Indikator Surveilans Gizi
Indikator Surveilans Gizi
FERY T. SIHOTANG
Kurang gizi
Kurang gizi
Makan Penyakit
tidak seimbang infeksi
Sanitasi
Persediaan
Air bersih
pangan↓ Pola asuh anak↓
yankes↓
Krisis ekonomi,politik
Dan sosial
Target intervensi pada kelompok penduduk
USIA LANJUT
KURANG GIZI
BBLR BALITA
KEP
WUS KEK
BUMIL KEK
(kenaikan BB REMAJA&USIA
Rendah) SEKOLAH
RINGAN,SEDANG,BERAT
PUSKESMAS
POSYANDU RUMAH SAKIT
BERAT
PMT PEMULIHAN
KELUARGA
DEFINISI INDIKATOR
Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan
indikasi tentang suatu keadaan. Sebagai contoh:
binatang liar sudah banyak memasuki pemukiman
penduduk memberikan indikasi bahwa sudah terjadi
kelangkaan makanan di hutan. Disini keadaan dimana
“banyak binatang liar memasuki pemukiman
penduduk” adalah indikatornya. Contoh lain adalah
banyak penduduk menggadaikan barang miliknya
memberikan indikasi sudah terjadi masalah penurunan
penghasilan mereka akibat kegagalam proses produksi
pertanian. Dalam hal ini indikatornya adalah “banyak
penduduk yang menggadaikan barang miliknya”.
Syarat-syarat indikator
Mudah diukur secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Contohnya
indikator status gizi berdasarkan antropometri (berat badan dan tinggi badan
mudah diukur), dan indikator kerawanan pangan berdasarkan keadaan yang
mudah diamati (banyaknya binatang liar yang turun ke pemukiman
penduduk, atau banyaknya penduduk yang menggadaikan barang miliknya).
Harus jelas untuk dipahami dan dapat secara langsung mengukur keadaan.
Indikator harus akurat dan relevan dengan yang ingin diukur. Indikator
status gizi berdasarkan antropometri memiliki akurasi dan relevansi karena
pertumbuhan seorang anak merupakan gambaran dari akibat keseimbangan
antara kebutuhan dan pemenuhan zat gizi.
Indikator harus sensitif yang berarti mampu memberikan indikasi terjadinya
perubahan setiap saat. Misalnya perubahan prevalensi balita kurus
merupakan indikator dari kerawanan pangan.
Indikator harus tepat waktu sesuai dengan tujuan pengamatannya. Misalnya
untuk tujuan peringatan dini maka indikator yang dikumpulkan harus dapat
dikumpulkan secara cepat dan tepat waktu sehingga dapat dilakukan
tindakan cepat.
1.Bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
Definisi
Yang dimaksud dengan berat badan lahir rendah
adalah berat badan bayi lahir hidup dibawah 2500
gram yang ditimbang pada saat lahir
Kegunaan indikator BBLR
A.Untuk screning invidu :
a.Indikator : berat badan lahir
b.Cut –off : BBL < 2500 gram
C.Sumber data : bidan desa/dukun terlatih
d.Frekuensi : setiap ada bayi lahir
e.Tujuan : penapisan bayi untuk
diberi perawatan
Pengguna : Puskesmas
B.Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan
kesehatan ibu dan anak
a.Indikator : prevalensi bayi BBLR
b.triger level: prevalensi BBLR > 15%
c.Sumber data: Puskesmas
d.Frekuensi : sekali setahun
e.Tujuan : Evaluasi gizi ibu dan anak
f.Pengguna : Kecamatan
c.Untuk gambaran perkembangan keadaan gizi dan
kesehatan ibu dan anak antar kecamatan dalam kabupaten
a.Indikator : prevalensi bayi BBLR
b.triger level: prevalensi BBLR > 15%
c.Sumber data: Kecamatan
d.Frekuensi : sekali setahun
e.Tujuan : Evaluasi gizi ibu dan anak
f.Pengguna : Kabupaten dan propinsi
2.MASALAH GANGGUAN PERTUMBUAH BALITA
DEFINISI :
Gangguan pertumbuhan bila BGM atau 2 kali
penimbangan tidak naik berat badannya
A.Screning balita untuk perawatan
a.Indikator : pertumbuhan berat badan (SKDN)
b.Cut-off : - BGM (BB/U < -3SD dan 3T
c.Sumber data: Posyandu
d.Frekuensi : sekali sebulan
e.Tujuan : screning balita rujukan
f.Pengguna : Puskesmas
B.Gambaran keadaan pertumbuhan balita
tk.kecamatan
a.Indikator : %N/(D-O-B)D/S 80% dan %
BGM/D
b.Triger level : %N/(D-O-B) < 60%
% BGM >1%
c.Sumber data : Puskesmas/kecamatan
d.Frekuensi : sekali sebulan
e.Tujuan : evaluasi keadaan pertumbuhan
balita untuk tindakan preventif terhadap memburuknya keadaan gizi
f.Pengguna : Kecamatan/kabupaten,propinsi
S= jumlah balita yang ada di desa tsb
K=jumlah balita yang mendapatkan KMS
D= jumlah balita yang datang dan ditimbang
N=jumlah balita yang ditimbang dan naik Bbnya
D/S = tingkat partisipasi masyarakat dgn cut off point
70%
N/S=keberhasilan program
3.Masalah KEP balita
Definisi :
Gizi kurang bila BB/U - 2SD
Gizi buruk bila BB/U < -3SD
A.Screning balita untuk perawatan
a.Indikator : BB/U
b.cut of point : BB/U < -2SD dan BB/U<-3SD
Gizi buruk,marasmus
kwashiorkhor
c.Sumber data : Puskesmas
Pelacakan gizi buruk,
kunjungan pasien
d.Frekuensi : setiap ditemukan kasus
e.Tujuan : untuk tindakan treatment
khusus terhadap bagi penderita
f.Pengguna : Puskesmas
B.Gambaran keadaan pertumbuhan
balita tk.kecamatan
a.Indikator : prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk
b.Triger level : prevelansi gizi kurang >20% /
Prevalensi gizi buruk > 1%
c.Sumber data : Pemantauan Status Gizi /BPS
d.Frekuensi : sekali setahun
e.Tujuan : evaluasi perkembangan
keadaan gizi balita untuk program dan perumusan
c kebijakan (nasional)
f.Pengguna : Kabupaten,propinsi,pusat
4.Masalah gangguan pertumbuhan anak
sekolah
Gangguan pertumbuhan anak usia masuk sekolah
adalah pencapaian tinggi badan anak baru sekolah
Kegunaan survei ini :
1. Refleksi keadaan gizi masyarakat
2. Gambaran keadaan sosial ekonomi
masyarakat
3. Gambaran efektifitas upaya perbaikan gizi
masa balita
Indikator yang digunakan
Indikator :prevalensi pendek
Cut of point (TB/U - <-2SD)
Triger level : prevalensi pendek >20%
Sumber data : pemantauan pendek
Frekuensi : 5 tahun sekali
Tujuan : evaluasi perkembangan keadaan gizi
masyarakat ,keadaan sosial ekonomi masyarakat dan
efektifitas upaya perbaikan keadaan gizi masa balita
Pengguna : kabupaten,propinsi,pusat
5.Masalah KEK dan resiko KEK wanita usia
subur usia 15 – 45 tahun dan ibu hamil
Definisi :
KEK ibu hamil LILA < 23,5
KEK WUS IMT < 18,5
Resiko KEK WUS LILA < 23,5
a.Screning ibu hamil yang memilii resiko
BBLR untuk diberikan penyuluhan /treatment
Indikator : LILA
Triger level : LILA < 23,5
Sumber data : kohor ibu hamil bidan
desa, puskesmas
Frekuensi : setiap ditemukan ibu hamil
Tujuan : screning ibu hamil KEK
untuk penyuluhan dan intervensi
Pengguna : Puskesmas
B.Memberikan gambaran perkembangan
status
gizi WUS
Indikator : KEK IMT dan resiko KEK
LILA
Triger level : KEK IMT < 18,5
Resiko KEK LILA < 23,5
Sumber data : Survei cepat dan
suskernas(KEK WUS) dan Susenas (resiko
KEK)
Frekuensi : sekali dalam 3 tahun
Pengguna : Propinsi dan pusat
6.Masalah GAKY
kegunaan untuk memberikan gambaran besar dan
sebaran GAKY
• Indikator: Prevalensi GAKY /TGR anak
sekolah
Ekskresi Yodium
Urine(EYU)
Konsumsi garam Yodium rumah tangga
• Trigger level: TGR >15%
EYU 100mcg/dl >50%
konsumsi GB(30ppm)>80%RT
• Sumber data: Survei nasional pemetaan GAKY
Susenas dan monitoring GB Kab.
• Frekuensi : 3 tahun sekali dan sekali setahun
• Pengguna : Kabupaten,propinsi,pusat
• Pengguna :
7.Masalah KVA
a. Screning kasus Xeropthalmia untuk perawatan
Indikator :Kasus Xeropthalmia
Trigger level :setiap ada kasus
Sumber data : Laporan Puskes/RS
Frekuensi : setiap ada kasus
Tujuan :Tindakan cepat
Pengguna : Kabupaten
,propinsi,pusat
b.Memberikan gambaran
perkembangan masalah KVA
• Indikator :prevalensi X1B
Prev.Serum retinol
• Trigger level :Prev.X1B >0,5%
Prev.serum retinol
(<20mcg/dl) > 0,5%
• Sumber data : Survei Vit.A
• Frekuensi : sekali dalam 10 tahun
• Pengguna : propinsi,pusat
8.Masalah konsumsi gizi
Definisi :
Masalah defisiensi intake makro dan mikro
mikronutrient di masyarakat
Kegunaan :
Memberikan gambaran perkembangan konsumsi
makro dan mikro nutrient serta pola konsumsi
masyarakat
Masalah konsumsi gizi
Indikator :Prev.defisit E, P,mikro
Trigger level:Prev.RT kons.energi
(<70% RDA) >30%
Prev.RT kons.Protein
(<70%RDA)>30%
Sumber data: Pemantauan Kons.Gizi
Frekuensi : sekali dalam 3 tahun
Tujuan :evaluasi perkembangan masalah dan
untuk analisa faktor-faktor yang berkaitan dan
memberi masukan pada ketersediaan pangan
Pengguna : Kabupaten,propinsi,pusat
9.Masalah anemia
Definisi :
Defisiensi zat besi yang diindikasikan dengan kadar
Hb darah < 11mg% (wanita hamil) atau <12 mg%
pada wanita tidak hamil
Kgunaan :
Memberikan gambaran perkembangan masalah anemia
dan besarannya
Masalah anemia
• Indikator :Prev.anemi kel.umur
• Trigger level :belum ada ketentuan
• Sumber data : badan Litbangkes,BPS
Surkesnas
• Frekuensi : sekali dalam 3 tahun
• Tujuan :Ev.untk.prog.kebijakan
• Pengguna :Pusat
10.Gizi darurat
Definisi :
Keadaan darurat yang dimaksud adalah situasi yang terjadi
akibat konflik politik,bencana alam/konflik lainnya yang
mengakibatkan banyak penduduk keluar dari daerah tempat
tinggalnya dan tinggal di lokasi baru (tempat pengungsian
Kegunaan:
Memberikan masukan dalam kaitannya dengan penanganan
pangan dan gizi dalam keadaan darurat
Gizi darurat
Indikator :Prev.wasting (BB/TB)
Trigger level:Prev.BB/TB
(<-2SD)>15% ( 10-15%)
dengan angka kematian kasar
1/10000,kematian gizi buruk >1%
Sumber data: Survei cepat di lokasi darurat
Frekuensi : saat terjadi darurat,monotoring
Tujuan : manajemen penanganan mas.gizi
pada saat darutat
Pengguna :kab,prop,pusat,Int,LSM
11.Masalah Gizi lebih orang dewasa
Definisi :
Masalah gizi lebih adalah mulai dari overweight
sampai dengan obese
Kegunaan :
Memberikan gambaran maslah gizi lebih terutama di
daerah perkotaan
Masalah Gizi lebih orang dewasa
Indikator :Prevalensi IMT >25
Trigger level :Prevalensi IMT(>25) >10%
Sumber data : Survei cepat
Frekuensi : sekali dalam 3 tahun
Tujuan : manajemen masalah gizi
Pengguna :Propinsi ,pusat
12.Masalah pemberian ASI eksklusif
dan MP-ASI
Definisi :
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi
sampai usia 6 bulan
MP-ASI adalah makanan tambahan dalam bentuk
lunak maupun bentuk makanan dewasa selain ASI
sampai anak usia 24 bulan
A.Memberikan gambaran tentang perkembangan
praktek pemberian ASI eksklusif
Indikator :Proporsi ibu ASI eksklusif
Trigger level :proporsi tidak menurun
Sumber data :Badan Litbangkes
Frekuensi :sekali dalm 3 tahun
Tujuan :Manajemen penyuluhan
Pengguna :Propinsi ,pusat
b.Penyuluhan individu yang memeliki anak usia
4 bulan kebawah agar memberikan ASI
eksklusif
Indikator :Ibu → anak 6 bln ↓
Trigger level :Tidak membrikan ASI eks.
Sumber data :Kohort bayi(B.desa/posydu)
Frekuensi : setiap ibu → anak 6 bln ↓
Tujuan : tindakan penyuluhan
Pengguna : Puskesmas