Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

FAKULTAS PSIKOLOGI

HUBUNGAN MINDFULNESS DAN KEMATANGAN EMOSI


DENGAN SELF ACCEPTANCE PADA SUPORTER SEPAK BOLA

Alvian Puja Permana Putra


1511900265

Dosen Penguji : Drs. Herlan Pratiko, M.si., Psikolog


Dosen Pembimbing I : Dr. Rr. Amanda Pasca Rini, S.Psi., M.Si., Psikolog
Dosen Pembimbing II : Drs. Sahat Saragih, M.si
Nama Penulis
LATAR BELAKANG
Perilaku supporter sepak bola ini tidak
Perilaku suporter sepak bola Perilaku suporter baik itu perilaku hanya merugikan para supporter dan klub,
merupakan perilaku sosial, yang bersifat negatif maupun positif namun juga berdampak pada masyarakat.
dimana tingkah laku supporter tentunya berpengaruh terhadap Perilaku negative ini biasanya dilakukan
yang berlangsung dalam lingkungannya dan perilaku karena supporter merasa kecewa terhadap
lingkungan, menimbulkan akibat supporter selanjutnya. Salah satu pertandingan yang ada atau supporter tidak
atau perubahan terhadap tingkah perilaku negatif suporter seperti bisa menerima kekalahan.
laku berikutnya. kerusuhan-kerusuhan.

Individu yang dapat menerima diri maka


individu tersebut mampu membentuk sikap
Banyak juga kejadian-kejadian
positif terhadap suatu keadaan yang tidak
yang menyebabkan kerugian atas
menyenangkan, sehingga individu mampu
tindakan supporter yang tidak
melihat keadaan yang dialami secara rasional,
bisa menerima kekalahan atau
menghindar dari keadaan yang tidak
tidak memiliki penerimaan diri
menyenangkan dan mencari jalan keluar atas
yang kuat terhadap kekalahan.
permasalahan yang dihadapi.
LATAR BELAKANG
Beberapa fakta penelitian Fakta penelitian lain pun menunjukkan
Penerimaan diri ini dipengaruhi bahwa penerimaan diri juga berkaitan
menunjukkan mindfulness saling
oleh beberapa hal salah satunya dengan kematangan emosi. Individu yang
berkaitan dengan tingkat
adalah mindfulness. Arti dari matang emosinya mampu menahan atau
penerimaan diri seseorang, yang
mindfulness merupakan mengontrol emosi yang timbul secara baik
salah satunya diungkan oleh
kemampuan pikiran untuk dalam berbagai situasi.
Jannah(2019) bahwa mindfulness
mengamati tanpa menghakimi
dan penerimaan diri memiliki
atau kesadaran tanpa ego.
hubungan yang positif.

Beberapa fakta penelitian menunjukkan


kematangan emosi saling berkaitan
dengan tingkat penerimaan diri seseorang,
yang salah satunya diungkan oleh Miranti
(2007) bahwa kematangan emosi dan
penerimaan diri memiliki hubungan yang
positif
 Apakah ada hubungan antara Mindfulness dan Kematangan Emosi
dengan Self Acceptance pada suporter sepak bola?

RUMUSAN  Apakah ada hubungan antara Mindfulness dengan Self Acceptance


pada suporter sepak bola?
MASALAH  Apakah ada hubungan antara Kematangan Emosi dengan Self
Acceptance pada suporter sepak bola?
Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara Mindfulness dan Kematangan Emosi dengan Self
Acceptance pada suporter sepak bola.

Untuk mengetahui hubungan antara Mindfulness dengan Self Acceptance pada suporter
sepak bola.

Untuk mengetahui hubungan antara Kematangan Emosi dengan Self Acceptance pada
suporter sepak bola.

Manfaat Penelitian
TUJUAN &
Manfaat teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi
MANFAAT tambahan pada psikologi sosial sekaligus menjadi bahan acuan peneliti selanjutnya.

PENELITIAN Dapat juga memperkaya hasil penelitian yang telah ada, dan dapat memberi
gambaran mengenai hubungan antara mindfulness dan kematangan emosi dengan self
acceptance.

Manfaat praktis : Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah


wawasan dan memberikan informasi bagi masyarakat tentang mindfulness dan
kematangan emosi dengan self acceptance pada suporter sepak bola.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi peneliti selanjutnya sebagai
sarana referensi dalam menyusun penelitian yang terkait dengan mindfulness dan
kematangan emosi dengan self acceptance.
LANDASAN TEORI
SELF ACCEPTANCE

Definisi: Aspek faktor :


(Sheerer, 1949) : Pemahaman diri
Sheerer (dalam Cronbach, 1963), penerimaan diri adalah Harapan yang realistic
Perasaan sederajat
memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam Bebas dari hambatan lingkungan
Optimis menghadapi hidup
menjalani kehidupan, menganggap dirinya berharga
Bertanggung jawab Tingkah laku sosial yang sesuai
sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu
Orientasi keluar diri Tidak ada tekanan emosi yang
lain, menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan berat
Berpendirian
dirinya, menempatkan Pengaruh keberhassilan
Menyadari keterbatasan
dirinya bertanggung jawab atas segala perbuatannya, Identifikasi dengan seseorang yang
Meneriman sifat kemanusiaan
menerima pujian atau celaan atas dirinya secara obyektif, mempunyai penerimaan diri
mempercayai prinsip-prinsip atau standar-standar Perspektif diri
hidupnya tanpa harus diperbudak oleh opini individu- Polah asuh
individu lain, tidak mengingkari atau merasa bersalah atas Konsep diri yang stabil
dorongan-dorongan dan emosi-emosi yang ada pada
dirinya
LANDASAN TEORI
MINDFULNESS

Definisi: Aspek faktor :


Brown dan Ryan (2003) menyatakan bahwa (Brown dan Ryan (2003) : Pembuatan kategori baru
mindfulness sebagai kesadaran yang melekat dan Keadaran penuh (awareness) Keterbukaan terhadap informasi
melibatkan pengalaman dari waktu ke waktu. Perhatian baru
Arti dari mindfulness sendiri adalah pengamatan penerimaan Kesadaran tentang adanya lebih dari
satu sudut pandang.
yang tidak menghakimi. Hal ini senada dengan
Kontrol akan konteks
yang dijelaskan oleh (Gunaratana, 1996) bahwa
Proses sebelum hasil
mindfulness merupakan sebuah kemampuan pikiran
untuk mengamati tanpa mengkritik atau kesadaran
tanpa ego.
LANDASAN TEORI
KEMATANGAN EMOSI

Definisi: Aspek faktor :


Menurut Hurlock (1980) menyatakan bahwa Hurlock (1980) : Faktor internal
kematangan emosi adalah kemampuuan individu Kontrol emosi Faktor eksternal
dalam menilai situasi secara kritis terlebih dahulu Pengambilan keputusan
sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi Penerimaan diri
bereaksi dengan tanpa berfikir terlebih dahulu Tanggung jawab
sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang
tidak matang
.
MINDFULNESS

SELF ACCEPTANCE

KEMATANGAN EMOSI

KERANGKA
BERPIKIR &
HIPOTESIS Terdapat hubungan antara Mindfulness dan Kematangan Emosi dengan Self
Acceptance pada suporter sepak bola

Terdapat hubungan yang positif antara Mindfulness dengan Self Acceptance


pada suporter sepak bola.

Terdapat hubungan yang positif antara Kematangan Emosi dengan Self


Acceptance pada suporter sepak bola.
METODE PENELITIAN
Populasi & Sampel Instrumen Penelitian
Mindfulness berdasarkan (Brown & Ryan, 2004) -
- Suporter Persebaya Surabaya (Bonek)
Kematangan emosi berdasarkan Hurlock (1980) -
- Terdiri dari 2 sektor yaitu sektor utara dan timur
Self acceptance berdasarkan Sheerer (1949) -
- Simple Random Sampling berjumlah 201 Orang
Jenis Penelitian
KUANTITATIF
- Kuesioner berisi aitem skala mindfulness Uji validitas & reliabilitas -
kematangan emosi dan self acceptance Uji Normalitas, Uji Linieritas, Uji Multikolinieritas & Uji
menggunakan model penskalaan Likert Heteroskedastisitas -
Teknik Pengumpulan Data analisis regresi ganda-
Teknik Analisis Data
SKALA Mindfulness:
 Sebanyak 18 aitem yang memiliki nilai > 0.30 dapat
dinyatakan valid, dengan nilai koefisien alpha Cronbach
sebesar 0,883 dapat dinyatakan reliabel

UJI VALIDITAS SKALA Kematangan Emosi:

&  Sebanyak 14 aitem yang memiliki nilai > 0.30 dapat


dinyatakan valid, dengan nilai koefisien alpha Cronbach
RELIABILITAS sebesar 0,900 dapat dinyatakan reliabel

SKALA Self Acceptance:


 Sebanyak 28 aitem yang memiliki nilai > 0.30 dapat
dinyatakan valid, dengan nilai koefisien alpha Cronbach
sebesar 0,882 dapat dinyatakan reliabel
UJI NORMALITAS :
 Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi p =
0,263 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi
normal.

Z
p Keterangan
Kolmogorov Smirnov

1,007 0,263 Berdistribusi Normal

UJI LINIERITAS :
UJI NORMALITAS  Berdasarkan hasil uji linieritas diperoleh nilai signifikansi p = 0,775 (p>0.05), artinya

& LINIERITAS
ada hubungan yang linier antara mindfulness dengan self acceptance.
 Berdasarkan hasil uji linieritas diperoleh nilai signifikansi p = 0,181 (p>0.05), artinya
ada hubungan yang linier antara kematangan emosi dengan self acceptance.

variabel F Deviation From


p Keterangan
Liniearity
Mindfulness - Self
1,516 0,775 Linier
Acceptance

variabel F Deviation From


p Keterangan
Liniearity
Kematangan Emosi -
Self Acceptance 1,538 0,181 Linier
UJI MULTIKOLINIERITAS :
 Hasil uji multikolinieritas antara variabel X1 (Mindfulness) dan X2
(Kematangan Emosi) diperoleh nilai tolerance= 0.845 > 0.10 dan nilai
VIF= 1.184 < 10.00. Artinya tidak ada multikolinieritas / interkorelasi
antara variabel X1 (Mindfulness) dan X2 (Kematangan Emosi).
variabel Collinearity Statistics Keterangan

UJI
Tolerance VIF

       
MULTIKOLINIERIT Mindfulness – Kematangan
Emosi
0,845 1,184 Tidak terjadi
multikolinieritas

AS &  
UJI HETEROSKEDASTISITAS :
HETEROSKEDASTI Hasil uji Heteroskedastisitas antara variabel mindfulness dengan ABS_RES

SITAS diperoleh sig. 0.659 (p>0.05), artinya tidak terjadi ketidaksamaan variasi model
atau heteroskedastisitas.
Hasil uji Heteroskedastisitas antara variabel kematangan emosi dengan ABS_RES
diperoleh sig. 0.694 (p>0.05), artinya tidak terjadi ketidaksamaan variasi model
atau heteroskedastisitas.
VARIABEL p Keterangan

Mindfulness 0,659 Heteroskedastisitas

VARIABEL p Keterangan

Kematangan Emosi 0,694 Heteroskedastisitas


Hasil Uji Hipotesis Pertama
Hasil uji hipotesis yang pertama yaitu mencari hubungan antara
Mindfulness (X1) dan Kematangan Emosi (X2) terhadap Self
Acceptance (Y) rxy=0.449 dengan sig.=0.00 (p < 0.005). artinya secara
simultan (bersama-sama) Mindfulness dan Kematangan Emosi memiliki
hubungan positif terhadap Self Acceptance. Jadi, dapat disimpulkan
hipotesis pertama diterima.
Hasil uji hipotesis yang kedua yaitu hasil uji pengaruh secara parsial
antara variabel mindfulness dengan self acceptance didapat skor t= 5,905
dengan signifikansi sebesar p= 0,000 (p < 0,05). Artinya ada hubungan
UJI HIPOTESIS yang signifikan antara variabel mindfulness dengan self acceptance.
Jadi, dapat disimpulkan hipotesis diterima.
Hasil uji hipotesis yang ketiga yaitu hasil uji pengaruh secara parsial
antara variabel kematangan emosi dengan self acceptance didapat skor
t= 0,157 dengan signifikansi sebesar p= 0,876 (p > 0,05). Artinya tidak
ada hubungan antara kematangan emosi dengan self acceptance. Jadi,
dapat disimpulkan hipotesis ketiga ditolak atau tidak terdapat hubungan
antara kematangan emosi dengan self acceptance.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penerimaan diri atau
self acceptance para suporter bonek di Surabaya didominasi oleh
kategori tinggi yaitu senilai 51,2% dengan jumlah responden 103
dari 201 responden yang terkumpul. Selanjutnya, pada kategori
tinggi terdapat 43,8% responden yaitu 88 responden. Sedangkan
pada kategori sedang terdapat 5% responden yaitu 10 responden.

2. Berrdasarkan hasil analisis data terhadap hipotesis pertama


menunjukkan hasil uji hipotesis yang pertama yaitu mencari
hubungan antara mindfulness dan kematangan emosi dengan self
acceptance dengan menggunakan analisis regresi ganda
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Pembahasan mindfulness dan kematangan emosi dengan self acceptance. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima.
3. Hasil uji hipotesis yang kedua yaitu hasil uji korelasi antara
mindfulness dengan self acceptance menunjukkan bahwa terdapat
hubungan dan signifikansi antara mindfulness dengan self
acceptance, yang artinya semakin tinggi mindfulness maka semakin
tinggi pula self acceptance yang dimiliki oleh suporter sepak bola.
Sebaliknya, semakin rendah mindfulness maka semakin rendah pula
self acceptance yang dimiliki oleh suporter sepak bola. Sehingga
dapat dikatakan hipotesis dua diterima. Hasil penelitian ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Jannah (2019)

4. Hasil uji hipotesis yang ketiga yaitu antara kematangan emosi


dengan self acceptance, tidak terdapat korelasi antara kematangan
Pembahasan emosi dengan self acceptance. Jadi, dapat disimpulkan hipotesis
ketiga ditolak atau tidak terdapat hubungan antara kematangan
emosi dengan self acceptance.
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
 Hasil analisis secara simultan pengaruh Mindfulness (X1) dan Kematangan Emosi (X2) terhadap Self Acceptance (Y) sebesar rxy=0.449 dengan sig.=0.00 (p < 0,05).
 Adanya hubungan yang positif antara mindfulness dengan self acceptance dari hasil uji pengaruh secara parsial antara variabel mindfulness dengan self acceptance
didapat skor t= 5,905 dengan signifikansi sebesar p= 0,000 (p < 0,05).
 Hasil uji pengaruh secara parsial antara variabel kematangan emosi dengan self acceptance didapat skor t= 0,157 dengan signifikansi sebesar p= 0,876 (p > 0,05).

Saran
Bagi Subjek Penelitian
Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi suporter sepak bola Suporter seharusnya bisa lebih menerima apapun hasil yang
diterima oleh klub yang mereka dukung, terutama ketika mengalami kekalahan. Suporter Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian terhadap self
harus siap menikmati setiap kemenangan timnya dan juga harus siap menerima dan acceptance diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini menggunakan
menderita setiap kekalahan timnya. Selain itu juga suporter saat berangkat ke stadion subjek yang berbeda, teknik sampling yang berbeda, dan mengembangkan alat ukur
menyadari atau sadar secara penuh bahwa tujuan utama hanya menikmati pertandingan yang telah digunakan. Serta disarankan untuk mengadakan penelitian menggunakan
sepak bola tanpa terpaku pada skor akhir, jadi meluapkan kegembiraan sewajarnya ketika variabel selain mindfulness dan kematangan emosi seperti self esteem, dukungan
menang dan meluapkan kekecewaannya sewajarnya ketika timnya kalah dan juga suporter sosial, dan konsep diri yang diduga dapat mempengaruhi self acceptance.
harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak atau bereaksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai