Anda di halaman 1dari 15

KONDISI INTELEKTUAL SULAWESI TENGAH

DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT


disampaikan dalam seminar Nasional dalam
rangka hari Filsafat Sedunia
OLEH
DR. RUSDIN, S.AG.,M.FIL.I
DOSEN PEMIKIRAN ISLAM UIN
DATOKARAMA PALU
I. Prolog Awal
• Sulawesi tengah sejak berdirinya sekitar tahun 1950-1963 kondisi
masyarakat dalam keadaan tidak menentu karena kekuasaan masi
dikendalikan Sulawesi Utara dan Tengah.
• Sulawesi Tengah secara budaya dan aqidah masi menganut faham
animisme dan dinamisme artinya kepercayaan masyarakat masih
terpusat pada kekuatan Alam.
• Sistem pemerintahan masih berpusat pada kekuasaan yang bersifat
hirarki dimana sistem pemerintahan berada pada penguasa raja atau
dikenal sebagai magau, madika, atau pemerintahan yang bersendikan
adat-istiadat masih terpecah-pecah, berdasarkan wilayah masing-
masing.
• Terdapat berbagai suku 15 Suku atu Etnis yang mendiami diberbagai
wilayah sebagai suku asli, memiliki tradisi dan adat istiadat yang
berbeda, dan memiliki 22 bahasa yang saling berbeda mislanya;
lanjut
• Etnis Kaili di Palu, Etnis Kulawi di Donggala, Etnis Lore di Poso, Etnis
Pamona di Poso, Etnis Mori di Morowali, Etnis Bungku di Morowali, Etnis
Saluan di Banggai, Etnis Balantak di Banggai, Etnis Mamasa di Banggai,
Etnis Taa di Banggai, Etnis Bare’e di Touna, Etnis Banggai di Banggai Kepu-
lauan, Etnis Buol di Buol, Etnis Tolitoli berdiam di Tolitoli, Etnis Tomini
Parigi Moutong, Etnis Dampal di Dampal diTolitoli, Etnis Dondo di Dondo,
kab. Tolitoli, Etnis Pendau di kab. Tolitoli, dan Etnis Dampelas di
kabupaten Donggala. (Haliadi Leo Agustino Jurnal Lokal Vol.1 2005, 355,356)
• Selain dari suku asli tersebut ada juga suku pendatang yang juga memiliki
bahasa dan budaya yang berbeda, seperti Bali, Jawa, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Suku Bugis, Makasar, dan Toraja serta
etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke-19 dan sudah membaur.
Penduduk sulawesi tengah sekitar 72,36% beragama Islam.
• Dari latar belakang diatas muncul pertanyaan, secara filosofis tentu
memerlukan pemkiran yang jerni dan bijak untuk memenej atau
mengelola kelompok-kelompok suku dan budaya tersebut, sehingga
memerlukan orang-orang cerdas dan bijak disebut intelektual.
II. Makna Inteletual
• Dalam kamus Filsafat, intelektual memiliki makna adalah doktrin
filosofis yang mendahulukan pemahaman intelek (akal budi) dan
secara metafisik, yang memisahkan pemahaman intelektual dari
pengetahuan Inrdawi dari praktek.
• Intelektualisme hampir memeiliki makna yang sama dengan
rasionalisme, namun berbeda sebab penekanan dari intelektulisme
adalah bertumpu pada roh, jiwa atau akal budi. Sehingga istilah
intelektualisme memiliki makna yang dalam dan bertumpuh pada
hati dan jiwa bahkan sampai pada roh ilahiyah. (Lorens Bagus thn 2005, h. 337)
• Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, intelektual adalah
orang-orang yang cerdas memiliki ilmu pengetahun berakal,
pemikiran jernih, crdik, cendikia, bijak, berdasarkan ilmu
pengetahuan tinggi. (KBII 2008, 541)
III. Makna Filsafat
• Mengajarkan Manusia berfikir bijak atau
mengajarkan kita mencintai sesama makhluk,
meskipun berbeda.
• Mengajarkan manusia bagaimana mencintai ilmu
pengetahun sehingga makin luas wawasannya
dan makin arip dalam tindakan.
• Cara atau arif dalam memaknai kehidupan.
Sehingga semakin terarah, semakin bijak semakin
sistimatis dalam merespon perubahan dalam
masyarakat.
lanjut
• Dari makna tersebut secara filosofis di-Sulawesi Tengah
terdapat orang-orang cerdas, orang-orang bijak dan orang-
orang yang memiliki ilmu pengetahun yang luas.
• Dengan demikian untuk mengelola masyarakat sulawesi
tengah yang majemuk terdiri dari berbagai suku etnis,
budaya dan adat istiadat, tentu memerlukan orang yang
berwawasan luas dan bijak.
• Hanya orang-orang yang memiliki intelektual yang bisa
melakukan hal tersebut, siapa diantara mereka yang
dimaksud adalah ulama-ulama dan tokoh agama dan tokoh
masyarakat mereka itulah yang meletakkan pemikiran
intelektual baik secara politik, ekonomi maupun secara
agama.
IV. Intelektual Sulawesi Tengah dari abad ke-enambelas
• Kita bisa lihat beberapa Tokoh-tokoh dan ulama kharismtik disulawesi tengah,
selama ini kita tidak perna kenal diantaranya:
1. Datu Karama atau Abdullah Raqiy (1600-1709), pemikirannya, meruba tatanan
masyarakat Palu dari sistem kepercayaan animisme dan dinamisme keagama, dengan
pendekatan budaya, seperti cara berpakaian, cara mensucikan diri (mandi), kemudian
mengajarkan akhlak, sekaligus mengajarkan shalat.
2. Raja Pue Ndjidi raja palu (Kabonena) pertama kali memeluk Islam diperkirakan abad
16 atau tahun 1600-1700 sezaman dengan Pue Nggari (raja Besusu) dan Pue Bongo,
mereka ini yang memberi gelar Datukaramat, karena kesaktian yang dimilikinya.
Antara Dokarama, Puendjidi dan Puenggari kalau ditarik dalam sejarah Yunani adalah
Sokrates, Plato dan Aristoteles meruba masyarakat Yunani dari animisme, dinamisme
menuju teosntris. (dewa-dewa)
3. I Pue Bulangisi atau Daeng Konda di Tavaili (1660) bangsawan dan penyebar Islam di
tanah kaili lembah Palu, pemikirannya, pertama mempersatukan dewan adat yang ada
dilingkungan Tavaili dalam rangka menjaga keutuhan wilayah, (kerajaan Tawaili sangat
luas ketika itu). Kedua mempertemukan para pedagang Islam dan penguasa baik dari
Arab, India, Iran, Melayu, Jawa, termasuk utusan tiongkok Cina, salah satu dari utusan
kerajaan Tawaili sebagai pedagang Itulah Daeng Konda atau dikenal I Pue Bolangisi, ia
adalah bangsawan Berasal dari mandar, Nama lengkapnya Daeng Konda Darmawan
Mas,ud. Terkenal sebagai ulama dan Intelektual dari Tawaili.
V. Intelektual Sulawesi Tengah dari abad ke tujubelas dan
delapanbelas

1. I Pue Imbatu atau Syekh Lokiya (1790) dikenal Ulama kampung Towale di
Lembah Palu Donggala) pemkirannya.. Perna belajar Islam dimekah, kembali dari
mekah melakukan gerakan pembaruan dari segi syariat ditengah masyarakat
Towale, masyarakat ketika itu masih makan babi dan anjing dan masih menganut
paham animisme dan dinamisme. Semangatnya untuk meruba tradisi
masyarakat stempat tidak bisa secara langsung melainkan secara gaib (adu
kesaktian). Hingga akhirnya berhasil, sehingga masyarakat towale
mengkeramatkan sebagai syekh Lokiya yang sakti.
2. Haji Ahmad Lagong atau Tomai Lasupu (1798-1880) suku bugis dari wajo, berhaji
dengan menggunakan kapal Pribadi ketana suci.. Ia adalah seorang pedagang
lewat pesisir pantai hingga akhirnya tiba dikampung lere dengan menggunakan
Gong Kapal sebagi simbol untuk membangungkan orang diwaktu shalat subuh.
(tawa-tawa) istilah orang palu. Pemikirannya membangun paradigma masyarakt
dengan konsep dagang, menghargai budaya masyarakat, ekonomi sosial, ilmu
pengetahuan dan agama, hingga beliau kawin dengan orang asli kaili dan
melahirkan keturuan sebagai penguasa sulawasi tengah Yakani Abd, Aziz Lmajido
1986-1996.
3. Ahamh Lagong memiliki benang merah dengan Gurutua dalam menyebarkan
Islam di lembah palu akhir abad 18 awal abad 19.
VI. Intelektual Sulawesi Tengah dari abad kedelapanbelas

1. La Iboerahima Wartabone Putra Raja Wartabone (1812-1897)


pemikirannya Islam Idiologis dilembah Palu. Pemikirannya. Pertama
Agama sebagai manivestasi ajaran Islam yang harus diutamakan
baik secara aqidah maupun secara syariat, kedua bahwa Islam di
palu suda sebelumnya di bawa oleh ulama dan guru-guru, namun
belaiu hanya menekankan pada dakwanya, ketiga menyampaikan
dakwah secara arif dan bijak dan selalu berpedoman kepada
Alqur’an dan Hadis, serta menghargai perbedaan.
2. I Pue Lasatande (1835-1903) seorang Ulama Kaili di lembah Palu,
seorang ulama juga disebut sebagai baligau dikerajaan tatanga
lemba palu. Pemikirannya ada tiga pertama. Sanggamu artinya
tanah segenggam (ajaran Islam lokal. kedua Sanggata, berarti
genggaman dengan jari diluar artinya jangan mengambil sesuatu
yang bukan milikmu dan ketiga Sanggakamu, berarti menggenggam
sesuatu yang bermanfaat.
lanjut
1. I Pue Lasadindi atau Manggerante (1828-1953), di Sindue Ulama
Idiologi Islam di Lembah palu. Disamping sebagai ulama juga dikenal
sebagai Tokoh Syarekat Islam, pemikirannya. banyak mengajarkan
kebenaran agama dengan memadukan budaya sehingga muda
diterima masyarakt kaili khusnya disindue, dan gawalise, pangaji tonji
berupa buku atau lontara, menjelaskan bahwa tanah merupakan hal
yg penting untuk dijaga dan dihargai sebagai asal mula manusia. Ingat
segala yang ada dimuka bumi pasti mati kembali ketanah. Kemudian
menghormati orang tua, kemudian beliau menggabung ajaran saret
dengan ajaran tasawuf dan semua manusia sama memiliki nyawa dan
nyawa berasal dari yang satu (Allah Swt).
2. Sayyid Aqil Al-Mahdali (1860) seorang Pedagang berketurunan Arab
tinggal Di Wani Palu Sulawesi Tengah, Pemikiran dan ajarannya
pertama, perinsip Kejujuran, berakhlak yang baik, ketiga ajaran ini
memiliki subtansi ‘ Syareat, Hakikat dan Ahklak. Kedua, bahwa
masyarakat Palu pada umumny adalah pembauran dari beberapa
suku, yakni kaili, bugis, mandar, arab, padang, jawa, memiliki interaksi
agama yang kental (fanatik).
VII. Intelektual Islam abad sembilanbelas

1. Pue Yojovuri, Ulama Islam Besusu, dan Kampung Baru, abad 19 Islam saat itu
mulai berkembang seiring dengan munculnya tokoh-tokoh dan ulama
kharismatik seperti Pue Yojovuri, Pemikirannya pertama. ajaran islam sebagai
pandangan hidup, sebagai sepirit perjuangan melawan penjajah,
menghilangkan tradisi animisme dan dinmisme, dalam kehidupan, kedua
meningkatkan ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Yang menarik
dalam ajaranya adalah Filosofi Bambu (bulo), sebagai simbol kemampuan
manusia dalam kehidupan, sebagai kuliner, alat memasak, sebagai alat supit
(cipi) gepa, sebagai alat rumah, alat musik (suling) dan sebagai senjata. ketiga,
bahwa manusia adalh makhluk sempurna sehingga harus dihargai, disayangi
dan dihormati sebagai ciptaan tuhan.
2. Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua (1890-1968) seorang ulama
kharismatik pemkirannya. Dalam halini saya hanya menjelaskan beberapa
ringkasan-ringkasan pemikiran beliau, pertama, pentingnya ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia (mdrasah Alkhairat beridiri), kedua, menghargai
perbedaaan dalam masyarakat, sekalipun beda agama dan suku, ketiga,
dakwanya berorintasi pada akhlak, ibadah dan kasih sayang, serta kesucian
hati, terakhir ia adalah seorang wali dan penganut tasawuf sunni.
lanjut
1. KH. Muttalib Tahir seorang Tokoh pendidri IAIN Palu. Anak
dari ulama sekaligus sebagai wali yang terkenal di tanah
Mandar KH. Moh. Tahir, atau Imam lapeo (1838-1952)
2. Rusdi Toana atau dikenal dengan koran Marcesuar sulawesi
Tengah (1930-1999) dan perkembangan Muhammadiyah
dilembah Palu, sekaligus sebagai penggas berdirinya IAIN
Palu ketika itu,
3. KH. Moh. Qasim Maragau, (1960-1967) seorang Ulama yang
memiliki jabatan ganda baik diperintahan maupun di kantor
agama, merupakan murid Guru Tua, dan anak dari
keturunan Ahmad Lagong dari istirinya di Kaluku Bula.
4. KH. Rustam Arsyad tergolong Ulama Kharismatik juga murid
dari Gurutua, yang dikenal anaknya “Abd. Basid direktur
Pendidikan Modern Al-Azhar dan seterusnya.
VIII. Hikmah atau Filosofi yang bisa diambil dari
pemikiran Intelektual tersebut
1. Rata-rata mereka memiliki wawasan dan ilmu yang tinggi dan luas, disamping
berakhlak juga memiliki sifat kasih sayang, mampu menyatukan bebrbagai
suku dan budaya yang ada disulawesi tengah khususnya dilembah Palu.
2. Wawasan dan ajaran mereka bersumber dari ajaran Islam yang murni, yakni
alqur’an dan Hadis, dengan metode bil khikmah penuh kelembutan.
3. Memiliki metodologi dakwah yang ramah, santun, sebagaimana Nabi ketika
menyebarkan Islam di Mekah maupun Madinah, artinya sebagaian dari ulama
intelektual berasal dari luar Lembah Palu, dari Bugis, mandar, dan arab,
sumatra.
4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemunisiaan, anti kolonialisme,
penindasan. Istiqamah dalam aqidah, dan cinta tanah air.
5. Ajarannya tidak pernah pudar selalu dikenang hingga saat ini seperti Dato
karama (abdullah Ragi, terlihat UIN Datokarama Palu, Guru Tua (Perguruan
Tinggi Alkaherat), termasuk beberapa Ulama dan Tokoh-tokoh Islam yang lain.
IX. Kesimpulan
• Berdasarkan dari rangkaian sejarah Intelektual Islam dilembah Palu, secara filosofis bahwa
kehidupan ini tidak hanya cukup mengatakan nenek saya dulu adalah penguasa, raja, ulama
dan sebagainya, tetapi subtansi yang perlu kita filsafati dari rangkaian sejarah Intelektual
Islam dilemba Palu, mendorong kita untuk belajar berbagai ilmu, sehingga wawasan kita tidak
hanya bertumpu pada apa yang kita lihat secara fisika, kita rasakan melainkan apa yang kita
pahami secara metafisika bahwa semua yang ada dialam ini termasuk dilemba palu adalah
anugrah dari yang metafiisika( ini yang dimaksud Palato bahwa dibalik yang nyata merupakan
bayangan dari Idea).
• Eksistensi Tuhan sebagai yang Maha Mutlak adalah sumber dari segalanya, inilah
pegangan ulama dan intelektual Islam Sulawesi Tengah, selalu yakin bahwa Dia
yang Awal, Dia yang Akhir, Dia yang Nyata dan tidak Nyata dan Dia Mengetahui
atas segala sesuatu. misalnya kita bisa bayangkan seorang Inteleketual
menunaikan Ibadah Haji dengan menggunakan Perahu sendiri, tanpa ada rasa
takut, gentar, sebab hati mereka selalu mengatakan saya selalu bersama dengan
Allah dimanu saya berada.
• Intelektual Islam dilemba Palu rata-rata mereka bergerak diawali dengan Niat yang
suci, hati yang jernih, dan perbuatan yang ikhlas tanpa pujian dan sanjungan dari
manusia sehingga hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini.
X. Sumber Bacaan
• Haliadi- Saidi- Syamsuri, Sejarah Islam di Lembah Palu. Q.Media,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu dan Pusat Penelitian
Sejarah (PusSEJ) LPPM UNTAD tahun 2016
• Ahmad M Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa, Jakarta, Yayasan Obor
Indonesia 2005
• Azyumardi Azra, Islam Nusantara Jaringan Global dan Lokal, Bandung
Mizan tahun 2002.
• Huzaimah et.al, Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri Pendiri Al- Khairat dan
Kontribusinya Dalam Pembinaan Umat, Yayasan Alkhairat Pusat Palu
Sulawesi Tengah Indonesia tahun 2013 M- 1434 H
• Gani Jum’at, Nasionalisme Ulama, Pemikiran Politik Kebangsaan Sayyid
Idrus Bin Salim Aljufri 1991-1969
• Rusdin, Sufisme Guru Tua dan Pengaruhnya terhadap Umat Islam
dilembah Palu, Jurnal hasil Penelitian diterbitkan UIN Press, tahun 2021

Anda mungkin juga menyukai