Anda di halaman 1dari 15

FILOSOFI DASAR DAN SUMBER

HUKUM EKONOMI ISLAM


Dra. Dewi Koryati, M.Pd.
M. Akbar Budiman, S.Pd., M.Si.
Definisi Ekonomi Islam

• S.M. Hasanuzzaman: “Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan


dan aplikasi dari ajaran dan aturan syari’ah yang mencegah
ketidakadilan dalam memperoleh sumber-sumber daya material
sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka
menjalankan perintah Allah dan masyarakat.;

• M. Nejatullah Siddiqi mendefisinisikan: “Ilmu ekonomi Islam


adalah jawaban dari pemikir muslim terhadap tantangan-
tantangan ekonomi pada zamannya, dengan panduan Qur’an dan
Sunnah, akal dan pengalaman.”;
Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan
konsep dasar dalam Islam yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan kepada Al-
Qur’an dan Sunnah adalah:

• Pemenuhan kebutuhan dasar manusia meliputi pangan, sandang, papan,


kesehatan, dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
• Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang
• Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan
dana distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
• Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral
• Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
Prinsip Ekonomi Islam (Prof. Choudhury)

• Tauhid (norma/moral Islam),


• Persaudaraan (brotherhood),
• Kerja dan produktivitas (work and productivity),
• Distribusi pendapatan dan kekayaaan yang merata
(distributive equity),
• Kerjasama (cooperation),
• Organisasi (organization)/ institusi Islam (islamic
institutionalism).
PRINSIP EKONOMI ISLAM
(METWALLY )

 SUMBER DAYA DIPANDANG SEBAGAI AMANAH ALLAH  MANUSIA HARUS MENGGUNAKAN DALAM
KEGIATAN YANG BERMANFAAT BAGI DIRINYA DAN ORANG LAIN.
 KEPEMILIKAN PRIBADI DIAKUI DALAM BATAS TERTENTU YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN TIDAK MENGAKUI PENDAPATAN YANG TIDAK SAH
 BEKERJA ADALAH KEKUATAN PENGGERAK KEGIATAN EKONOMI ISLAM
 KEPEMILIKAN KEKAYAAN TIDAK BOLEH HANYA DIMILIKI OLEH SEGELINTIR ORANG KAYA DAN
HARUS BERPERAN SEBAGAI KAPITAL PRODUKTIF YANG AKAN MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASONAL
 ISLAM MENJAMIN KEPEMILIKAN MASYARAKAT DAN PENGGUNAANNYA DIALOKASIKAN UNTUK
KEPENTINGAN ORANG BANYAK
 SEORANG MUSLIM HARUS TUNDUK OLEH ALLAH DAN HARI PERTANGGUNGJAWABAN DI AKHIERAT 
AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.
 ZAKAT HARUS DIBAYARKAN ATAS KEKAYAAN YANG TELAH MEMENUHI BATAS (NISAB).  2,5 % UNTUK
SEMUA KEKAYAAN TIDAK PRODUKTIF (UANG, DEPOSITO, EMAS, PERAK DAN PERMATA ) DAN 10 % DARI
PENDAPATAN BERSIH INVESTASI.
 ISLAM MELARANG RIBA DALAM SEGALA BENTUK. (QS.30:39. 4:160-161, 3-130 DAN 2 : 278- 279 ).
KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM
ABDULLAH ABDUL HUSAIN AT-TARIQI (2004)
 BERSUMBER DARI TUHAN  al-Qur’an
 EKONOMI PERTENGAHAN DAN BERIMBANG : Ekonomi Islam memadukan pribadi dan
kemaslahatan masyarakat dalam bentuk yang berimbang, memberikan hak negara untuk
melakukan intervensi ekonomi, memperkuat posisi individu dan haknya dalam
tanggungjawab sosial.
 Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan  ekonomi ditujukan untuk kebutuhan dan
kehormatan manusia
 Ekonomi Pertumbuhan dan Barakah  perputaran sektor riil/produksi

AL-MAWSU’AH AL-ILMIYAH WA AL-AMALIYAH AS-ISLAMIYAH


1. Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
4. Keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian
7. Bimbingan konsumsi  larangan kemewahan,belebihan
8. Petujunjuk investasi  proyek yang halal, rezeki untuk anggota masyarakat, memberantas
kekafiaran, memperbaiki pendapatan dan kekayaan, menumbuh kembangkan harta,
Melindungi kepentingan anggota masyarakat
9. Zakat
10. Larangan Riba
CIRI-CIRI EKONOMI ISLAM
(Muhammad,1992 )

 Kepemilikan bersifat relatif dan merupakan titipan dari Allah yang harus dijaga,
dizakati , diwariskan kepada sanak keluarga dan wakaf
 Dapat dijadikan modal berdasar profit sharing, tidak diperbolehkan melakukan
penimbunan atau spekulasi.
 Berlomba-lomba untuk berbuat baik : amal shaleh dan perbaikan kualitas 
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) sebesar 5 %
 Thaharah atau bersuci / bersih, menghindari kerusakan lingkungan.
 Produk barang dan jasa harus halal, baik cara memperoleh input maupun
outputnya
 Keseimbangan hidup di dunia dan akherat
 Upah tenaga kerja, keuntungan dan bunga. Upah tenaga kerja harus sesuai
dengan prestasi dan kebutuhannya
 Upah segera dibayarkan dan jangan menunggu keringat mereka kering.
 Bekerja (baik) adalah ibadah, bersyukur atas perolehannya guna mencari ridho
Allah
 Kejujuran dan tepat janji
 Kelancaran pembangunan.
SISTEM EKONOMI ISLAM
 TUJUAN : MENCIPTAKAN KEMAKMURAN DAN KEADILAN DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA, MEREALISASIKAN KESEJAHTERAAN MEREKA
DAN MENGHAPUS KESENJANGAN DALAM MASYARAKAT ISLAM MELALUI
PENDISTRIBUSIAN KEKAYAAN SECARA BERKESINAMBUNGAN.

 HAKEKAT KEPEMILIKAN ADALAH MILIK ALLAH, MANUSIA DIBERIKAN


HAK PENGUASAAN DALAM HARTA ALLAH, MEMBATASI KEPEMILIKAN
DAN PENGGUNAAN HARTA DENGAN CARA LEGAL DAN HARTA
DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI HAK ALLAH YAITU KESEJAHTERAAN
ALAM SEMESTA (RACHMATAN LIL ALAMIN)  PERTUMBUHAN EKONOMI
MASYARAKAT

 HARTA KEKAYAAN : ROTASI (AGAR TIDAK DIKUASAI OLEH ORANG


KAYA  ZAKAT), MERUPAKAN MEDIASI BUKAN TUJUAN DAN BUKAN
MERUPAKAN BAROMETER KEMULIAAN MANUSIA
Rancang Bangun Ekonomi Islam
Rancang Bangun Ekonomi Islam
 Aqidah (tauhid) merupakan konsep Ketuhanan umat Islam
terhadap Allah SWT. Dimana dalam pembahasan ekonomi
Islam berasal dari ontologi tauhid, dan hal ini menjadi prinsip
utama dalam syariah.

 Adil, mengandung makna bahwa dalam setiap aktivitas


ekonomi yang dijalankan agar tidak terjadi suatu tindakan
yang dapat mendholimi orang lain.

 Nubuwwa, percaya dan yakin bahwa ilmu Allah itu benar


adanya dan akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.
Rancang Bangun Ekonomi Islam
 Khilafah atau berarti pemimpin, membawa implikasi bahwa
pemimpin umat dalam hal ini bisa berarti pemerintah adalah
suatu yang kecil namun memegang peranan penting dalam
tata kehidupan bermasyarakat.

 Ma’ad atau return, ini berarti dalam Islam pun


membolehkan mengambil keuntungan dalam melakukan
aktivitas perekonomian.Keuntungan merupakan salah satu hal
yang dianjurkan dalam suatu aktivitas ekonomi. Namun yang
dilarang dalam Islam adalah mengambil keuntungan yang
berlebihan apalagi sampai merugikan orang banyak
Rancang Bangun Ekonomi Islam
• Multitype ownership, Islam mengakui jenis-jenis kepemilikan
yang beragam. Islam mengakui adanya kepemilikan yang bersifat
individu, namun tetap ada batasan-batasan syariat yang tidak
boleh dilanggar –seperti akumulasi modal yang hanya menumpuk
di sekelompok golongan semata.

• Economic Freedom, dalam ekonomi Islam setiap manusia bebas


melakukan aktivitas ekonomi apa saja, selama aktivitas ekonomi
yang dilakukan bukan aktivitas ekonomi yang dilarang dalam
kerangka yang Islami.

• Social justice (social welfare), Dalam Islam, walaupun harta


yang kita dapat berasal dari usaha sendiri secara halal, tetap saja
terdapat hak orang lain di dalamnya.
Rancang Bangun Ekonomi Islam
 Akhlak yang bisa diartikan sebagai suatu etika yang
harus ada dalam setiap aktivitas ekonomi. Dengan akhlak
ini, manusia dalam menjalankan aktivitasnya tidak akan
sampai merugikan orang lain dan tetap menjaga sesuai
dengan syariah.

 Akhlak yang mulia mampu menuntun umat dalam


aktivitas ekonominya tidak merugikan pihak lain,
misalnya dengan tidak melakukan gharar, maysir, dan
riba.
Sumber Hukum Ekonomi Islam
 Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Al- Qur’an. Al-
Qur’an merupakan amanat sesungguhnya yang disampaikan Allah melalui
ucapan Nabi Muhammad saw untuk membimbing umat manusia. Amanat ini
bersifat universal, abadi dan fundamental.
 Hadits dan Sunnah, sunnah yang secara harfiah berarti “cara, adat istiadat,
kebiasaan hidup” mengacu pada perilaku Nabi Muhammad saw yang dijadikan
teladan. Sunnah sebagian besar didasarkan pada praktek normatif masyarakat
di jamannya.
 Ijma yang sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari
masyarakat maupun dari cendekiawan agama.
 Ijtihad dan Qiyas, secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha
untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.
Pengaruh hukumnya ialah bahwa pendapat yang diberikannya mungkin benar,
walaupun mungkin juga keliru. Maka ijtihad mempercayai sebagian pada proses
penafsiran dan penafsiran kembali.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai