Anda di halaman 1dari 26

EKOTEOLOGI MKR:

KEARIFAN LOKAL & PERUBAHAN


IKLIM NEGERI KEPULAUAN*

Oleh :
Muh. Arba’in Mahmud**

* Diskusi “Kelas Ekologi Ramadhan”, Perkumpulan PAKATIVA, 14 April 2022


** PEH Muda BPDASHL Ake Malamo – Penulis – Inisiator Jaringan Literasi Perimba (JLP)
APA YANG AKAN DIWICARAKAN?

 Bencana Alam : Fenomena Nature & Nurture


 Ekoteologi MKR : Sebuah Potensi
 Ekologi DAS Kepulauan (Malut)
 Ekoteologi : Menakar Relasi Tuhan, Alam, Manusia
 Gen Muda dan Kesalihan Ekologi
 Kampanye Ekoteologi untuk Climate Action
 Konsep Ekoteologi dan Kearifan Lokal (Malut)
BENCANA ALAM :
FENOMENA NATURE & NURTURE
 Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan
masyarakat
 Kenaikan suhu bumi  dampak kenaikan temperatur bumi 
pun ubah sistem iklim  pengaruhi berbagai aspek pada
perubahan alam dan kehidupan manusia (kualitas dan kuantitas
air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem
wilayah pesisir)  BENCANA
 Bencana 

1) fenomena alam (nature) : alami, fitrah, sunnatullah


2) fenomena buatan (nurture) : pribadi, komunal, negara, dunia
global
BENCANA ALAM :
FENOMENA NATURE & NURTURE
 Bencana 
1) fenomena alam : satu proses alami yang terjadi karena perubahan-
perubahan yang ada di bumi dan yang melingkupinya (atmosfer).  Islam:
fitrah terjadi (Sunnatullah, sesuai kehendak Tuhan, Sang Pencipta Semesta).
 pra kondisi Hari Kiamat (Akhir Semua Kehidupan di muka bumi).
”Menjelang terjadinya Kiamat akan terjadi pengubahan rupa,
penenggelaman bumi, dan hujan batu….” (HR.Tirmidzi).
 mutasi genetik, perubahan alam (kerusakan terumbu karang dan alih-
guna lahan dan hutan)
 banjir, pencairan salju, ancaman tenggelamnya pulau-pulau kecil dan
gempa
 meteor dan asteroid.
 Abu Fatiah Al-Adnani, 2008. Global Warming, Sebuah Isyarat Dekatnya Akhir Zaman dan
Kehancuran Dunia, Granada Mediatama, Surakarta
BENCANA ALAM :
FENOMENA NATURE & NURTURE

 Bencana 
2) fenomena buatan manusia : (nurture : pemeliharaan) 
ada campur tangan manusia sebagai penguasa muka bumi
(khalifah fil ardhi)
 Islam : ”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia,…”(QS. Ar-
Rum/30 : 41).
 perilaku destruksi (fasad), kepentingan ekonomi,
kebijakan politik hingga gaya hidup.
EKOTEOLOGI MKR: SEBUAH POTENSI

 Ekoteologi (ecotheology)  bentuk teologi konstruktif bahas


interelasi antara agama dan alam  masalah2 lingkungan
(Abdullah, Mudhofir, 2010, hal. 133)

 Ekoteologi : motif lain pengelolaan SDA (ekonomi, sosial dan


ekologi)  motif devosi/ibadah/ kebaktian*  Gender Based
Forest Management (GBFM)  tesis/buku “GKM” (2017)
* Roger E. Tim, “Dampak Ekologis Teologi Penciptaan Menurut Islam”, dalam Tucker, M.E.,
dan Grim, J.A. (ed.), 2003, Agama, Filsafat, dan Lingkungan Hidup, terj. oleh P.Hardono
Hadi, Kanisius, Yogyakarta, hal. 99-114.
 Motif devosi : Islam  Yusuf Qardawi : tujuan penciptaan
manusia : 1) hamba Tuhan, 2) khalifah (wali bumi), & 3)
bangun peradaban etis / baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafuur
EKOTEOLOGI MKR : SEBUAH POTENSI
 Nusantara (Indonesia/MKR)  negeri kepulauan & maritim
 Negeri seribu DAS

 Daerah Aliran Sungai (DAS)  suatu wilayah yang


dipisahkan dari wilayah lain oleh pemisah alam berupa
punggung bukit atau gunung, yang menerima air hujan,
menampung dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut / danau (PP No. 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS)
 semua wilayah daratan terbagi habis oleh DAS

 Potensi Ekoteologi : 1) biodiversitas/kehati; 2)


pluralitas/multikulturalisme; & 3) spiritualitas (agama-non
agama/adat), + anasir pendukung (biofisik, ekosistem,
kebudayaan, dsb.)
EKOTEOLOGI NUSANTARA: SEBUAH
POTENSI
 Nusantara (Indonesia)  negeri kepulauan & maritim 
Negeri seribu DAS
 Daerah Aliran Sungai (DAS)  suatu wilayah yang
dipisahkan dari wilayah lain oleh pemisah alam berupa
punggung bukit atau gunung, yang menerima air hujan,
menampung dan mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut / danau (PP No. 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS)
 semua wilayah daratan terbagi habis oleh DAS
 Potensi Ekoteologi : 1) potensi ekologi (biodiversitas/kehati
& biofisik); 2) potensi sosial (pluralitas/multikulturalisme); &
3) spiritualitas (agama-non agama/adat)
EKOLOGI DAS MALUKU UTARA
1) Potensi Biofisik
 Karakter DAS Kepulauan  terbentuk dari beberapa DAS Pulau
dimana komponen lingkungannya (iklim, tanah, air, topografi, batuan,
flora-fauna, penggunaan lahan) dan manusia membentuk ‘ekosistem
alami’ DAS masing-masing pulau yang spesifik, baik pulau besar
maupun pulau-pulau kecil di sekitarnya.  3.771 DAS (Renstra KLHK
2020-2024)
 Jumlah Pulau : 1.474 pulau  89 pulau berpenghuni & 1.385 pulau tak
berpenghuni
 Tebaran 805 pulau di Malut potensial tempat wisata bahari
 Klasifikasi DAS (BPDASHL Ake Malamo, 2013), terdiri dari :
a. Dipulihkan : 87 DAS ( 575.340,16 Ha)
b. Dipertahankan : 982 DAS (2.575.624,05 Ha)
 Dari 108 DAS Prioritas Nasional yang dipulihkan, DAS di MKR terdapat
4 DAS Dipulihkan: Akelamo (HB), Akejodoh & Ake Tiabo (HU), dan
Ake Kobe (H.Teng).
EKOLOGI DAS KEPULAUAN
2) Potensi Biodiversitas (darat-laut)
 Endemik satwa wallacea
 Provinsi Malut memiliki :
51 jenis Mamalia, 243 jenis burung, 42 jenis reptil, 6 jenis amfibi dan
endemik lainnya, seperti belalang (Cranaekukenthali spp) 2 jenis, capung
(Selysioneura thalia, Synthemis spp ) 3 jenis, kupu-kupu raja (Papilio heringi) 1
jenis dan moluska darat 20 jenis.
 Produksi perikanan Malut pada tahun 2015 = 30.818,6 ton dimana
30.466,12 ton (98,8 %) merupakan perikanan laut.
 Luas laut 69% mengandung potensi perikanan 1,035.230 ton/tahun,
dengan biodiversitas tinggi.
 Garis pantai sepanjang 6.644 km2 dapat dikembangkan perikanan
budidaya (Data Wildlife Conservation Society (WCS), Project Leader
SEA Program – Malut (2017)
EKOLOGI DAS KEPULAUAN

3) Potensi Pluralitas (Sosio-kultur)


 Kearifan lokal beragam (Etika lingkungan lokal), misal: Sasi &
Boboso
 Masyarakat :
1. Masyarakat adat (4 kesultanan & bukan kesultanan).
Data AMAN Malut: 57 komunitas yang terdaftar, & + 100 komunitas
yang belum terdaftar  berbasis komunitas (sub suku), mis. Suku Sawai
(Halmahera Tengah) terdapat 15 komunitas (Pnu).
- Masyarakat adat Fagogoru, Makayoa, Togale, Sahu, Tabaru, Modole,
Ternate, Tidore, dll.
2. Masyarakat pendatang : Jawa, Minang, Tionghoa, Bugis, Buton,
Sanger, Papua  transmigrasi/pertanian, perdagangan, nelayan,
perkebunan
PETA WILAYAH DAS KEPULAUAN
PROVINSI MALUKU UTARA

12
EKOTEOLOGI :
MENAKAR RELASI TUHAN, ALAM, MANUSIA

 Ekoteologi-Tauhid : Allah sebagai al-Khaliq (Pencipta)


 Allah adalah pusat lingkungan. Alam adalah
manifestasiNya yang bersama-sama manusia menjadi unsur
pembentuk ekosistem dalam kosmos yang berperadaban dan
bersifat teleologis.
 Harmoni Relasi = Tuhan-Kosmos-Manusia

3 (Tiga) Pandangan relasi Tuhan-alam-manusia :


1) Relasi reduksionistik

2) Relasi holistik

3) Relasi organik
EKOTEOLOGI : MENAKAR RELASI ….
1. Relasi bersifat Reduksionistik :
 Alam semesta sekadar partikel-partikel benda yang bergerak
secara otomatis laksana mesin
 Relasi timpang =posisi Tuhan, alam dan manusia menjadi tidak
aktual dan fungsional
 Pandangan reduksionisme (Barat) menyumbang pada
sekulerisme kosmos, sebabkan sikap mental manusia sbg pelaku
eksploitasi alam.
 Reduksionisme Barat = binary opposition (pasangan yang saling
berhadapan / vis a vis)
EKOTEOLOGI : MENAKAR RELASI ….

2. Relasi bersifat Holistik / holism :


 Holisme / holon = suatu keseluruhan merupakan bagian keseluruhan
yang lain, mis. atom < molekul < sel < organisme < keluarga < masyarakat
< dunia < dst. (watak nilai-nilai Timur)
 Menjalin hubungan secara harmonis dengan Tuhan dan alam semesta.
Manusia dan kosmos sebagai suatu keseluruhan tunggal yang organik.
 Tujuan kehidupan adalah menyesuaikan diri dengan langit dan bumi,
dan kembali ke sumber transenden manusia dan dunia.
 Manusia bukan pemilik tunggal alam semesta, tetapi sebagai bagian
keluarga biotik besar.
 Holisme = tidak berdasar wahyu, lebih peduli bumi ketimbang kepada
Tuhan, maka berbeda dengan relasi ketiga: Tawhid.
EKOTEOLOGI : MENAKAR RELASI ….
3. Relasi model Tawhid:
 Relasi Tuhan, kosmos, dan manusia adalah bersifat organik

 Segitiga relasi : Tuhan sebagai puncak, alam dan manusia


sebagai realitas derivatif (turunan)
 Tuhan = Khaliq/Pencipta = Causa Prima

 Manusia-alam = makhluq = hambaNya,


Tuhan
tasbih, sujud, tunduk (sukarela-paksa),
ikuti sunnatullah
 Manusia = wakil Tuhan = amanat atas
alam  bekal akal-kalbu, membaca
? ayat2 semesta, lahir ilmu.
 Alam sebagai ayat Tuhan sekaligus

manusia alam anugerah untuk manusia


IMPLIKASI
1. Relasi iman dan lingkungan : berawal dari Tauhid
 Sikap anti-tauhid = tidak mengimani lingkungan dan alam semesta sebagai
ciptaan Allah yang semena-mena dieskploitasi dan dibiarkan rusak.  setara
kufr terhadap Allah.
 Kufr = tertutup / mengabaikan karunia yang telah diterimanya >< syukur
(terbuka). (buku Toshihiko Izutsu)
2. Relasi akal dan lingkungan : berfikir secara teleologis (fils. ttg
rancangan dan tujuan)
 Alam tidak diciptakan secara sia-sia (Qs.3:191)
 Muhammad Abduh : Teleologis berbasis tauhid : hubungan alam-manusia =
hubungan etis-strategis : bila satu rusak, hubungan pun rusak.
 Krisis lingkungan = cermin krisis moral dan spiritual.
GENERASI MUDA DAN KESALEHAN
EKOLOGI

 Gen Muda (cq. mahasiswa)  sebagai agen perubahan sosial,


memiliki kesadaran berbasis spiritualitas (ruh, kedirian), intelektualitas
(kampus), kerakyatan / humanitas / (kampung/masyarakat) dan
Ekosistem (bumi/lingkungan alam).
 Kesalehan ekologi  kesadaran individu tuk menjaga lingkungan
dengan lambaran kesadaran ibadah / kebaktian (devosi) kepada Allah,
Sang Pecipta Semesta. (MP, 21-2-’14)
 Kesadaran menjaga lingkungan  tidak jagabumi an sich, tetapi
didorong rasa tanggung jawab sebagai hamba Tuhan (devosi / ibadah)
sekaligus sebagai pengemban amanah kekhalifahan / ‘wali bumi’
(Robin Attfield, 2010).
 Kesalihan ini pun dapat dimasukkan ke ranah sosial maupun ke ranah
individu.
KAMPANYE EKOTEOLOGI UNTUK
CLIMATE ACTION
 Menanam Pohon  buah kesalihan Ekologi : amal
altruistik, “Jika tiba waktunya kiamat, sementara di tanganmu masih ada biji kurma,
maka tanamlah segera” (HR.Ahmad).
 Literasi Lestari  aksi milenarian : keyakinan oleh suatu
kelompok atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik
tentang transformasi besar dalam masyarakat dan setelah itu
segala sesuatu akan berubah ke arah positif.  Sastra Hijau,
Jaringan Literasi Perimba
 Toleransi Sebumi  bagian peradaban etis  Harmoni
Hijau
 Revitalisasi Fiqh Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) 
ijtihad/inisiasi profetik
KONSEP EKOTEOLOGI DAN ADAT
SEATORANG (MALUT) :

 Masyarakat Adat  representasi ‘ibu moyang / asal-usul’


kita, maka harus dimulyakan – diistimewakan sesuai potensi
dan kondisinya.
 Hutan Adat  ‘rumah terakhir’ generasi kita, yang harus
dijaga & didukung perwujudannya.
 Tugas Ekoteologi : memfasilitasi penguatan kelembagaan
masyarakat adat, pelibatan kegiatan rehabilitasi DAS /
penanaman (berbekal kearifan lokal), hingga mendukung
perwujudan Perda MHA dan Perda lainnya yang pro rakyat
dan pro lingkungan (mis. Perda DAS, Perda Burung,dll)
 Kategori MHA : Berbasis kesultanan dan non kesultanan
 Kearifan lokal MKR : Sasi & Boboso, Bira Mahihawu
(Panen Padi Baru/suku Modole)
KONSEP EKOTEOLOGI DAN KEARAIFAN
LOKAL MKR
 Devosi Ekoteologi  motif dasar pengelolaan Hutan Adat,
sebagai Hamba (‘Abdullah) & Wakil Tuhan di muka bumi
(Khalifah fil ‘ardhi).
 Bagi masyarakat adat tidak beragama (termasuk MHA non
kesultanan), Devosi Ekoteologi dapat diwujudkan sebagai
penghormatan kepada nenek moyang, leluhur maupun Realitas
Agung lain sesuai keyakinannya, misal: mikul dhuwur mendhem
jero (Jawa), Si Tou Timou Tumou Tou (Minahasa:
memanusiakan manusia), Marimoi Ngone Futuru (Malut:
bersatu kita teguh), dll.
 Devosi Ekoteologi  muara & pemersatu masyarakat adat
Maluku Utara (basis kesultanan / agama & non kesultanan / tak
beragama) dalam pengelolaan sumber daya alam.
 Spirit Devosi Ekoteologi  dapat terbingkai dalam ‘Resolusi
Hijau yang terbalut semangat ‘toleransi berbasis ekologi’.
PENUTUP
“Sungguh, adalah termasuk amal dan kebaikan orang beriman yang
sampai kepadanya sesudah matinya:
ilmu yang ia siarkan, anak shalih yang ia tinggalkan,
kitab/mushaf/buku yang ia wariskan, rumah ibadah/masjid yang ia
bangun, rumah inap musafir yang ia dirikan, sungai yang ia alirkan*
atau jariyah yang ia keluarkan dari hartanya semasa sehat dan hidupnya
…”
(HR. Ibnu Majah dari Abi Hurairah)

* DAS yang ia lestarikan, hutan yang ia jaga,


kehidupan yang tidak ia matikan, hal-potensi yang ia seratkan, ….dst.
Terimakasih, syukur dofu-dofu

“…manusia sone kubur tomahale, haleyone kubur kabe?”


-manusia mati kubur di tanah, tanah mati kubur dimana?- (H.M.
Amien Faoruk/Jojau Kesultanan Tidore)
BIODATA PENULIS :

• Nama : Muh. Arba’in Mahmud, S.Sos.,M.Sc.


• TTL : Sragen, 04 Maret 1977
• Jabatan : PEH Muda BPDASHL Ake Malamo
• Aktivitas: - Sekretaris Dewan Kehutanan Daerah (DKD) Malut
- Wakil Ketua AGUPENA Maluku Utara
- Pegiat Jaringan Literasi Perimba
- Pengurus Nasional Rumah Produktif Indonesia (RPI)
• Keluarga : 1 istri, 4 anak
• Alamat : Jl. Kalapa Pendek, RT.02/RW.01, Mangga Dua Utara,
Ternate Selatan, Ternate, Maluku Utara
Prestasi :
1) Juara Nasional III Kategori B (Rimbawan / Pegawai Kemenhut), Lomba Menulis
Artikel Pelestarian DAS, kerjasama Kemenhut-SCBFWM Project (Peringatan Hari
Penanggulangan Degradasi Lahan Sedunia 17 Juni 2014)
2) Penerima Fellowship Enviromental Citizen Journalist Program (ECJP 2020), tema :
“Hutan dan Manusia di Timur Indonesia”, Kerjasama FWI -Universitas Pattimura-
Mongabay Indonesia
BIODATA PENULIS :

Karya tulis yang dibukukan :


1) Gender dan Kehutanan Masyarakat, Penerbit Deepublish (Maret & Nopember
2015), Yogyakarta  Thesis
2) Ekoteologi Moloku Kie Raha, Gagasan Pengendalian Ekosistem Hutan
Maluku Utara, Penerbit Phinisi Press (2015), Yogyakarta
3) Fatwa MUI dalam Pandangan Akademisi (Peran Fatwa MUI Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara), Penerbit Majelis Ulama Indonesia
(Juli, 2017), Jakarta,  Kontributor artikel berjudul :”Resolusi Hijau MUI:
Mendamba Fikih Lingkungan Menuju Toleransi Sebumi (Studi Kasus MUI
Provinsi Maluku Utara dan MUI Kota Ternate)”
4) Ekoteologi Moloku Kie Raha, Gagasan Pengendalian Ekosistem Hutan
Maluku Utara, Penerbit Deepublish (2021), Yogyakarta
BIODATA PENULIS :

Karya tulis yang sudah dibukukan :


5) Boboso, Kumpulan Puisi dan Artikel Pendidikan Maluku Utara, Penerbit
Deepublish (2017), Yogyakarta  Kontributor puisi dan artikel
6) Kita Halmahera, Kitab Puisi Maluku Utara, Penerbit Garasi Genta (2017),
Ternate  kontributor puisi
7) Metamorfosis Rimba, Sehimpun Puisi Hijau Warga SMA Cendana dan
Penyair Tamu, Penerbit Imaji, Pekanbaru (2017)  kontributor puisi
8) Kluster 16 : Menghubungkan Titik-Titik Hutan Lestari untuk
Kesejahteraan Rakyat, Doni Nug, IPB Press (2019)  editor
BIODATA PENULIS :
Karya jurnalistik (2020-2021):
1) Etika Lingkungan Dalam Islam (Filosofi Pohon Perspektif Perimba),
makalah Lokakarya Ekoteologi Antar Umat Beragama Kabupaten
Halmahera Utara”, 18-19 Maret 2020 batal C19
2) Artikel Fellowship ECJP 2020:
a) Ekoteologi Moloku Kie Raha: Etika Lingkungan Empat
Kesultanan Maluku Utara (https
://www.kompasiana.com/muharbainmahmud/)
b) "Sasi", Benih Toleransi Sebumi (Sebuah Etika Lingkungan
Kesultanan Bacan (https://www.kompasiana.com/muharbainmahmud/)
c) Sasi, Etika Lingkungan dan Toleransi Satu Bumi Kesultanan
Bacan (https://www.mongabay.co.id/2020/12/15/ )

Karya jurnalistik 2016-2020 terbit menjadi buku berjudul :


“Ekoteologi Moloku Kie Raha: Gagasan Kendali Ekosistem Hutan
Maluku Utara”,
Penerbit Deepublish, Jogjakarta (Des, 2021)

Anda mungkin juga menyukai