Anda di halaman 1dari 10

VITAMIN

Indah Purwaningsih, M.Farm, Apt


SEJARAH VITAMIN
 Perkembangan besar mengenai vitamin muncul pada tahun
1890-an.
 Penemuan ini diprakarsai oleh Lunin dan Christian Eijkman
yang melakukan penelitian mengenai penyakit beri-beri akibat
defisiensi senyawa tertentu.
 Pada tahun 1897, Eijkman memberikan gambaran adanya suatu
penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan
beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah
binatang diberi makanan yang terdiri atas beras giling murni.
Namun, ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan
memberi makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk.
 Hal ini menunjukkan bahwa didalam makanan terdapat faktor
lain yang penting selain karbohidrat, lemak dan protein.
2
 Beberapa tahun berselang, ilmuwan
Sir Frederick G. Hopkins yang juga
sedang melakukan analisis penyakit
beri-beri pada hewan menemukan
bahwa hal ini disebabkan oleh
kekurangan suatu senyawa faktor
pertumbuhan (growth factor).

 Pada tahun 1911, seorang ilmuwan


kelahiran Amerika bernama Dr. Casimir
Funk berhasil mengisolasi suatu
Christiaan Eijkman, salah senyawa yang telah dibuktikan dapat
satu tokoh penting dalam mencegah peradangan saraf (neuritis)
sejarah penemuan vitamin.
untuk pertama kalinya.

3
 Dr. Casimir Funk juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari
sekam beras yang diyakini memiliki aktivitas anti beri-beri pada
tahun berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya),
Dr. Funk mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya
tersebut dengan istilah vitamine (vital dan amines).
 Istilah Vitamine atau vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang
ahli kimia Polandia Dr. Casimir Funk, yang percaya bahwa zat
penangkal beri-beri yang larut dalam air itu adalah suatu amina
yang sangat vital.
 Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa latin vita yang
artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu
gugus organik yang memiliki atom Nitrogen (N) yaitu gugus
amina (amine), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian.
Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak
memiliki atom N, sehingga vitamine diganti menjadi vitamin
(dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada tahun 1920.

4
DEFINISI VITAMIN

 Vitamin adalah senyawa organik


yang sangat diperlukan tubuh
untuk proses metabolisme dan
pertumbuhan yang normal.
 Vitamin hanya diperlukan oleh
tubuh dalam jumlah sedikit,
tidak memberikan energi dan
tidak ikut menyusun jaringan
tubuh. Namun, vitamin memiliki
fungsi khusus yang tidak dapat
digantikan oleh zat lain.

5
 Kekurangan vitamin dapat menimbulkan penyakit tertentu.
Kondisi kekurangan vitamin disebut avitaminosis dan dapat
disembuhkan dengan memberikan vitamin yang kurang.
 Kebanyakan vitamin-vitamin tidak dapat disintesis oleh
tubuh atau tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang cukup, sehingga harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi.
 Vitamin D dapat dibuat dalam kulit asalkan kulit mendapat
cukup kesempatan kena sinar matahari. Vitamin lain yang
dapat disintesis dalam tubuh adalah vitamin K dan B12.
 Bentuk vitamin berbeda-beda, diantaranya ada yang
berbentuk provitamin atau calon vitamin (precursor), dimana
setelah diserap oleh tubuh, provitamin dapat diubah menjadi
vitamin yang aktif.

6
KLASIFIKASI VITAMIN

1. Vitamin yang larut dalam


air, meliputi vitamin B dan
C.

2. Vitamin yang larut dalam


lemak, meliputi vitamin A,
D, E dan K.

7
VITAMIN LARUT LEMAK

 Golongan vitamin yang larut dalam lemak disebut


alosterin.
 Setelah diserap dalam tubuh, vitamin akan disimpan
dalam hati atau jaringan lemak.
 Karena sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin-
vitamin tersebut tidak diekskresikan dengan segera.
Akibatnya vitamin ini dapat ditimbun/disimpan dalam
jumlah berlebih ditubuh bila dikonsumsi dalam jumlah
banyak dan dapat memberikan gejala penyakit tertentu
(hipervitaminosis).

8
VITAMIN LARUT AIR

 Menurut Kodicek (1971), vitamin yang larut dalam air disebut


prakoenzim. Vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan
dan darah.
 Karena sifat kelarutannya, vitamin larut air bersifat mudah
hilang atau terlarut bersama air selama pencucian bahan.
 Didalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam jumlah terbatas
dan kelebihan vitamin akan diekskresikan melalui urin.
 Gejala defisiensi (kekurangan) lebih sering terjadi pada
vitamin yang larut dalam air karena vitamin ini tidak dapat
disimpan di dalam jaringan tubuh.
 Oleh karena itu, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air
secara terus-menerus atau harus sering dikonsumsi untuk
menjaga saturasi jaringan.
9
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai