Anda di halaman 1dari 27

Siti Wahyu Windarti 010710381

Mata memiliki 3 lapisan: Tunika fibrosa (lapisan paling luar) 1. Sklera 2. Kornea Tunika vaskulosa (lapisan tengah) 1. Koroid 2. Badan Siliaris Tunika nervosa (lapisan dalam) 1. Retina

Kornea

merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Secara histologis ada 5 lapisan, yaitu : 1. Epitel kornea 2. Membran Bowman 3. Stroma kornea 4. Membran Descemet 5. Endotel kornea

(Lang, 2006)

1. Epitel kornea
- Lapisan kornea terluar yang langsung kontak dengan dunia luar. - Lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. - Mengandung banyak ujung- ujung serat saraf bebas. - Daya regenerasi epitel cukup besar.

2. Membran Bowman
-

Membran tipis homogen yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat kolagen tipe 1. Mempertahankan bentuk kornea. Kerusakan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.

3. Stroma kornea
-

Merupakan lapisan kornea yang paling tebal. Tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di antara seratserat kolagen. Bersifat higroskopis yang menarik air. Gangguan dari susunan serat kornea terlihat keruh.

4. Membran Descemet
-

Lapisan tipis bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur, dan bening. Pelindung atau barier dari infeksi. Satu lapis sel. Mempertahankan kejernihan kornea. Mengatur cairan di dalam stroma kornea. Tidak mempunyai daya regenerasi. Pada usia lanjut jumlah sel berkurang.

5. Endotel kornea
-

Trauma

adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. TRAUMA MATA 1. Trauma tumpul, 2. Trauma tembus bola mata, 3. Trauma kimia, 4. Trauma radiasi.

mata

MACAM-MACAM

Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.

Di

Amerika Serikat, trauma pada mata merupakan 3-4% dari seluruh kecelakaan kerja. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4 Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan pada dan atau karena pekerjaan.

Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7.

Trauma

kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah.

Bahan kimia asam Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, dan asam hidroflorida.

Bahan kimia asam Asam cenderung berikatan dengan protein Menyebabkan koagulasi protein plasma Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut Kerusakan hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida. Bahan ini merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat menembus membran sel .

Trauma

akibat bahan kimia basa (pH > 7) akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina.

Semen,

kapur gamping Soda kuat Amoniak NaOH, CaOH Sabun, shampoo Cairan pembersih dalam rumah tangga Tiner, lem Freon/bahan pendingin lemari es Kaporit.

Bahan kimia alkali / Basa Akan bergabung dengan asam lemak dalam sel membran Terjadi proses saponifikasi/penyabunan Mengakibatkan kerusakan sel, diikuti koagulasi dan perlunakan jaringan Dapat penetrasi ke dalam stroma kornea sehingga secara cepat merusak jaringan kolagen dan proteoglikan

Pada bahan basa kuat penetrasinya sampai ke BMD hingga terjadi inflamasi serta dapat menyebabkan kerusakan jaringan di konjungtiva dan sklera.

Subyektif :
Penderita mengeluh adanya bahan kimia asam atau basa yang mengenai mata disertai rasa nyeri sampai tidak bisa membuka mata, berair, kabur, dan silau.

Obyektif

1. Visus menurun 2. Kelopak mata bengkak, kadang-kadang ada luka bakar 3. Konjungtiva hiperemi, kemosis, bisa terjadi iskemia dan nekrosis konjungtiva dan sklera 4. Kornea edema, tes FL (+)/erosi

Klasifikasi Tingkat Keparahan Akibat Trauma Kimia Berdasarkan M.J.Roper-Hall


Grade Perubahan pada
Kornea I - Erosi kornea -Detail iris masih jelas II -Keruh -Detail iris jelas Iskhemia kurang Baik

Perubahan pada
Konjungtiva Iskhemia (-)

Prognosis
Penglihatan Baik

dari 1/3 limbus Iskhemia 1/3 1/2 limbus

III

-Kerusakan epitel total, keruh, -Detail iris kabur stroma

Kurang Baik

IV

-Keruh/putih --Detail iris tidak tampak

Iskhemia leih dari 1/2 limbus

Buruk

Klasifikasi Tingkat Keparahan Akibat Trauma Kimia (Hughes)


1. Ringan : - erosi kornea - kornea agak keruh - tidak ada iskemia, nekrosis konjungtiva dan sklera 2. Sedang - kornea keruh, detail iris tak tampak - iskemia, nekrosis konjungtiva dan sklera minimal 3. Berat - pupil tak tampak - konjungtiva dan sklera kemosis hebat, pucat

Anastesi lokal Tes fluoresin Pemeriksaan memakai lampu senter , slit lamp biomikroskop Kertas lakmus untuk mengetahui jenis bahan kimia Lid retractor/desmares untuk membantu membuka kelopak mata.

1. SEGERA Glaukoma dapat terjadi 2-4 jam Ekspose kornea


2. JANGKA PANJANG Simblefaron Sindrom mata kering Sikatrik kornea Glaukoma sudut tertutup Entropion

Periksa pH awal - Berikan anastesi lokal tetes mata - Irigasi dengan aquadest steril, cairan fisiologis (normal saline, RL) - Bila penyebab CaOH diberi EDTA (bereaksi dengan basa pada jaringan) - Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk bahan kimia asam irigasi dilakukan selama jam, untuk bahan kimia basa irigasi selama 1 jam. - Perikasa pH setelah dilakukan irigasi, pH normal air mata 7,3.
-

Sikloplegik jangka panjang (Atropin 2%) untuk mengurangi spasme iris, mengurangi/ mencegah perlekatan iris denga lensa. Antibiotik tetes mata untuk mencegah infeksi sekunder Diberikan kortikosteroid tetes mata untuk kasus berat (grade 3 dan 4) pada 2 minggu pertama untuk mengurangi inflamasi Vitamin C tetes mata.

Anda mungkin juga menyukai