Anda di halaman 1dari 17

BATU CBD (COMMON BILE DUCT)

Oleh:
Elsa Amimi
102118077

Pembimbing:
dr. M. Hazrawan Martanta, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU BEDAH


RSU HAJI MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2019
Anatomi dan Fisiologi

 Kandung empedu normal berbentuk


kista berdinding tipis menempel pada
bagian bawah dan medial dari lobus
kanan hepar.
 Fungsi kandung empedu adalah tempat
penyimpangan dan pemekatan empedu.
 Warna kantung empedu adalah hijau
dan berukuran sekitar 7-10 cm dan
biasanya berisi 50 ml cairan empedu.
Seperti kantung, dia bisa besar jika
terisi oleh cairan empedu dan bisa
kempis jika cairan empedu di kirim ke
usus 12 jari. 
DEFINISI

Choledocholithiasis (batu CBD) adalah adanya batu dalam saluran empedu dan
merupakan suatu kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Pada
umumnya komposisi utama batu adalah kolesterol dan terdapat di saluran empedu
yaitu di saluran empedu utama atau di duktus choledochus (choledocholithiasis).
EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan studi epidemiologi, di Amerika diperkirakan sekitar 6 sampai 12 persen


pasien dengan penyakit kandung empedu memiliki batu pada CBD, temuan ini meningkat
sesuai usia.

Sekitar 20 - 25% dari pasien diatas usia 60 tahun dengan gejala batu empedu memiliki
batu pada CBD sama seperti pada kandung empedu. Pada penelitian lainnya disebutkan
bahwa 8 sampai 18 persen pasien dengan batu kandung empedu yang bergejala memiliki
batu pada CBD, koeksistensi antara batu kandung empedu serta batu pada CBD
berhubungan dengan peningkatan usia, faktor ras (keturunan asia), kondisi inflamasi
kronis dan kemungkinan hipotiroid.
ETIOLOGI

 Etiologi batu empedu masih belum diketahui.


 Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di
kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi
menjadi mengkristal dan mulai membentuk batu. Akan tetapi, tampaknya faktor
predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi kandung empedu.
 faktor risiko terjadinya batu empedu antara lain jenis kelamin, umur, hormon wanita,
infeksi (cholecystitis), kegemukan, kehamilan, terapi hormon, kehilangan berat badan
yang cepat, penyakit crohn, trigliserida darah yang meningkat serta faktor genetik.
KLASIFIKASI

 Tipe kolesterol
Batu kolesterol di mana komposisi kolesterol melebihi 70%. Terjadinya batu kolesterol adalah
akibat gangguan hati yang kenaikan sekresi kolesterol hingga kadarnya di atas nilai kritis
kelarutan kolesterol dalam empedu dan penurunan produksi empedu.
 Tipe pigmen empedu
Batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung Ca-bilirubinate sebagai
komponen utama dan Batu pigmen hitam yang kaya akan residu hitam tak terekstraksi,terbentuk
di dalam kandung empedu dan disertai hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi.
 Tipe campuran
PATOFISIOLOGI

Kebanyakan batu empedu adalah batu kolesterol yang terbentuk di


kandung empedu  ductus biliaris ekstrahepatik melalui duktus sistikus
 Kalkuli primer yang muncul secara de novo pada duktus biasanya batu
pigmen yang berkembang pada pasien dengan (1) parasitisme
hepatobiliari atau, kolangitis berulang kronis, (2) kelainan kongenital dari
saluran empedu (terutama penyakit Caroli), atau (3) saluran yang
melebar, sklerosis atau menyempit; atau (4) kelainan pada gen MDR3
menyebabkan gangguan sekresi empedu fosfolipid.
MANIFESTASI KLINIS

GEJALA AKUT GEJALA KRONIS


   
TANDA : TANDA:
Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme. Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen.
Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kuadran kanan atas. Kadang terdapat nyeri di kuadran kanan atas. Pada palpasi teraba nyeri tekan di
Kandung empedu membesar dan nyeri. epigastrium dan perut kanan atas
Ikterus ringan.

  GEJALA:
GEJALA: Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid epigastrium),
Rasa nyeri (kolik empedu) yang menetap. Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan.
Mual dan muntah. Nausea dan muntah.
Febris (38,5C). Intoleransi dengan makanan berlemak.
Flatulensi.
Eruktasi (bersendawa).
Penegakkan Diagnosis

1) Pemeriksaan Laboratorium
↑serum kolesterol, ↑fosfolipid,
↓ester kolesterol, ↑protrombin
serum time.
2) USG : menunjukkan adanya
bendungan /hambatan

Gambar : Batu empedu di ductus koledokus


Penegakkan Diagnosis

3) Endoscopic Retrograde choledocho 4) MRCP (Magnetic resonance


pancreaticography (ERCP) cholangio-pancreatography)

Gambar 2 : Gambaran batu empedu di ductus koledokus dengan ERCP Gambar 3 : Gambaran Batu Empedu di Duktus
Koledokus dengan MRCP.
Penegakkan Diagnosis

5) PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk


menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
6) Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
7) CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
8) Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallblader.
DIFFERENTIAL DIAGNOSA

a. Pancreatitis
b. Sclerosing Cholangitis
c. Abses hati
 
PENATALAKSANAAN

Secara umum, batu saluran empedu harus dikeuarkan, bahkan pada pasien tanpa gejala. Penderita
choledocholithiasis yang mengalami kolik perlu diberi spasmoanalgetik untuk mengurangi nyeri atau serangan
kolik. Bila memperlihatkan peradangan, dapat diberi antibiotik.
1.Konservatif
a) Lisis batu dengan obat-obatan
Terapi disolusi dengan asam ursodeoksilat untuk melarutkan batu empedu kolesterol dibutuhkan waktu pemberian
obat 6-12 bulan dan diperlukan monitoring hingga dicapai disolusi.
b) Disolusi kontak
Metode ini didasarkan pada prinsip PTC dan instilasi langsung pelarut kolesterol ke kandung empedu.
c) Litotripsi (Extarcorvoral Shock Wave Lithotripsy =ESWL)
Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada
saat ini hanya terbatas untuk pasien yang benar-benar telah dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini.
Efektifitas ESWL memerlukan terapi adjuvant asam ursodeoksilat.
2. Penanganan operatif
a) Open kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien
dengan batu empedu simtomatik. Indikasi yang paling
umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,
diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang
terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan, dan infeksi.
b) Kolesistektomi laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih c) Kolesistektomi minilaparatomi.
minimal, pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, Modifikasi dari tindakan kolesistektomi
menyingkatkan perawatan di rumah sakit dan biaya yang
terbuka dengan insisi lebih kecil dengan efek
lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier yang
berulang. nyeri pasca operasi lebih rendah.
PROGNOSIS & KOMPLIKASI

Prognosis Komplikasi
DUBIA AD BONAM 1) Kolangitis
2) Pankreatitis
Kesimpulan

 Batu empedu dapat ditemukan di dalam kandung empedu itu sendiri, atau dapat juga ditemukan di
saluran-saluran empedu, seperti duktus sistikus atau duktus koledokus. Sekitar 80% pasien dengan batu
empedu, biasanya asimtomatis. Sedangkan pada yang simtomatik, keluhan utamanya biasa berupa
nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau prekordium, dan kolik bilier. Penyebab dari batu
empedu ini belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan ada 3 faktor predisposisi terpenting, yaitu:
Gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi
kandung empedu. Adanya faktor resiko terbentuknya batu empedu dikenal dengan 4F yaitu fatty,
fourty, fertile dan female.

 Ada banyak cara untuk mendeteksi batu saluran empedu, tetapi yang paling akurat dan sering
digunakan adalah ultrasonografi. Tindakan operatif atau kolesistektomi merupakan terapi pilihan pada
pasien dengan batu saluran empedu.

Anda mungkin juga menyukai