mereka. Akuntansi sebagai profesi • Profesi adalah pekerjaan yang diakui dan diterima masyarakat sebagai pekerjaan untuk kepentingan publik dengan tiga ciri, yaitu altruisme, kompetensi dan otonomi. • Altruisme - Altruisme berasal dari kata altruis yang berarti orang yang mengutamakan kepentingan orang lain. Dengan demikian altruisme artinya sikap yang lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain. Sebagai imbalan atas altruisme ini, profesi biasanya menjadi warga terhormat di dalam masyarakat. • Kompetensi - Tidak mungkin seseorang yang bertugas melaksanakan pekerjaan penting bagi publik tidak memiliki kompetensi atas pelaksanaan pekerjaan tersebut dan tidak melaksanakan pekerjaan tersebut dengan standar perilaku yang diharapkan. • Otonomi - Organisasi atau asosiasi profesi yang bertugas menjaga anggotanya agar memenuhi kualifikasi yang ditetapkan, menjaga kompetensi, dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang disepakati. Organisasi ini yang menjaga agar profesi tetap melaksanakan fungsinya sesuai dengan status pengakuannya. Untuk menegakkan disiplin profesi, asosiasi harus dapat mengatur dirinya sendiri. Teori etika dan pengambilan keputusan beretika • Terdapat beberapa definisi mengenai etika. Brooks dan Dunn (2012) menggunakan definisi dari Encyclopedia of Philosophy, yang melihat etika dari tiga definisi, yaitu: 1. Pola umum atau cara pandang kehidupan 2. Sekumpulan aturan perilaku atau kode moral 3. Pertanyaan mengenai cara pandang kehidupan dan aturan prilaku • Definisi pertama terkait dengan etika agama, definisi kedua terkait dengan etika profesional dan perilaku tidak beretika. Sedangkan definisi ketiga berhubungan dengan cabang filsafat. Etika profesi akuntansi tentunya berhubungan dengan definisi kedua. • Selanjutnya, jika definisi kedua dikaji lebih lanjut, maka menurut Encyclopedia of Philosophy, aturan perilaku atau kode moral ini memiliki empat karakteristik, yaitu: 1. Keyakinan tentang sifat manusia 2. Keyakinan tentang cita-cita, tentang sesuatu yang baik atau berharga untuk dikejar atau dicapai 3. Aturan mengenai apa yang harus dikerjakan dan tidak dikerjakan 4. Motif yang mendorong kita untuk memilih tindakan yang benar atau yang salah. Teori etika dan pengambilan keputusan beretika • Keempat karakteristik ini yang menjadi perhatian dari teori-teori etika. Teori-teori ini sebetulnya berakar pada filsafat etika, yang mana setiap teori masih dipertanyakan kelemahan dan kekurangannya. Namun dengan mengaitkannya dengan keempat karakteristik ini diharapkan akan membantu pemahaman mengenai etika sebagai sekumpulan aturan perilaku atau kode moral. • Seluruh teori pada dasarnya membahas apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Namun masing- masing teori memiliki penekanan yang berbeda. Misalnya, utilitarianisme menekankan pentingnya aturan untuk mengejar apa yang baik atau diinginkan, sementara itu deontology lebih menekankan pada motif pengambilan keputusan beretika. Etika virtue cenderung untuk melihat secara lebih utuh sifat kemanusiaan manusia. Teori Etika: Teori Egoism • Menurut Brooks dan Dunn (2012) terdapat tiga dasar mengapa manusia melakukan tindakan beretika, yaitu agama, hubungan dengan pihak lain dan persepsi tentang diri sendiri. Agama pada dasarnya sudah mengatur atau memberi petunjuk mengenai seluruh tindakan manusia di dunia, yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Dasar yang kedua adalah hubungan dengan pihak lain. Manusia minimal tidak merugikan pihak lain dan yang terbaik adalah memberikan manfaat kepada orang lain. Penjabaran hubungan dengan pihak lain yang cukup populer belakangan ini adalah compassionate (berbelas-kasih dengan sesama). Bentuk lainnya seperti kasih sayang, cinta, simpati, dan lain-lain. Dasar yang ketiga adalah persepsi tentang diri sendiri. Manusia melakukan tindakan beretika untuk kepentingan diri sendiri (self interest). Dasar ketiga ini berdasarkan asumsi bahwa manusia sebetulnya memiliki sifat mementingkan diri sendiri. Manusia berupaya melakukan tindakan yang memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. • Brooks dan Dunn (2012) membedakan antara mementingkan diri sendiri dengan egois. Egois adalah melakukan tindakan yang memberikan manfaat bagi diri sendiri dengan tidak memerdulikan apakah tindakan tersebut merugikan pihak lain atau tidak. Sedangkan mementingkan diri sendiri adalah melakukan tindakan yang memberi manfaat bagi diri sendiri dengan tidak merugikan pihak lain. Teori Etika: Teori Utilitarianisme • Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi kesenangan (pleasure) dan kesakitan (pain). Tindakan yang beretika adalah tindakan yang menghasilkan kesenangan atau rasa senang yang paling banyak atau rasa sakit yang paling sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa tujuan hidup adalah untuk bahagia dan segala sesuatu yang mendorong kebahagiaan secara etika baik. • Terdapat dua aliran dari utilitarianisme, yaitu utilitarianisme tindakan dan utilitarianisme aturan. Pada aliran utilitarianisme tindakan, atau lebih dikenal sebagai consequentialisme, tindakan yang secara etika baik atau benar jika tindakan tersebut akan menghasilkan lebih banyak kebaikan daripada keburukan. Sedangkan utilitarianisme aturan menyarankan agar manusia mengikuti aturan yang akan menghasilkan lebih banyak kebaikan daripada keburukan, dan menghindari aturan yang menghasilkan kebalikannya. • Utilitiarianisme memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah belum ada satu ukuran untuk kesenangan dan kebahagiaan. Kedua adalah permasalahan dalam distribusi dan intensitas kebahagiaan. Misalnya mana yang lebih baik antara memberi beasiswa kuliah ke luar negeri untuk dua orang mahasiswa atau memberikan beasiswa kuliah di dalam negeri untuk 20 (dua puluh) orang mahasiswa. Mahasiswa yang kuliah di luar negeri akan memperoleh intensitas kebahagiaan yang lebih tinggi, namun pemberian beasiswa dalam negeri membahagiakan lebih banyak orang. Teori Etika: Teori Utilitarianisme • Permasalahan ketiga adalah menyangkup cakupan. Siapa yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan beretika? Misalnya dalam keputusan eksploitasi sumber daya alam. Apakah hanya memperhatikan kebahagiaan generasi sekarang (eksploitasi sebesar-besarnya) atau termasuk generasi di masa mendatang (eksploitasi secara terbatas). Permasalahan keempat adalah kepentingan minoritas yang terabaikan akibat keinginan untuk memenuhi kebahagiaan lebih banyak orang (mayoritas). Kelima, utilitarianisme mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi, sebagaimana yang terjadi pada kasus dua eksekutif yang melakukan manipulasi laporan keuangan. Permasalahan motivasi ini yang ingin dipecahkan melalui teori deontologi. Teori Etika: Teori Deontology • Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas atau kewajiban. Deontologi terkait dengan tugas dan tanggung jawab etika seseorang. Deontologi mengevaluasi perilaku beretika berdasarkan motivasi dari pengambil keputusan. Menurut teori deontologi, suatu tindakan dapat saja secara etika benar walaupun tidak menghasilkan selisih positif antara kebaikan dan keburukan untuk pengambil keputusan atau masyarakat secara keseluruhan. • Sebagaimana teori etika lainnya, teori deontologi juga dianggap memiliki kelemahan. Kelemahan pertama adalah categorical imperative tidak memberikan pedoman yang jelas untuk memutuskan apa yang benar dan salah ketika dua hukum moral bertentangan dan hanya satu yang dapat diikuti. Hukum moral yang bagaimana yang harus dipilih? Berbeda dengan utilitarianisme yang dapat mengevaluasi tindakan melalui konsekuensinya, teori dentologi tindak menganggap konsekuensi relevan. Hal yang terpenting bagi teori deontologi adalah niat dari pengambil keputusan dan ketaatan pengambil keputusan terhadap categorical imperative. Teori Etika: Teori Keadilan • Filsuf Inggris David Hume (1711-1776) meyakini bahwa kebutuhan keadilan muncul karena dua alasan. Pertama bahwa manusia tidak selalu bersifat baik dan penolong, dan kedua adalah masalah kelangkaan sumber daya. Sebagaimana filsuf empiris lainnya, Hume percaya bahwa masyarakat dibentuk sikap yang mementingkan diri sendiri. Namun, manusia tidak dapat menghidupi diri sendiri sehingga harus bekerjasama dengan orang lain untuk dapat bertahan dan meningkatkan kesejahteraan. Di lain pihak, dengan keterbatasan sumber daya dan kemungkinan adanya seseorang yang memperoleh manfaat lebih dengan pengorbanan orang lain, maka timbul kebutuhan mekanisme alokasi manfaat dan beban secara adil kepada seluruh anggota masyarakat. Hume berargumentasi justice sebagai mekanisme. Justice adalah proses pemberian atau alokasi sumber daya dan beban berdasarkan alasan rasional. Ada dua aspek dari justice, yaitu procedural justice (proses penentuan alokasi) dan distributive justice (alokasi yang dilakukan). • Procedural justice berkepentingan dengan bagaimana justice diadministrasikan. Aspek utama dari suatu sistem hukum yang adil adalah prosedur yang adil dan transparan. Artinya setiap orang diperlakukan sama dan aturan diterapkan tanpa membedakan. Penerapan hukum harus konsisten di dalam wilayah hukum kapanpun terjadi. • Keadilan juga dapat dinilai berdasarkan fakta. Artinya informasi yang digunakan untuk menilai sebuah tuntutan harus relevan, dapat dipercaya dan mudah diperoleh. Selain itu ada kesempatan untuk mengajukan banding. Pihak yang kalah dapat meminta otoritas yang lebih tinggi untuk melakukan review sehingga kemungkinan kesalahan dapat dikoreksi. Baik penilaian terhadap informasi yang digunakan maupun kemampuan untuk banding tergantung tingkat transparansi dari proses. Teori Etika: Virtue Ethics • Virtue ethics berasal dari pemikiran Aristoteles yang mencoba membuat konsep mengenai kehidupan yang baik. Menurutnya, tujuan kehidupan adalah kebahagiaan. Kebahagiaan versi Aristoteles adalah kegiatan jiwa, bukan kegiatan fisik sebagaimana konsep kebahagiaan hedonisme, Kita akan mencapai kebahagiaan dengan kehidupan yang penuh kebajikan, kehidupan yang mengikuti alasan. Virtue adalah karakter jiwa yang terwujud dalam tindakan-tindakan sukarela (yaitu tindakan yang dipilih secara sadar dan sengaja). Kita akan menjadi orang baik jika secara teratur melakukan tindakan kebajikan. Tapi, selain itu, menurut Aristoteles, dibutuhkan pula pendidikan etika untuk mengetahui tindakan-tindakan yang baik. • Virtue ethics berfokus kepada karakter moral dari pengambil keputusan, bukan konsekuensi dari keputusan (utilitarianisme) atau motivasi dari pengambil keputusan (deontologi). Teori ini mengambil pendekatan yang lebih holistik untuk memahami perilaku beretika dari manusia. Teori ini menerima bahwa banyak aspek dari kepribadian kita. Setiap dari kita memiliki keragaman karakter yang berkembang sejalan dengan kematangan emosional dan etika. Setelah terbentuk, ciri-ciri karakter akan stabil. • Dengan berfokus pada manusia secara utuh, teori ini terhindar dari dikotomi yang salah antara utilitarianisme dan deontologi. Keunggulan dari virtue ethics adalah teori ini mengambil pandangan yang lebih luas dalam memahami pengambil keputusan yang memiliki beragam ciri-ciri karakter. Dua permasalahan utama dari virtue ethics, menurut Brooks dan Dunn (2012) adalah menentukan virtues apa yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan jabatan dan tugasnya, dan bagaimana virtues ditunjukkan di tempat kerja. • Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah integritas, yang meliputi kejujuran dan ketulusan. Untuk sebuah perusahaan artinya konsisten dengan prinsip-prinsip perusahaan. Permasalahan dari virtue ethics adalah sulit untuk membuat daftar yang lengkap mengenai virtue dan ada kemungkinan virtue tergantung kepada situasi tertentu. Praktik Bisnis Tidak Beretika • Pertumbuhan dan laba merupakan dua kriteria kinerja yang paling populer digunakan. Dua kriteria ini harus dipenuhi oleh setiap perusahaan dengan kinerja yang mengalahkan estimasi analis sehingga harga saham perusahaan akan terus meningkat. Angka pertumbuhan perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan pesaing mencerminkan kemenangan dan keunggulan daya saing perusahaan. Dengan pertumbuhan yang lebih tinggi, perusahaan akan menjadi lebih besar sehingga lebih mudah menarik pembeli, dan lebih memiliki posisi tawar untuk menekan pemasok, penyandang dana, dan sumberdaya manusia dibandingkan perusahaan pesaing yang lebih kecil. • Permasalahannya adalah bisnis tidak dapat mengharapkan pertumbuhan dengan melayani kebutuhan manusia saja, karena kebutuhan manusia terbatas. Sementara itu persaingan semakin ketat karena jumlah perusahaan bertambah dengan pemain-pemain baru. Perusahaan kemudian mencoba mencari celah untuk pertumbuhan dengan berbagai cara. • Cara pertama adalah melalui penciptaan keinginan manusia, karena keinginan manusia tidak terbatas dan dapat diupayakan untuk selalu muncul keinginan baru. Perusahaan berlomba-lomba menciptakan produk- produk baru yang pada akhirnya menimbulkan keinginan-keinginan baru di dalam masyarakat. Praktik Bisnis Tidak Beretika • Selain bersaing dalam produk baru, perusahaan juga harus bersaing untuk menjadi yang pertama di pasar dan bersaing untuk merebut konsumen pertama. Hal ini berdampak negatif ketika perusahaan rokok memperebutkan anak-anak belasan tahun untuk menjadi konsumen pertama mereka dan akibat persaingan ini semakin lama anak-anak yang diperebutkan semakin muda (kecil). • Untuk membantu konsumen memuaskan keinginannya, bisnis berlomba-lomba menyediakan pembiayaan, dalam bentuk kartu kredit ataupun kredit-kredit konsumsi lainnya. • Perusahaan juga mendorong konsumerisme melalui conspicuous consumption, konsumsi dengan tujuan utama untuk memamerkan kekayaan dan status sosial, dan invidious consumption, konsumsi yang diniatkan untuk menimbulkan rasa cemburu (envy). • Kedua jenis konsumsi ini menimbulkan masalah ekonomi dan sosial. Bagi yang sudah termasuk dalam kelompok elite, terjadi perlombaan untuk memperoleh pendapatan tertinggi diantara anggota kelompok dengan cara apapun. • Sedangkan bagi yang belum memenuhi prasyarat untuk menjadi anggota kelompok, terjadi kecemburuan sosial yang diungkapkan dalam bentuk korupsi bagi yang memiliki kesempatan dan kekerasan dalam masyarakat bagi yang frustasi tidak memiliki kesempatan. Praktik Bisnis Tidak Beretika • Dikembangkan berbagai cara untuk meningkatkan efisiensi, seperti dengan cost reduction program, downsizing, lean and mean organization, activity based management dan cost management systems, sampai dalam bentuk menggantikan tenaga kerja dengan mesin dan teknologi informasi. Selain itu juga dilakukan outsourcing, menyerahkan beberapa kegiatan atau fungsi kepada pihak lain di luar perusahaan yang dapat melaksanakannya dengan lebih efisien. • Perusahaan bersaing tidak hanya dalam harga. tetapi juga di berbagai kegiatan perusahaan, seperti inovasi dan pengembangan produk baru, kecepatan masuk ke pasar, kemasan produk, promosi, lokasi outlet dan penempatan pasar swalayan, customer service, after sales service, dan lain-lain. • Persaingan berubah menjadi peperangan. Banyak terjadi peperangan di dalam bisnis, seperti perang harga, talent war, browser war (Netscape vs Microsoft), patent war (Apple vs Samsung), cola wars (Coca Cola vs Pepsi Cola). • Perusahaan yang menghadapi tekanan persaingan atau perusahaan yang belum puas dengan pertumbuhan yang telah dicapai mencari mesin pertumbuhan lainnya. Mereka melihat peluang pertumbuhan melalui strategi merjer dan akuisisi. • Sayangnya sebagian besar merjer dan akuisisi mengalami kegagalan. Kenaikan nilai perusahaan yang diharapkan tidak tercapai. Bahkan lebih baik bagi mereka untuk tidak melakukan merjer dan akuisisi. Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis • Beberapa permasalahan global yang terjadi membuat penderitaan dan menimbulkan perubahan dalam tata kehidupan manusia. Situasi ini mendorong masyarakat untuk menuntut akuntabilitas dan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih besar. Selain skandal korporasi yang telah dijelaskan, terdapat dua hal lainnya yang mengakibatkan pandangan yang negatif terhadap perusahaan dan dunia usaha. Masalah Pencemaran Lingkungan: Pemanasan Global dan Krisis Energi • Dampak dari pemanasan global dan krisis energi semakin dirasakan oleh semakin banyak orang dan dikhawatirkan semakin memburuk jika tidak dilakukan perubahan. Perusahaan yang bergerak di industry pembangkit listrik, transportasi, manufaktur dan kehutanan dianggap memiliki kontribusi yang besar dalam emisi CO2. Perusahaan besar mendapat kritik sebagai penyebab terkikisnya hutan, terkurasnya perikanan dan barang tambang, sampai dengan membuang sampah-sampah yang membahayakan lingkungan. • Terlebih lagi, beberapa perusahaan tercatat telah menimbulkan malapetaka besar bagi lingkungan hidup. Contoh klasik tragedi terbesar adalah ledakan pada pabrik pestisida Union Carbide di Bhopal India pada tahun 1984 yang menyebabkan bocornya gas methyl isocyanate yang diperkirakan 500 kali lebih beracun dari sianida. Lebih dari 2.000 orang meninggal dan 200.000 terluka, sebagian besar adalah penghuni liar dari tempat-tempat kosong di sekitar pabrik. Sampai saat ini tampaknya ganti rugi terhadap korban belum sepenuhnya terselesaikan. Kasus kerusakan lingkungan lainnya adalah bocornya kapal tanker milik perusahaan minyak Exxon yang menumpahkan 12 juta gallon minyak mentah di perairan Alaska pada tahun 1989 dan bocornya pipa yang menumpahkan 74 juta gallon minyak mentah di hutan Amazon Ekuador selama periode 1968 -1992. Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis Anti Globalisasi • Gerakan anti globalisasi sering terlihat dalam bentuk demonstrasi pada saat pertemuan KTT yang diselenggarakan oleh WTO, IMF, Bank Dunia, G8 dan organisasi lainnya, mencerminkan sentimen Sebagian orang di negara berkembang atas kehadiran perusahaan multinasional melakukan investasi di negaranya. Sentimen ini terutama berdasarkan pada alasan bahwa investasi asing tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Investasi asing memberikan lapangan kerja bagi masyarakat tapi dengan pengorbanan dalam bentuk diskriminasi gaji, pemanfaatan tenaga kerja di bawah umur, pencemaran udara dan kerusakan lingkungan, konsumerisme. Investasi asing juga sering menimbulkan perbenturan budaya. Investasi asing menguras sumber daya alam tanpa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sekitar. Bahkan sebagian malah menimbulkan biaya sosial dalam bentuk kerusakan lingkungan dari area yang digarap, yang menimbulkan penderitaan fisik seperti penyakit maupun kesulitan mata pencaharian penduduk lokal. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Corporate Social Responsibility dari World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) • World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah 160 perusahaan internasional yang bergabung dengan komitmen yang sama terhadap lingkungan hidup dan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. • WBCSD bertujuan untuk menjadi katalisator perubahan dan membantu tercapainya kerjasama yang lebih erat antara dunia usaha, pemerintah dan organisasi lain yang peduli terhadap lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. • Masyarakat menuntut perusahaan berperilaku lebih etis dan bertanggungjawab. Mempertahankan reputasi sebagai perusahaan yang etis dan bertanggung jawab penting bagi perusahaan untuk mendapat persetujuan dari masyarakat sehingga dapat beroperasi. Selanjutnya, untuk dapat meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, perusahaan harus menjamin bahwa tidak terjadi konflik dengan masyarakat dan bahkan dapat mengupayakan agar memperoleh manfaat yang nyata. Hal ini dapat terjadi jika perusahaan mampu menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan dari para pemangku kepentingan, tidak sekedar pemenuhan kebutuhan pemegang saham. Dengan demikian, pertanggungjawaban sosial merupakan hal yang penting bagi penciptaan nilai untuk pemegang saham. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Corporate Social Responsibility dari World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) • WBCSD menyarankan beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam perumusan strategi, yaitu: 1. Pembangunan kapasitas (capacity building) dari masyarakat sehingga dapat membentuk modal sosial (social capital) 2. Pembangunan kemitraan (partnership building) dengan perusahaan lain dan kelompok-kelompok di dalam masyarakat 3. Kerjasama dalam bidang teknologi, sebagai bagian dari pembangunan kapasitas dan pembangunan kemitraan 4. Keterbukaan dan transparansi untuk mengkomunikasikan bukti-bukti prilaku perusahaan yang bertanggung jawab Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs • Sekitar 44 pimpinan perusahaan terkemuka yang tergabung dalam gugus tugas dari World Economic Forum CEOs pada tahun 2002 membuat suatu pernyataan bersama bahwa komitmen mereka untuk menjadi global corporate citizen sama dengan komitmen mereka menjalankan bisnis. Artinya, menjalankan usaha yang bertanggung jawab harus melebihi dari kegiatan filantropi dan harus terintegrasi dengan strategi dan praktik usaha inti mereka. Mereka menyadari bahwa kunci keberhasilan menjadi global corporate citizen adalah hubungan yang baik dengan para pemangku kepentingan utama. • Mereka merekomendasikan suatu Framework for Action untuk pimpinan perusahaan sebagai penanggung jawab akhir penerapan Corporate Citizenship. Framework for action ini dapat digunakan sebagai template yang dapat digunakan dalam proses kepemimpinan di dalam perusahaan dan diharapkan dapat saling melengkapi dengan prinsip dan pedoman Corporate Citizenship yang telah dikembangkan sebelumnya. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs • A Framework for Action yang direkomendasikan adalah: 1. Provide Leadership: tetapkan arah stratejik untuk corporate citizenship dan terlibat dalam perdebatan mengenai globalisasi dan peran dunia usaha dalam pembangunan a. Artikulasikan maksud dan tujuan, prinsip, dan nilai-nilai kepada pihak internal dan eksternal perusahaan b. Promosikan contoh-contoh implementasi yang baik c. Terlibat diskusi dengan sektor keuangan untuk peningkatan kesadaran mengenai pentingnya masalah sosial dan lingkungan hidup d. Ikuti perdebatan globalisasi dan peran dunia usaha dalam pembangunan Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs • A Framework for Action yang direkomendasikan adalah: 2. Define What It Means For Your Company: definisikan isu kunci, pemangku kepentingan dan cakupan pengaruh yang relevan bagi perusahaan dan industri.Artikulasikan maksud dan tujuan, prinsip, dan nilai-nilai kepada pihak internal dan eksternal perusahaan a. Definisikan isu kunci, yang terdiri dari Good Corporate governance & Ethics (termasuk ketaatan terhadap hukum peraturan, dan standar internasional, upaya pencegahan tindak penyuapan dan korupsi, dan isu etika lainnya), tanggung jawab terhadap manusia (termasuk hak konsumen dan pekerja), tanggung jawab terhadap lingkungan dan kontribusi yang lebih luas kepada pembangunan (termasuk menjalin hubungan dengan pengusaha lokal, pemberian akses produk dan layanan kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu). b. Tetapkan cakupan pengaruh (spheres of influence) perusahaan, yang dapat meliputi kegiatan inti usaha (core business), masyarakat lokal, asosiasi industri, dan kebijakan publik. c. Identifikasi pemangku kepentingan kunci untuk mengkomunikasikan isu-isu sosial, etika, dan lingkungan. Pemangku kepentingan kunci utama adalah investor, pelanggan, dan pegawai. Pemangku kepentingan lainnya dapat meliputi mitra bisnis, asosiasi industri, masyarakat lokal, serikat pekerja, LSM, institusi riset dan pendidikan, media, lembaga pemerintahan, Lembaga internasional dan lain sebagainya. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs • A Framework for Action yang direkomendasikan adalah: 3. Make It Happen: Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan prosedur yang memadai, terlibat dalam dialog dan kemitraan dengan pemangku kepentingan untuk menyatukan corporate citizenship ke dalam strategi dan operasi perusahaan. a. Menjadikan corporate citizenship dalam agenda pimpinan perusahaan, misalnya dengan menciptakan kebijakan dan struktur yang mengawasi penyatuan corporate citizenship ke dalam strategi dan operasi perusahaan dan memantau kinerja sosial dan lingkungan. Struktur dapat berupa: komite yang bertanggung jawab terhadap Direksi dan Komisaris, external advisory panel, pemilihan komisaris dengan komposisi yang mencerminkan keragaman latar belakang. b. Menciptakan sistem kinerja dan insentif yang menjabarkan tujuan dan nilai-nilai perusahaan c. Terlibat dalam dialog dan kemitraan dengan pemangku kepentingan. d. Mendorong inovasi dan kreatifitas, melalui insentif dan dukungan, untuk menciptakan operasi perusahaan yang ramah lingkungan. e. Menyiapkan calon-calon pimpinan usaha di masa depan, dengan mengintegrasikan corporate citizenship ke dalam kegiatan mentoring dan coaching dan program pengembangan eksekutif, mendorong sekolah bisnis untuk mengajarkan dan meneliti corporate citizenship dan menjadi role model bagi mahasiswa sekolah bisnis. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs • A Framework for Action yang direkomendasikan adalah: 4. Be Transparent About It: membangun keyakinan pemangku kepentingan dengan mengkomunikasikan prinsip, kebijakan, dan operasi perusahaan secara transparan dan tidak berlebihan. a. Kesepakatan mengenai apa dan bagaimana mengukur kinerja perusahaan dengan pihak internal: pegawai dan mitra bisnis, dan dengan berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dari pihak di luar perusahaan. b. Mengembangkan program untuk pelaporan kepada pihak eksternal secara reguler dan konsisten mengenai tahapan komitmen kepada corporate citizenship, dan jika terjadi permasalahan, diskusi yang terbuka dan tepat waktu penting dilakukan untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan. c. Realistis untuk mengatur kecepatan dan mengelola harapan melalui kesepakatan dalam strategi yang jelas, jadual, dan roadmaps untuk implementasi komitmen kepada corporate citizenship. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan UN Global Impact • UN Global Impact merupakan inisiatif yang diciptakan oleh PBB untuk mempromosikan corporat citizenship. PBB menginginkan keterlibatan perusahaan swasta untuk memecahkan beberapa masalah sosial dan lingkungan yang diakibatkan oleh globalisasi. Perusahaan diharapkan dapat berkontribus secara sukarela melalui organisasi dan supply chain-nya. Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan PBB, Pemerintah setempat, atau LSM untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan baik pada masyarakat setempat atau secara internasional Latar belakang inisiatif ini adalah terjadinya meningkatnya gerakan penolakan globalisasi sepanjang tahun 1990an. Gerakan anti globalisasi ini menolak kemungkinan perusahaan untuk bergerak bebas di pasar bebas dan globalisasi produksi dengan pengorbanan lingkungan hidup, tenaga kerja dan hak asasi manusia. • Inti dari Global Impact adalah sepuluh prinsip yang dikembangkan berdasarkan konvensi dan kesepakatan internasional terhadap hak asasi manusia, tenaga kerja, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan anti korupsi. Global Impact mengupayakan agar sepuluh prinsip ini menjadi bagian yang terintegrasi dari strategi dan operasi perusahaan. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan UN Global Impact Sepuluh prinsip tersebut adalah: • Hak Asasi Manusia 1. Perusahaan harus mendukung dan menghargai perlindungan terhadap hak asasi manusia yang berada pada cakupan pengaruhnya, dan 2. Harus menjamin mereka tidak terlibat dalam pelanggaran HAM. • Standar Pekerja 3. Perusahaan harus menjamin kebebasan berserikat dan menghargai hak untuk berunding bersama, 4. Menghilangkan segala bentuk kerja paksa dan wajib (forced and compulsory labour), 5. Menghapus tenaga kerja di bawah umur, dan 6. Menghilangkan diskriminasi dalam kepegawaian dan pekerjaan. Inisiatif untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan UN Global Impact Sepuluh prinsip tersebut adalah: • Lingkungan Hidup 7. Perusahaan harus mendukung pendekatan pencegahan terhadap tantangan lingkungan; 8. Melakukan inisiatif untuk mempromosikan tanggung jawab lingkungan yang lebih besar, dan 9. Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi ramah lingkungan. • Anti-Korupsi 10. Perusahaan harus bekerja melawan korupsi dalam segala bentuknya, termasuk pemerasan dan penyuapan. Pengambilan keputusan beretika Kerangka pengambilan keputusan beretika Berikut ini adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan pengambilan keputusan beretika: Sniff Tests & Common Rules of Thumb – Preliminary Tests of the Ethicality of a Decision • Sniff test merupakan semacam preliminary test yang dapat dilakukan dengan cepat sekedar untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil telah melalui beberapa test etika. Berikut ini sniff test yang biasanya digunakan: 1. Apakah saya nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul besok pagi di halaman pertama surat kabar nasional? 2. Apakah saya bangga dengan keputusan ini? 3. Apakah ibu saya bangga dengan keputusan yang saya ambil? 4. Apakah keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik perusahaan? 5. Apakah saya nyaman dengan keputusan ini? Pengambilan keputusan beretika Kerangka pengambilan keputusan beretika Selain itu, banyak eksekutif menggunakan semacam rule of thumb dalam proses pengambilan keputusan beretika, sebagaimana contoh di bawah ini: 1. Golden rule -> Jangan perlakukan orang lain yang kamu tidak ingin mereka lakukan terhadapmu 2. Disclosure rule -> Jika anda nyaman dengan tindakan dan keputusan yang akan diambil setelah menanyakan pada diri sendiri, apakah anda tidak berkeberatan jika rekan kerja, teman, dan keluarga anda mengetahui hal ini 3. Intuition ethics -> Lakukan apa yang “kata hati” anda katakana 4. Categorical imperative -> Anda dapat menerapkan prinsip ini jika secara konsisten juga dapat diterapkan oleh orang lain 5. Professional ethics -> Lakukan hanya yang dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kepada Komite, jika diminta 6. Prinsip utilitarian -> Lakukan yang terbaik (paling bermanfaat) bagi sebanyak mungkin orang 7. Prinsip virtue -> Lakukan apa yang dapat menggambarkan virtue yang diharapkan Pengambilan keputusan beretika Stakeholder Impact Analysis Stakeholder impact analysis merupakan penerapan teori utilitarianisme dalam keputusan bisnis. Kelebihan dari stakeholder impact analysis ini adalah memberikan kerangka analisis mengenai pihak-pihak yang kemungkinan terkena pengaruh dari keputusan yang diambil. Tahapan dalam stakeholder impact analysis adalah sebagai berikut: 1. Analisis kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan 2. Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi a. Laba. b. Dampak yang tidak tercakup dalam laba namun dapat diukur langsung. Biasanya ini adalah biaya eksternalitas, misalnya biaya kerusakan lingkungan akibat tidak dilakukan pengolahan limbah. Atau biaya kemacetan lalu lintas dengan bertambahnya jumlah kendaraan. c. Dampak yang tidak tercakup dalam laba dan tidak dapat diukur langsung. Misalnya biaya pengobatan dari penyakit yang mungkin terjadi akibat polusi yang dilakukan perusahaan. Atau biaya sosial akibat pengurangan pegawai.\ d. Hitung net present value dari selisih present value dari benefit dikurangi present value dari biaya akibat tindakan yang sedang dipertimbangkan akan dilakukan. e. Hitung risk benefit analysis. f. Identifikasi pemangku kepentingan yang berpotensi terkena pengaruh dari keputusan dan buat peringkat. Pengambilan keputusan beretika Stakeholder Impact Analysis Stakeholder impact analysis merupakan penerapan teori utilitarianisme dalam keputusan bisnis. Kelebihan dari stakeholder impact analysis ini adalah memberikan kerangka analisis mengenai pihak-pihak yang kemungkinan terkena pengaruh dari keputusan yang diambil. Tahapan dalam stakeholder impact analysis adalah sebagai berikut: 3. Lakukan penilaian terhadap dampak yang tidak dapat dikuantifikasi. a. Keadilan dan kesetaraan antar pemangku kepentingan. b. Hak-hak dari pemangku kepentingan. Kasus Ford Pinto • Untuk memberi gambaran bahwa tidak mudah bahkan bagi orang yang memiliki prinsip yang kuat untuk tidak terpengaruh oleh nilai-nilai yang berlaku di organisasi tempat ia bekerja, terlebih sebagai pegawai baru dan merupakan bagian kecil dari organisasi, berikut akan dijabarkan kasus Ford Pinto. • Setelah menyelesaikan pendidikan MBA di tahun 1972, Dennis A Gioia diterima bekerja di perusahaan impiannya, yaitu Ford Motor Company. Sebagai generasi yang tumbuh di tahun 1960an, ia aktif terlibat dalam demonstrasi anti perang Vietnam dan berbagai gerakan protes lainnya. Ia tumbuh menjadi orang yang sangat berprinsip. dan siap untuk mengubah dunia. Keputusannya untuk bekerja di Ford bertujuan untuk mengubah Ford dari dalam agar menjadi perusahaan yang tidak hanya memikirkan laba semata. • Tak lama kemudian, Gioia terbenam dalam keasyikan bekerja, menaklukkan satu tantangan ke tantangan lain, berlomba dengan pegawai baru lainnya untuk mendapat pengakuan sebagai “bintang yang cemerlang”. Ia pun dengan cepat dipromosikan menjadi Field Recall Coordinator yang mengumpulkan informasi terkait dengan kemungkinan terjadinya masalah pada kendaraan dan memberikan rekomendasi untuk menarik kembali mobil-mobil yang sudah terjual. Jabatan ini penting karena keputusannya dapat mempengaruhi keselamatan orang banyak. Kasus Ford Pinto • Awalnya Gioia sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ia mempertimbangkan banyak aspek, yang sampai membuatnya susah tidur. Namun, dengan berjalannya waktu, ia semakin terampil dalam pengambilan keputusan, dengan menyederhanakan kriteria, hanya memperhatikan beberapa faktor kunci. Kebetulan etika itu perusahaan menghadapi tekanan persaingan dari Jepang yang mengakibatkan penurunan produksi yang signifikan dan pengurangan pekerja. Dengan demikian pertimbangan kelangsungan hidup perusahaan menjadi dominan, termasuk ketika ia merekomendasikan Ford Pinto, salah satu dari sedikit andalan perusahaan, tidak perlu ditarik kembali. Padahal telah jatuh beberapa korban yang terbakar karena adanya kesalahan dalam disain dan penekanan biaya produksi. Kasus Ford Pinto menjadi suatukontroversi. Ford dituduh mengorbankan keselamatan penumpang atas nama efisiensi. Gioia, setelah keluar dari perusahaan, mengakui keputusannya merupakan keputusan yang tidak etis. Namun semasa ia bekerja di perusahaan ia tidak memiliki sedikit keraguan. Paket sistem, organisasi, lingkungan kerja, dan budaya perusahaan berhasil mengubah Gioia menjadi orang yang sebetulnya tidak disukainya, tanpa disadarinya.