Anda di halaman 1dari 91

KAJIAN KEBIJAKAN STRATEGIS

BIDANG KESEHATAN

Dr. dr. Harimat Hendarwan, M.Kes


LATAR BELAKANG
• S3 – Analisa Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia
• Pengajar mata kuliah Analisa Kebijakan Kesehatan – Universitas Indonesia Maju (UIMA)
• Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

• Riwayat:
Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan 2010
Tim Mid Term Review dan End Term Review Renstra Kemkes 2010 – 2014 dan Renstra Kemkes
2015 – 2019.
Formulasi Dana Alokasi Khusus Non Fisik 2021
Tim Penyusun Renstra Kemkes 2020 – 2024
Tim Revisi Renstra Kemkes 2020 - 2024
Pilotting Integrasi Layanan Primer 2022
KATEGORI PENELITIAN PENUGASAN

Penelitian Penugasan kepada Poltekkes Kemenkes yang memiliki


kompetensi di bidang strategis juga dilaksanakan untuk menunjang
kebijakan Kementerian Kesehatan.
a. Skema Konsorsium Riset Unggulan Perguruan Tinggi (KRU-PT)
b. Skema Kajian Kebijakan Strategis (KKS)
MEMAHAMI KAJIAN KEBIJAKAN STRATEGIS

• Mendukung proses pengambilan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan di


Kementerian Kesehatan
• Agar kebijakan yang diambil dapat secara efektif menjawab permasalahan yang ada
dalam dinamika lingkungan strategis yang dihadapi baik internal maupun eksternal.
• Memberikan landasan akademik yang kuat dalam penetapan kebijakan strategis.
• Dapat berupa telaah terhadap kebijakan yang dijalankan atau telaah terhadap
kebijakan yang akan diambil.
• Telaah terhadap kebijakan yang sudah ada dan/atau yang sudah dijalankan
diharapkan dapat memberikan landasan ilmiah yang kuat untuk melakukan
perbaikan yang diperlukan.
• Kajian terhadap kebijakan yang akan diambil diharapkan dapat memberikan
landasan ilmiah yang kuat dalam proses, konteks, dan substansi kebijakan.
MEMAHAMI KAJIAN KEBIJAKAN STRATEGIS

• Merupakan kegiatan penelitian yang diharapkan dilaksanakan dosen untuk


melahirkan kebijakan baru.
• Menuntaskan masalah di lingkungan Kemenkes (termasuk Poltekkes Kemenkes).
• Agar setiap kebijakan yang diberlakukan benar-benar efektif atau bermanfaat
• Adapun tujuan dari penyusunan program KKS atau skema Kajian Kebijakan Strategi
ini adalah untuk menemukan solusi atas permasalahan yang mendesak. Yakni
permasalahan di lingkungan perguruan tinggi yang berhubungan dengan kegiatan
riset dan penelitian maupun pada aspek lainnya.
• Luaran KKS. Berupa naskah akademik:
a. Policy brief
b. Rekomendasi kebijakan
c. Model kebijakan strategis terhadap suatu permasalahan sesuai dengan bidang
Penugasan.
Arah kebijakan dan strategi dalam upaya pemeliharaan dan akselerasi
momentum pencapaian sasaran pokok RPJMN 2020 – 2024 (1):

a. Transformasi layanan primer


Semua orang memiliki akses yang mudah ke layanan primer seperti imunisasi, konsultasi dokter umum,
pemeriksaan kesehatan, dan edukasi masyarakat mengenai pola hidup sehat.
a.1. Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional
 Imunisasi Tambahan (Campak dan Rubela)
 Imunisasi Kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib)
a.2. Percepatan Penurunan Stunting
 Pendampingan 12 provinsi prioritas, standarisasi antropometri
a.3. Pelaksanaan Bulan Deteksi Dini PTM
 Deteksi dini factor risiko dan PTM untuk usia > 15 tahun
a.4. Integrasi Layanan Primer
 Pilot dan konsep network serta standardisasi layanan: Puskesmas, Posyandu Prima, Posyandu, dan
Kunjungan Rumah
a.5. Peningkatan Layanan Primer
 Pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4 kali menjadi 6 kali
• Imunisasi dari 11 menjadi 14 jenis
Arah kebijakan dan strategi dalam upaya pemeliharaan dan akselerasi
momentum pencapaian sasaran pokok RPJMN 2020 – 2024 (2):

b. Transformasi layanan rujukan


Setiap kota di Indonesia memiliki rumah sakit rujukan untuk mengobati penyakit katastropik
b.1. Peningkatan akses layanan
Konsep jejaring layanan rumah sakit (jantung, stroke, kanker, dan ginjal)

c. Transformasi sistem ketahanan kesehatan


Produksi lokal sediaan farmasi dan alat Kesehatan, serta kesiapsiagaan menghadapi krisis
kesehatan
c.1. Fasilitasi penggunaan bahan baku obat produksi dalam negeri
c.2. Formularium Fitofarmaka
c.3. Business matching dalam rangka P3DN
c.4. Konsep laboratorium Kesehatan masyarakat terintegrasi
Arah kebijakan dan strategi dalam upaya pemeliharaan dan akselerasi
momentum pencapaian sasaran pokok RPJMN 2020 – 2024 (3):

d. Transformasi sistem pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan intervensi Kesehatan secara efektif dan berkelanjutan untuk mencegah penyakit
dan menyediakan layanan Kesehatan yang terjangkau
d.1. Percepatan penyusunan dan analisis National Health Account
d.2. Konsep insentif UKM
d.3. Konsep kebutuhan dasar Kesehatan

e. Transformasi SDM Kesehatan


SDM Kesehatan dengan jumlah cukup dan merata di seluruh Indonesia
e.1. Akselerasi penyediaan dan pemerataan
e.2. Konsep Academic Health System
e.3. Pendayagunaan tenaga Kesehatan Diaspora dan WNA
e.4. Digitalisasi pelatihan Kesehatan
Arah kebijakan dan strategi dalam upaya pemeliharaan dan akselerasi
momentum pencapaian sasaran pokok RPJMN 2020 – 2024 (4):

f. Transformasi teknologi Kesehatan


Satu platform untuk semua masyarakat mengakses dokumen kesehatan
dan inovasi Bioteknologi untuk peningkatan kualitas layanan Kesehatan
masyarakat.
f.1. Launching Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK)
f.2. Sprint accelerator
f.3. Uji coba platform Indonesia Health Service
f.4. Pengembangan biobank
f.5. Pengembangan registry penyakit
f.6. Penggunaan data geonomika
INTEGRASI LAYANAN PRIMER

• Integrasi layanan puskesmas


• Posyandu/Pustu Prima
ANALISA DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Dr. dr. Harimat Hendarwan, M.Kes


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan
KEBIJAKAN PUBLIK
1 “ Public policy is whatever governments choose
to do or not to do” (Thomas Dye, 1981)
1.1 PENGERTIAN KEBIJAKAN

• Identik dengan policy


• Prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-
tujuan tertentu. (Timtuss, 1974).
• Kebijaksanaan (wisdom) : kearifan pimpinan
• Setidaknya mengandung komponen : niat dan tujuan, rencana, program,
tindakan, dan pengaruh yang dapat diukur.
• Konsep Dye : to do or not to do, contoh : pajak.
“ Public policy is whatever governments choose to do or not to do”
(Thomas Dye, 1981)
1.2 PENGERTIAN PUBLIK

• Diartikan : Negara dan atau Umum


• Etiologis : Bahasa Yunani : public = pubes
• Pubes (Puber) : Kedewasaan secara emosional maupun intelektual.
• Puber : transisi dari berorientasi diri sendiri menjadi memikirkan orang
lain.
• Identik dengan common : hubungan antar individu
• Publik : ruang yang berisi aktifitas manusia yang dipandang perlu untuk
diatur oleh Pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan
bersama.
1.3 PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK

• Etimologis : Kebijakan dan Publik


• Publik Versus Privat (Individu).
• Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan
aparat Pemerintah (Anderson, 1979).
• Hubungan suatu unit Pemerintah dengan lingkungannya (Estone,
1971)
• Pilihan Pemerintah (Dye, 1976)
 
1.4 PENYUSUNAN KEBIJAKAN
PROSES PENYUSUNAN KEBIJAKAN :
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK (Dunn, Pengantar Analisa Kebijakan
(Anderson, Howlet, Ramesh) Publik)

1. Problem formulation
2. Agenda setting
3. Policy formulation
4. Decision
making/adoption
5. Policy implementation
6. Policy evaluation

• Upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk


masalah-masalah yang dikembangkan dan siapa-siapa yang berpartisipasi
• Proses yang secara spesifik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan khusus
KEBIJAKAN PUBLIK
KEBIJAKAN PUBLIK

• Suatu ilmu multidisipliner


• Definisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemukakan oleh Harold Laswell
dan Abraham Kaplan, “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-
nilai, dan praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and practices)”.
• George C. Edwards III dan Ira Sharkansky ,“suatu tindakan pemerintah yang berupa
program-program pemerintah untuk pencapaian sasaran atau tujuan”.
Kebijakan publik memiliki kata kunci “tujuan”, “nilai-nilai”, dan “praktik”.
Kebijakan publik selalu memiliki tujuan, seperti kebijakan pemerintah untuk
menggantikan konsumsi minyak tanah dengan LPG adalah untuk menghemat subsidi
negara. Praktik yang dilaksanakan adalah dengan mendistribusikan kompor gas dan
tabung LPG 3 kg secara cuma-cuma kepada masyarakat.
KEBIJAKAN PUBLIK

• Thomas R. Dye “segala yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan,


dan perbedaan yang dihasilkannya (what government did, why they do it, and what
differences it makes)”.
• George C. Edwards III dan Ira Sharkansky, “Apa yang dinyatakan dan dilakukan atau
tidak dilakukan oleh pemerintah yang dapat ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana
yang diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti
dengan programprogram dan tindakan pemerintah”.
Penundaan pelaksanaan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi sehingga
dalam hal ini pemerintah tidak melakukan tindakan apapun untuk menjalankan
Undang-Undang tersebut juga termasuk kebijakan publik
KEBIJAKAN PUBLIK

James A. Anderson “kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat


pemerintah”.
David Easton “pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat”, karena setiap kebijakan
mengandung seperangkat nilai di dalamnya.
 Kebijakan publik juga menyentuh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
 Pergeseran nilai-nilai masyarakat dapat mengakibatkan pergeseran kebijakan
publik
Tatanan masyarakat yang sangat terbuka akan nilai-nilai baru membuat beberapa
negara melegalkan perkawinan sesama jenis.
Sebaliknya negara juga dapat mengkampanyekan atau bahkan memaksakan suatu
nilai kepada masyarakat (KB)
KEBIJAKAN PUBLIK

James A. Anderson “kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat


pemerintah”.
David Easton “pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat”, karena setiap kebijakan
mengandung seperangkat nilai di dalamnya.
 Kebijakan publik juga menyentuh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
 Pergeseran nilai-nilai masyarakat dapat mengakibatkan pergeseran kebijakan
publik
Tatanan masyarakat yang sangat terbuka akan nilai-nilai baru membuat beberapa
negara melegalkan perkawinan sesama jenis.
Sebaliknya negara juga dapat mengkampanyekan atau bahkan memaksakan suatu
nilai kepada masyarakat (KB)
KEBIJAKAN PUBLIK

Berdasarkan definisi-definisi kebijakan publik yang dipaparkan di atas,


maka kebijakan publik memiliki konsep-konsep sebagai berikut :
a. Kebijakan publik berisi tujuan, nilai-nilai, dan
praktik/pelaksanaannya.
b. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan
organisasi swasta.
c. Kebijakan publik tersebut menyangkut pilihan yang dilakukan atau
tidak dilakukan oleh pemerintah.
KEBIJAKAN PUBLIK

• Lampiran 1 Peraturan Menteri PAN Nomor PER/04/M.PAN/4/2007 tentang Pedoman


Umum Formulasi, Implementasi, Evaluasi Kinerja, dan Revisi Kebijakan Publik di
Lingkungan Lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah.
• “Keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga pemerintahan untuk mengatasi
permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu atau untuk mencapai tujuan
tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak”.
• Kebijakan publik mempunyai 2 (dua) bentuk yaitu peraturan yang terkodifikasi secara
formal dan legal, dan pernyataan pejabat publik di depan publik.
• Subarsono (2005:3), kebijakan publik dapat berupa Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Pemerintah Provinsi, Peraturan Pemerintah Kota/Kabupaten,
dan Keputusan Walikota/Bupati.
KEBIJAKAN PUBLIK
• R. Dye dalam Dunn (2000: 110) terdapat tiga elemen
kebijakan yang membentuk sistem kebijakan. TIGA ELEMEN SISTEM KEBIJAKAN

• Dye menggambarkan ketiga elemen kebijakan tersebut


sebagai kebijakan publik/public policy, pelaku PELAKU
kebijakan/policy stakeholders, dan lingkungan
kebijakan/policy environment.
• Ketiga elemen saling memiliki andil, dan saling
mempengaruhi. Pelaku kebijakan dapat mempunyai andil
dalam kebijakan, namun mereka juga dapat pula
dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. Lingkungan
kebijakan juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh LINGKUNGAN KEBIJAKAN
pembuat kebijakan dan kebijakan publik itu sendiri.
• Dunn, “Sistem kebijakan berisi proses yang dialektis, yang
berarti bahwa dimensi obyektif dan subyektif dari pembuat Sumber: Thomas R.Dye dalam Dunn
kebijakan tidak tepisahkan di dalam prakteknya”.
MASALAH MASALAH PUBLIK

VS

MASALAH PUBLIK :
Masalah yang mempunyai dampak luas dan mencakup konsekuensi-konsekuensi bagi orang-orang yang tidak
secara langsung terlibat.
ISU KEBIJAKAN PUBLIK Truman
Hasil perdebatan tentang definisi, Mempertahankan diri dalam
arah tindakan, dan evaluasi keadaan equilibrium yang layak

Stewart
• Melampaui ambang krisis dan
KOMPETISI tidak boleh terlalu lama
didiamkan
• Menunjukkan isu yang lebih
besar (dramatisasi): kebocoran
ozon, pemanasan global,
climate change
• Aspek emosional
AGENDA KEBIJAKAN • Menyangkut kekuasaan atau
Tuntutan agar pembuat kebijakan legitimasi
terdorong melakukan tindakan • Trend atau diminati banyak
tertentu orang
2 ANALISIS KEBIJAKAN
2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN

• Analisis kebijakan adalah suatu BENTUK ANALISIS yang


MENGHASILKAN dan MENYAJIKAN INFORMASI sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan LANDASAN dari para pembuat kebijakan
dalam MEMBUAT KEPUTUSAN
• Disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan BERBAGAI METODE
PENGKAJIAN MULTIPEL dalam konteks ARGUMENTASI dan
DEBAT POLITIK untuk menciptakan, secara kritis menilai dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.
APA ITU ANALISIS KEBIJAKAN ......?

• Suatu istilah generik dari berbagai teknik dan alat yang digunakan
untuk membedah, menjabarkan, mengorganisasikan, mengevaluasi,
dan menganalisa kebijakan.
• Tidak ada metodologi analisis kebijakan yang generik (satu-satunya).
• Bagaimana analisis dilakukan dan apa alat yang digunakan terserah
pada peneliti.

31
RESEARCH
FOR POLICY

TRANSLATION
RESEARCH INTO
POLICY
RESEARCH
OF POLICY

EVALUASI
PROGRAM
INTERNSIP
DOKTER
INDONESIA
THE 3 E’S OF POLICY OPTIONS

• Efisiensi (Efficiency)
• Apakah kebijakan dijalankan seefisien mungkin ?
(efisiensi alokatif : pengadaan sesuai dengan pemanfaatan, efisiensi teknis :
input kecil menghasilkan output besar)
• Efektifitas (Effectiveness)
• Apakah kebijakan telah menghasilkan efek yang diharapkan ?, apakah telah
mencapai audiens yang diharapkan ?
• Keadilan (Equity)
• Apakah kebijakan mendistribusikan manfaat secara adil kepada seluruh pihak
yang terkait?

34
2.2. ALAT ANALISIS KEBIJAKAN

• Jenis alat analisis kebijakan:


• Seven Criteria of Good Policy
• The 6 C’s of Policy Options
• The 3 E’s of Policy Options
• Cost-Benefit Analysis
• Cost-Effectiveness Analysis
• Modeling
35
THE 6 C’S OF POLICY OPTIONS

• Konsentrasi (Concentration)
• Kejelasan (Clarity)
• Kemampuan adaptasi (Changeability)
• Tantangan (Challenge)
• Koordinasi (Coordination)
• Konsistensi (Consistency)

36
01_KONSENTRASI

• Apakah uang, anggaran, personil, waktu, dan sumber


daya lain dicurahkan pada kebijakan tersebut ?
• Kebijakan REVOLUSI KIA :
Berapa bidan yang bertugas di desa ..... ?
Berapa bidan yang tinggal di desa ...... ?
Pelatihan
Sarana

37
02_KEJELASAN

• Apakah tujuan jelas ?


• Apakah langkah-langkah untuk mencapai tujuan sudah sesuai ?
• Apakah setiap orang yang terlibat dalam implementasi
kebijakan sudah mengetahui tujuan yang hendak dicapai dan
memahami peran masing-masing ?
• Apakah orang yang terkena kebijakan tersebut telah
memahaminya dengan jelas?
• Tidak diserapnya dana BOK di beberapa puskesmas/kab.

38
03_KEMAMPUAN MENYESUAIKAN DIRI

• Apakah kebijakan memiliki cukup keluwesan untuk


dapat menjamin bahwa kebijakan tersebut dapat
disesuaikan dengan kondisi yang berubah ?
• Apakah orang-orang yang terlibat dapat merubah cara
mereka menjalankan kebijakan?
• RS PPK BLU ..... ?

39
04_TANTANGAN

• Apakah tantangan pencapaian hasil masih realistis ?


• Seberapa realistis kebijakan tersebut dalam kaitan
dengan lingkupnya ?
• Target-target dalam SPM Bidang Kesehatan

40
05_KOORDINASI

• Apakah kebijakan memungkinkan terjadinya


pertukaran informasi di antara para pelaku dan
memungkinkan adanya efek umpan balik?
• Apakah terdapat komunikasi intra- dan inter-
organisasi yang efektif ?

41
KOORDINASI

• Penyerahan langsung tenaga PTT dan PNS Pusat yang


dibiayai APBN ke dinas kesehatan dan tidak melalui
Badan Kepegawaian Daerah (BKD), membuat BKD
tidak mengetahui peta PNS dan PTT SDM Kesehatan
yang diangkat oleh Pusat yang bertugas di daerah.
• Seharusnya Pusat tetap berkoordinasi dengan Pemda
(BKD), dan selanjutnya BKD akan berkoordinasi
dengan DinKes Provinsi dalam pendistribusiannya.

42
06_KONSISTENSI

• Apakah tujuan konsisten dengan sasaran, apakah


sasaran konsisten dengan tindakan?
• Apakah kebijakan secara konsisten dijalankan?
• Kepmenkes keluar, sosialisasi ...?, pendistribusian .....?

43
KESENJANGAN KEBIJAKAN DAN
3 KONFLIK KEBIJAKAN
3.1 KESENJANGAN KEBIJAKAN (POLICY GAPS)

Policy Gap bisa terdapat antara :


1. Isu Kebijakan dengan berbagai kebijakan terkait
2. Berbagai komponen kebijakan dalam satu kebijakan
Komponen Kebijakan :
1. Isu Kebijakan
2. Tujuan Kebijakan
3. Strategi Kebijakan
4. Instrumen Kebijakan :
Legal, Teknis, Pembiayaan, SDM
45
3.2 KONFLIK KEBIJAKAN

Konflik kebijakan bisa terjadi pada :


 Proses Kebijakan
 Komponen Kebijakan

46
ALTERNATIF KEBIJAKAN
4 DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
4.1 ALTERNATIF KEBIJAKAN
4.1.1 PENGERTIAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

• Tindakan publik yang masih potensial (belum dilaksanakan)


yang dapat memenuhi nilai atau pemuasan kebutuhan publik
• Tindakan yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah
kebijakan
• Tindakan yang secara potensial tersedia yang dapat memberi
sumbangan terhadap permecahan masalah kebijakan (Dunn)
4.1.3 CARA MERUMUSKAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
Athey, 1982

• Pertahankan sistem yang sedang berjalan  Thomas Dye, ketika tidak


melakukan sesuatupun adalah kebijakan
• Perbaiki sistem yang sedang berjalan : Pro poor policy
• Gunakan desain kemasan (prepackaged) : JKN Vs KIS
• Ciptakan desain baru : PTT Vs NS
PENILAIAN KUALITAS PILIHAN KEBIJAKAN

• Kejelasan tanggungjawab dan pembuat kebijakan (Single decision


maker); Konflik cenderung muncul jika melibatkan banyak perumus
kebijakan
• Kepastian (certainty); Semakin pasti hasilnya, semakin baik suatu
pilihan kebijakan
• Segera menghasilkan sesuatu (Immediacy of consequences); Hasil yang
segera akan lebih baik. Nilai mungkin berubah karena hasil yang tidak
segera terlihat.
• Rasionalitas
• Masuk-akal (plausible) dan dapat dilakukan (possible)
KRITERIA SELEKSI

• Beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan dalam memilih alternatif


kebijakan publik, yakni :
1) Kesesuaian dengan visi dan misi organisasi.
2) Applicable ( dapat diimplementasikan).
3) Mampu mempromosikan pemerataan dan keadilan pada
masyarakat. Kepentingan public harus diletakkan sebagai
pertimbangan utama oleh para policy makers.
4) Kelayakan politik
5) Kelayakan administratif
4) Mendasarkan pada kriteria penilaian yang jelas dan transparan.
4.2 REKOMENDASI KEBIJAKAN
4.2.1 PENGERTIAN REKOMENDASI
KEBIJAKAN

• Proses mengevaluasi atau menilai beberapa opsi atau alternative


kebijakan untuk menentukan mana tindakan kebijakan yang terbaik
untuk mengatasi masalah social, ekonomi, politik, dan fisik yang
sedang atau akan dihadapi oleh masyarakat.
4.2.2 PENYUSUNAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

• Rumuskan beberapa kriteria evaluasi yang relevan dengan tujuan


kebijakan
• Analisis efek dan dampak tiap alternatif kebijakan terhadap kriteria-
kriteria tersebut
• Terapkan alternatif yang terbaik (lebih banyak unsur positifnya)
sebagai tindakan kebijakan.
REKOMENDASI
KEBIJAKAN

• Nasihat kebijakan yang diperuntukkan bagi seseorang atau kelompok


yang memiliki kewenangan dalam membuat keputusan.
• Rekomendasi kebijakan ditujukan untuk orang yang berhadapan dengan
pilihan kebijakan khususnya isu bagaimana riset dan bukti dapat
membantu pengambilan keputusan yang terbaik.
• Terkait bagaimana menggunakan riset untuk memecahkan masalah
kebijakan publik atau menyediakan bukti mengenai bagaimana suatu
kebijakan berjalan.
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
George C. Edwards III, Merilee S. Grindle, Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier, Donald Van Meter dan Carl Van Horn, Cheema dan Rondinelli, dan David
L. Weimer dan Aidan R. Vining.
MODEL EDWARD III
Model Edwards III
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Edwards III
Menurut Edwards III (1980: 9-11), implementasi kebijakan
dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu (1) komunikasi, 2)
sumber daya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi.

KOMUNIKASI
Komunikasi harus ditransmisikan kepada personel yang tepat,
dan harus jelas, akurat serta konsisten.
Edwards III menyatakan: “Orders to implement policies must be
transmitted to the appropriate personnel, and they must be clear,
accurate, and consistent”.

Komunikasi yang tepat menghindari diskresi/discretion pada


para implementor karena mereka akan mencoba
menerjemahkan kebijakan umum menjadi tindakan yang
spesifik.
Diperlukan kebijakan yang ditransmisikan kepada agen
pelaksana yang tepat, jelas, dan konsisten, tetapi tidak
menghalangi adaptasi dari para agen pelaksana tersebut. Sumber: Edwards III (1980: 148)
Model Edwards III
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Edwards III
SUMBER DAYA
Hal yang diperlukan agar implementasi berjalan efektif
adalah: Important resources include staff of the proper
size and with the necessary expertise; relevant and
adequate information on how to implement policies and on
the compliance of others involved in implementation; the
authority to ensure that policies are carried out as they are
intended; and facilities (including buildings, equipment,
land, and supplies) in which or with which to provide
services.
Tanpa memandang seberapapun jelas dan konsistennya
perintah implementasi dan tanpa memandang
seberapapun akuratnya perintah tersebut ditransmisikan,
jika implementor yang mengimplementasikan kebijakan
kekurangan sumber daya, maka implementasi tidak akan
efektif.
Sumber daya meliputi staff, informasi, otoritas, dan Sumber: Edwards III (1980: 148)
fasilitas.
Model Edwards III
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Edwards III

DISPOSISI/SIKAP
“If implementors are well-disposed toward a particular
policy, they are more likely to carry it out as the original
decisionmakers intended. But when implementors’
attitudes or perspectives differ from the decisionmakers’,
the process of implementing a policy becomes infinitely
more complicated”.
Sikap (disposisi) merupakan hal yang krusial karena jika
implementor kebijakan memiliki disposisi yang
berlawanan dengan arah kebijakan, maka dapat
mengakibatkan ketidaksesuaian antara tujuan kebijakan
yang sesungguhnya dengan implementasi kebijakan di
lapangan.

Sumber: Edwards III (1980: 148)


Model Edwards III
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Untuk mengatasi kebuntuan implementasi karena adanya resistensi Menurut Edwards III
dari pelaksana, Edwards III menawarkan dua alternatif solusi.
Alternatif pertama adalah dengan pergantian personel, sedangkan
alternatif kedua adalah dengan memanipulasi insentif.
Alternatif pertama menurut Edwards III cenderung lebih sulit
daripada alternatif kedua. Edwards III (1980: 107) menyatakan :
Changing the personnel in government bureaucracies is difficult, and
it does not ensure that the implementation process will proceed
smoothly. Another potential technique to deal with the problem of
implementors’ dispositions is to alter the dispositions of existing
implementors through the manipulation of incentives. Since people
generally act in their own interest, the manipulation of incentives by
high-level policymakers may influence their actions ...
Alternatif kedua ini sering kita jumpai dalam manajemen
organisasi. Organisasi yang mengutamakan kinerja seperti di
dalam perusahaan seringkali memberikan kenaikan gaji yang
berbeda antar karyawan. Karyawan yang memiliki kinerja lebih
bagus akan mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar daripada
karyawan yang memiliki kinerja di bawahnya. Sumber: Edwards III (1980: 148)
Model Edwards III
Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan Menurut Edwards III
STRUKTUR BIROKRASI
dua sub variabel yang memberikan pengaruh besar pada birokrasi adalah
Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi.
SOP
“The former develop as internal responses to the limited time and resources of
implementors and the desire for uniformity in the operation of complex and
widely dispersed organizations; they often remain in force due to bureaucratic
inertia”.
SOP merupakan respon yang timbul dari implementor untuk menjawab
tuntutan-tuntutan pekerjaan karena kurangnya waktu dan sumber daya serta
kemauan adanya keseragaman dalam operasi organisasi yang kompleks.
SOP memberikan sisi positif yaitu kejelasan bagi publik dalam standar
pelayanan yang dapat mereka harapkan
Di sisi lain standar pelayanan yang mekanistik dapat pula membuat publik
merasa dibeda-bedakan. Sebagai contoh standar pelayanan untuk pasien di
rumah sakit membeda-bedakan pasien yang membayar sendiri, melalui
asuransi (BPJS Kesehatan), atau Out of Pocket.
Sumber: Edwards III (1980: 148)
Model Edwards III Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Kebijakan Menurut Edwards III
STRUKTUR BIROKRASI
FRAGMENTASI
“The latter results primarily from pressures outside
bureaucratic units as legislative committees, interest groups,
executive officials, state constitutions and city charters, and
the nature of broad policies influence the organization of
public bureaucracies”.
“...the dispersion of responsibility for a policy area among
several organizational units”.
Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab dari
suatu kebijakan pada beberapa unit organisasi.
Bagaimana fragmentasi membuat Pemerintah AS menjadi
tidak efisien. Dicontohkan bahwa pada masa pemerintahan
Carter, Presiden Carter yang mengadakan reformasi
pelayanan publik menyatakan, “There are too many agencies,
doing too many things, overlapping too often, coordinating too
rarely, wasting too much money – and doing too little to solve
real problems”. Sumber: Edwards III (1980: 148)
NASKAH
KEBIJAKAN
5 NASKAH KEBIJAKAN
5.1 PENGERTIAN NASKAH KEBIJAKAN (POLICY PAPER)

• Makalah kebijakan (naskah kebijakan) adalah naskah yang disiapkan


oleh analisis kebijakan untuk policy maker untuk membantu mereka
dalam perumasan kebijakan
• Tujuan : agar dapat membuat kebijakan yang terbaik, termasuk
memperhitungkan berbagai implikasi positif dan negative dari pilihan
tersebut.
5.2 TIPE NASKAH KEBIJAKAN
(Harmein Harun, 2015)
NASKAH KEBIJAKAN (POLICY PAPER)
(Young and Quin, 2002)

Perbedaan Penelitian Kebijakan Risalah kebijakan Memo Kebijakan (policy


(policy study) (policy Brief) memo)
Sasaran (Audien) Spesialis kebijakan Pembuat keputusan Beragam stakeholder
Fokus Analisis isu-isu Pesan kebijakan Pesan kebijakan untuk
kebijakan stakeholder kunci
Konteks Isue Diseminasi hasil-hasil Advokasi dan lobi Advokasi dan lobi
penelitian kebijakan
Metodologi Dapat memuat penelitian Jarang memuat Jarang memuat
primer penelitian primer penelitian primer
Bahasa Sangat akademis Harus jelas Harus jelas
Panjang Maksimum 60 halaman 6 – 15 halaman Maks 2 halaman
6 POLICY BRIEF
TENTANG POLICY BRIEF :

 Dokumen RINGKAS dan BERDIRI SENDIRI yang fokus pada ISU


TERTENTU yang membutuhkan PERHATIAN KEBIJAKAN.
 Dokumen yang memaparkan ALASAN atau RASIONAL pemilihan
ALTERNATIF kebijakan tertentu yang ada pada tataran PERDEBATAN
KEBIJAKAN.
 Menjelaskan dan meyakinkan URGENSI isu terkait
 Menyajikan REKOMENDASI Kebijakan
 Memberikan BUKTI yang mendukung rekomendasi tersebut
 Menunjukkan pembaca PB sumber-sumber lainnya tentang iu terkait.
INTRODUCTION:
Research is essentially unfinished unless the
findings are synthesized and applied in
practices to improve the situation

• Riset kesehatan masyarakat bertujuan untuk


• Mengkomunikasikan
merubah dan meningkatkan kesehatan informasi yang esensial dari
masyarakat laporan penelitian
• Publikasi hasil penelitian di jurnal dan laporan • Menjembatani kesenjangan
tidak otomatis membawa hasil penelitian tersebut antara komunitas peneliti
Policy dan komunitas kebijakan
pada taran praktis
• Temuan penelitian harus disintesa dan Brief • Nilai policy brief tergantung
pada kualitas bukti yang
dikomunikasikan melalui cara yang seharusnya diberikan dan translasi
kepada orang yang tepat untuk diaplikasikan oleh temuan ke dalam pesan
mereka yang relevan untuk target
audien
MENGAPA POLICY BRIEF :

 Bukti berdasarkan penelitian dapat memberikan masukan bagi kebijakan yang secara dramatis
berdampak positif.
 Menjembatani jurang antara komunitas peneliti dan pengambil kebijakan yang dikarenakan :
- Kebutuhan dan tekanan yang berbeda mengenai
penggunaan informasi.
- Ekpertis penelitian yang spesifik Vs pengetahuan umum
- Perbedaan ruang dan waktu antar komunitas
- Kompetisi pengaruh mempengaruh terhadap keputusan
kebijakan.
 50 % pembuat kebijakan dan 65% peneliti beranggapan
bahwa diseminasi temuan riset untuk pengambilan keputusan masih kurang
 79% responden menempatkan policy brief sebagai alat komunikasi yang bermanfaat.
APA ITU POLICY BRIEF
(RISALAH KEBIJAKAN)?

• Ringkas, publikasi tersendiri yang terfokus Policy brief is a concise summary of a particular issue, the policy
pada isu tertentu yang membutuhkan option to deals with it, and some recommendation to the best
perhatian kebijakan option.
• Menampilkan masalah, konteksnya, dan It is aimed at government policymakers and other who are
memberikan rekomendasi dan implikasi interested in formulating or influencing policy.
kebijakan yang jelas.
• Menyediakan bukti yang mendukung alasan
dibalik rekomendasi tersebut.
• Mempromosikan berbagai bentuk perubahan:
kebijakan atau regulasi kebijakan, prioritas
kegiatan, implementasi program
• 2- 4 halaman, ditulis secara professional yang
mudah dimengerti tanpa pemahaman yang
khusus
STRUKTUR DAN ISI RISALAH
KEBIJAKAN
2-4 halaman (1000 – 2000 kata)
JUDUL
Informan – Menyampaikan pada pembaca tentang apa risalah kebijakan ini.
RANGKUMAN EKSEKUTIF (10%) HASIL DAN KESIMPULAN (30%)
Menyampaikan isi dari risalah kebijakan
PENDAHULUAN (10-15%)
Menjelaskan pentingnya isu
Menciptakan rasa penasaran akan risalah
kebijakan

METODOLOGI (5-10%)
IMPLIKASI ATAU REKOMENDASI (30%)
REFERENSI ATAU SUMBER YANG BERGUNA (10%)
THERE ARE MANY WAYS OF
STRUCTURING A POLICY BRIEF
• Title In addition, a policy brief
• Summary may contain the following:
• Recommendations • Boxes
• Introduction • Tables
• The body (the main text)
• Graphics
• Policy implications
• Photographs
• Conclusions
TITLE
• Title The title should be short, catchy, and to the point.
• Short: Try to keep it to less than 12 words. If that is not possible,
consider breaking it into a title and subtitle.
• Catchy: It should grab the reader’s attention. Try to include relevant
key words, or find an unusual turn of phrase that sticks in the mind.
Also consider using a question as a title.
• To the point: It should be relevant to the topic.
SUMMARY

• Include a brief summary or policy message at the beginning


• Sometimes printed in a box or in bigger type.
• Giving the main points in the policy brief.
• “What are the main points you want policymakers to get – even if
they read nothing else?”
RECOMMENDATION
• Recommendations You do not have to put your recommendations
at the end
• a policy brief is not a detective story where the answer comes on
the last page!
• There are various ways to present recommendations:
- on the first page – as part of the Summary,
- immediately after it,
- in a separate box
- at the end as a separate section.
- distributed throughout the policy brief where they best
relate to the text, but with each recommendation
highlighted in some way (e.g. with boldface type).
RECOMMENDATION (2) :
Wherever you put them:
• State the recommendations clearly and in a way that is easy to
understand.
• Make them easy to find.
• Keep them short.
• Make them realistic.
INTRODUCTION

• The first part of the main body of the text. Think of it as a statement
of the issue or problem.
• The introduction does four things:
- It grabs the reader’s attention.
- It introduces the topic.
- It says why it is important.
- It tells the reader why he/she should do something about it.
• Here is one way to structure the introduction:
- The problem (What is the problem? Why is it important?)
- Background, context (What happens, where, who is involved?)
- Causes of current situation (Why? Give evidence or examples.)
- Effects of current situation (What effects does it have? Give
evidence or examples.)
THE BODY
POLICY IMPLICATIONS

• Policy implications Here is where you focus on the POLICY


OPTIONS and IMPLICATIONS.
• Suggested revisions in policy. What are the various options?
• Effects of the revised policy or policies. How will the policy changes
improve the situation? Give evidence or examples if possible.
• Advantages and disadvantages of each policy option. What are the
potential benefits? What will it cost? What side-effects might there be?
• If you have not given the recommendations at the beginning of the
policy brief, you can put them here
BOXES
• to present various types of information that do not fit well
in the flow of the text:
- cases;
- definitions or explanations;
- information that does not fit within the main flow of
the text;
- lists;
- examples to illustrate points in the text.
• Give each box a title, and refer to it in the text.
• Do not have too many boxes: one on each page is enough.
CASES
• The text may contain one or more cases: particular
examples or stories about what happened in a particular
location at a certain time.
• You can include such cases as part of the main text or by
putting them in a box.
• Cases should be short (one or two paragraphs only) and
self-contained (readers should be able to understand
them even if they do not read the rest of the text).
• Focus on the subject, and avoid giving unnecessary
details.
• Make sure that the case is relevant to the rest of the text.
TABLES
• Tables are a good way to present certain types of information.
• But keep them simple.
• A table with too many rows and columns will confuse readers more than
help them understand what you are trying to say.
• Keep the number of rows and columns to a minimum – no more than four
columns and six rows.
• Do not include statistical significance levels (such as p < 0.05): they are
appropriate for a scientific paper, not a policy brief.
• Say where the information comes from: the date, place, project, etc. Put
the details in a footnote if needed.
GRAPHICS :
• Include diagrams (such as flow charts or schematic diagrams), graphs (such as bar charts,
line graphs and pie charts) and maps.
• Important element in the design.
• Readers often look at them before reading the text.
• Choose the type of graphic that best suits the information you want to present.
• Use bar charts or pie charts to compare figures
• Use line graphs for time series.
• show only the most important variables.
• Give an explanatory title or caption.
• Finally, choose colours, shading patterns and symbols that are easy to distinguish from
one other.
PHOTOGRAPHS
• Photographs Even more than graphics, photographs attract the
reader’s attention. So if you use photos, select them carefully to
carry a message as well as to make the page more attractive
• Use only good-quality photos: if you do not have one that is
suitable, do not use one that is substandard.
• Make sure the photos have at least a 150 dpi (dots per inch)
resolution (preferably 300 dpi), if the policy brief is to be
printed.
• Give a descriptive caption that helps carry your message.
“Steep slopes and small land parcels limit agricultural
production in Bagistan” is better than “Landscape in Bagistan”.
• Make sure that you have permission to use the photographs,
and give the photographer’s name if necessary.
AUTHORS :
• Some organizations print the names of the authors
prominently – just under the title.
• Others put them in a footnote, or at the end of the text.
• Still others do not name individuals as authors at all –
since the policy brief is deemed to have come from the
organization as a whole.
• If you do name the authors, include their names,
positions, institution, and email address for
correspondence.
• If you do not name the authors, at least give an email
address where readers can write to for more
information.
ACKNOWLEDGEMENTS AND PUBLICATION DETAILS

• An acknowledgement of funding sponsors and


organizations and individuals who made significant
contributions to the content of the policy brief.
• An address where readers can find more information.
• The publisher and date.
• Information on the copyright – can others reproduce
the material without permission?
• If necessary, a disclaimer stating that the views
expressed in the policy brief do not necessarily reflect
those of the publishing organization.
REFERENCES AND FOOTNOTES
• It is not necessary (and there is often not enough
space) to include a full list of references. Instead, just
provide references to one to four sources where
readers can find further information. Give the web
addresses of publications if you can.
• It is best to avoid footnotes if you can. Put vital
information instead in the main text or in a box or
sidebar. If you must use footnotes, keep them to a
minimum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai