Sistem Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Sistem Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
PENANGGULANGAN BAHAYA
KEBAKARAN
Email : randatifa@yahoo.co.id
SISTEM UTILITAS 2
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO
KEBAKARAN
Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan
derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan (SNI 03 -1736 -2000)
(Juwana, 2005;134)
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SNI 03-1736-2000, bangunan harus mempunyai bagian/elemen yang pada tingkat tertentu bisa
mempertahankan stabilitas struktur selama terjadi kebakaran, sesuai dengan
a. fungsi bangunan
b. beban api
c. intensitas kebakaran
d. potensi bahaya kebakaran
e. ketinggian bangunan
f. kedekatan dengan bangunan lain
g. sistem proteksi aktifyang terpasang dalam bangunan
h. ukuran kompartemen kebakaran
i. tindakan petugas pemadam kebakaran
j. elemen bangunan lainnya yang mendukung
k. evakuasi penghuni
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya
Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan cara memecahkan kaca tombol
saklar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, dimana tanda bahaya dihubungkan dengan
sistem detektor (detektor asap /panas) atau sistem sprinkler.
Persyaratan pemasangan detektor panas :
•Dipasang 15-100mm di bawah permukaan langit-langit.
•Pada 1 kelompok tidak boleh dipasang> 40 buah.
•Setiap luas lantai 46 m² dengan tinggi langit-langit 3m
•Jarak antar detektor <7m untuk ruang aktif, dan <10m
untuk ruang sirkulasi.
•Jarak detektor dengan dinding min. 30 cm.
•Pada ketinggian berbeda, dipasang 1 buah detektor untuk
setiap 92 m² luas lantai.
•Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang
sebuah detektor untuk setiap jarak memanjang 9m.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
1. Konstruksi Tahan Api
Konsep KTA : kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat
menahan api di dalam bangunan atau kompartemen.
Dahulu, sistem yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung
dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun
sekarang, hal ini dianggap tidak cukup, dan spesifikasi praktis yang
digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan
untuk bertahan terhadap api.
Definisi ini menyatakan beberapa ketentuan yang terkait pada kemampuan
struktur untuk tahan terhadap api tanpa mengalami tanpa mengalami
perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan mencegah menjalarnya
api keseluruh bangunan.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
1. Konstruksi Tahan Api
Berdasarkan ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi (SNI 03 –1736
–2000), yaitu:
Tipe A : Unsur struktur pembentuknya tahan api dan menahan struktural beban
bangunan. Terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah
penjalaran api ke/dari ruangan bersebelahan dan dinding mencegah penjalaran panas
pada dinding bangunan yang bersebelahan.
Tipe B : Struktur pembentuk kompartemen penahan api mencegah penjalaran
kebakaran ke ruang2 bersebelahan dalam bangunan dan dinding luar mencegah
penjalaran kebakaran dari luar bangunan.
Tipe C : Komponen struktur bangunan dari bahan yang dapat terbakar serta tidak
dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
2. Pintu Keluar
Syarat pintu keluar adalah:
a.Material tahan api sekurangnya 2 jam
b.Dilengkapi dengan minimal tiga engsel.
c.Dilengkapi dengan door closer.
d.Dilengkapi tuas pembuka di luar rg. tangga
(kecuali tangga di lantai dasar, berada di dalam rg
tangga), sebaiknya menggunakan tuas pembuka
yang memudahkan saat panik
e.Dilengkapi tanda peringatan: TANGGA
DARURAT TUTUP KEMBALI”.
f.Dilengkapi kaca tahan api dengan luas maks.1
m2,diletakkan di setengah bagian atas dari daun
pintu.
g.Dicat dengan warna merah.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
3. Koridor & Jalan Keluar
• Pada saat evakuasi darurat, dimana tangga dan lif tidak lagi
berfungsi, maka penghuni/pengguna bangunan akan
menggunakan sejenis sabuk pengaman yang dikaitkan pada
gulungan kabel.
• Begitu gulungan ini terkunci pada sistem inti, yang
merupakan perangkat kipas udara yang kokoh dan diangkur
pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di
tanah dengan selamat.
• Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan berputar
pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7
meter/detik.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
5. Evakuasi Darurat
Teknologi Evakuasi
• Chute system : Evakuasi darurat menggunakan
kantong peluncur yang ditempatkan pada ruang
tangga.
• Chute system ini dapat digunakan dengan aman
oleh orang cacat untuk mencapai lantai dasar
dengan aman dan cepat.
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI PASIF
6. Pengendalian Asap
• Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya perbedaan
suhu ruangan.
• Perambatan asap disebabkan oleh dampak timbunan asap yang yang mencari jalan
keluar dan dapat tersedot melalui lubang vertikal yang ada, seperti ruang tangga,
ruang luncur lift, ruang saluran vertikal (shaft) atau atrium.
Gedung baru harus dilengkapi dengan Sistem Pipa Tegak Kelas I sesuai dengan ketentuan dalam
butir 5.2 bila salah satu kondisi berikut ini ada:
(1) Lebih dari tiga tingkat diatas tanah.
(2) Lebih dari 15 m di atas tanah dan ada lantai antara atau balkon.
(3) Lebih dari satu tingkat di bawah tanah.
(4) Lebih dari 6 m di bawah tanah
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
SISTEM SPRINKLER
Springkler otomatik harus dipasang dan sepenuhnya siap beroperasi dalam jenis hunian
yang dimaksud dalam persyaratan teknis ini atau dalam persyaratan teknis/ standar yang
dirujuk pada Permen_26_2008.
Pemasangan harus sesuai dengan SNI 03-3989-2000, atau edisi terbaru. Standar
Instalasi Springkler untuk Hunian Residential sampai dengan ketinggian empat lantai2,
atau Standar Instalasi Sistem Springkler
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
Pompa pemadam kebakaran
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
SISTEM PROTEKSI AKTIF
Penyediaan Air