Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 7:

1. ajeng friska sari


2. nita pardede
3. tymoty doli sinaga

Jalan-jalan berpakaian rapi


hendak bertamu di rumah paman, kami
hendak ingin berpresentasi perhatian
teman-teman yang kami harapkan.
A. Pengertian Nasionalisme
Secara etimologis, kata “Nasionalisme” berasal dari kata “Nationalism” dan “Nation” dalam bahsa inggris,
yang dalam studi semantik kata nation tersebut berasal dari kata latin nation yang berakar pada kata nascor yang
bermakna `saya lahir`.

Nasionalisme dalam arti sempit adalah :


Perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan
berlebihan sehingga memandang rendah terhadap bangsa lain.

Nasionalisme dalam arti luas adalah :


Perasaan cinta yang tinggi atau banggga terhadap tanah air dan tidak memandang
rendah bangsa lain.

Secara umum, nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan
negara. Mengetahui apa itu nasionalisme merupakan sebuah bukti kesetiaan dan kecintaan
seseorang terhadap bangsanya sendiri. Sifat nasionalisme ini bisa dibuktikan dengan sikap
dan tingkah laku masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Seperti mempelajari budaya
sendiri, membeli produk lokal, menghargai perbedaan budaya, melakukan aksi nyata untuk
membela negara dan lain sebagainya.
Pembahasan :

Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme dan patriotisme.


Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi
atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Ada dua jenis pengertian nasionalisme, yaitu nasionalisme dalam arti sempit dan
nasionalisme dalam arti luas. Nasionalisme dalam arti sempit disebut juga dengan
nasionalisme negatif karena mengandung makna perasaan kebangsaan atau cinta
terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan, sebaliknya memandang
rendah terhadap bangsa lain yang di sebut juga Chauvinisme.
Jenis nasionalisme yang kedua adalah nasionalisme dalam arti luas atau yang
berarti positif. Nasionalisme dalam pengertian ini adalah perasaan cinta yang tinggi
atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain.
B. Lahirnya nasionalisme di kawasan asia tenggara

Asia Tenggara adalah kawasan yang terdiri dari Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Brunei darussalam, dan Singapura. Proses munculnya
gerakan nasionalisme di Asia tenggara merupakan gerakan yang ditandai dengan bangunan
bangsa-bangsa Asia tenggara sebagai reaksi terhadap imperialisme bangsa Barat Eropa di tanah
mereka saat itu, kecuali Thailand. Proses gerakan nasionalisme di Asia Tenggara sangat
dipengaruhi oleh kondisi setiap negara karena akar budaya dan proses yang berbeda, sehingga
gerakan tersebut muncul tidak bersamaan.
Indonesia oleh Belanda ll menyebabkan adanya perlawanan dari rakyat. Nasionalisme di awali oleh
munculnya kaum terpelajar yang berpendidikan yang membawa paham-paham dari barat seperti
nasionalisme sehingga mereka memiliki kesadaran nasional yang menyadarkan satu sama lain akan
pentingnya berbangsa dan juga bernegara tanpa dijajah oleh bangsa lain.

Dengan demikian, proses lahirnya gerakan nasionalisme di Asia Tenggara berawal dari adanya
perlawanan terhadap imperialisme oleh bangsa barat Eropa di tanah mereka, selanjutnya munculnya
golongan elit dan juga terpelajar yang membawa paham paham dari barat seperti nasionalisme sehingga
mereka memiliki kesadaran nasional yang menyadarkan satu sama lain akan pentingnya berbangsa dan juga
bernegara tanpa dijajah oleh bangsa lain.
C. Pembentukan dan Perkembangan Negara – Negara Nasional di Asia Tenggara

Sebelum kedatangan bangsa Barat, Asia Tenggara menjadi ajang perebutan pengaruh
antara India dan Cina. Dalam pergulatan pengaruh tersebut, pengaruh India lebih tersebar
luas ketimbang Cina. Keberhasilan India tersebut tercermin dari munculnya kekuasaan besar
di Asia Tenggara yang berpolakan India, yaitu Funan, Sriwijaya, dan Majapahit.

Dengan masuknya Islam, kekuasaan tunggal di Asia Tenggara berakhir, yakni ditandai
dengan runtuhnya Majapahit. Sejak itu Asia Tenggara dikuasai kerajaan-kerajaan kecil yang
saling bertikai sehingga dengan mudah dikuasai oleh bangsa Barat. Ketika itu Asia Tenggara
dikuasai oleh Inggris (Myanmar, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam), Prancis
(Vietnam, Laos, dan Kamboja), Spanyol dan Amerika Serikat (Filipina), dan Belanda (Indonesia).

Setelah mengalami penindasan yang cukup lama, maka lahirlah kesadaran nasional
(nasionalisme) di kalangan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Perkembangan nasionalisme
Asia Tenggara memuncak pada pembentukan negara nasional di Asia Tenggara.
Perkembangan nasionalisme di Asia Tenggara itu berbeda dalam corak dan iramanya. Hal ini
disebabkan oleh karena bermacam-macamnya penjajah di Asia Tenggara, bahkan ada pula
bangsa yang tidak pernah dijajah. Nasionalisme di negara-negara terjajah berbeda-beda pula
karena politik penjajahannya berbeda. Di samping itu, masing-masing daerah jajahan juga
mempunyai karakter yang berbedabeda, baik sifat penduduk pribuminya maupun kondisi
daerahnya.
a. Filipina
Nasionalisme di Filipina tergolong nasionalisme tertua di Asia
Tenggara dalam arti menentang penjajahan. Hal ini disebabkan karena
Filipina mendapat pendidikan modern tertua di luar Eropa. Pendidikan
tersebut diselenggarakan oleh Ordo Yesuit yang berkarya di Filipina.
Karya Ordo tersebut dilindungi oleh pemerintah Spanyol sebab di- nilai
turut mengkonsolidasi kekuasaan pemerintah.

Adapun gerakan nasional yang pertama di Filipina adalah Liga


Filipina yang berdiri tahun 1880 dan dipimpin oleh Jose Rizal.
Perjuangan Rizal melawan pemerintah Spanyol dipropagandakan lewat
dua novelnya yakni Noli me Tangere dan El Filibusterisme.

Sekitar tahun 1890-an gerakan nasional Filipina mulai menunjukkan


sifatsifat radikal. Gerakan yang bersifat radikal tersebut berlanjut ke
pergolakanpergolakan. Selama penjajahan Spanyol (1571-1898) ada
sekitar 100 pergolakan melawan pemerintah kolonial itu.
b. Myanmar

Gerakan nasional Myanmar dimulai pada tahun 1906 yang ditandai


dengan pembentukan YMBA (Young Man Budhis Asociation) atau
Persatuan Pemuda Birma. Mula-mula organisasi tersebut bergerak dalam
bidang agama dan sosial sehingga belum bercorak politik, tetapi lebih
banyak bergerak dalam bidang pendidikan.

Perkembangan nasionalisme Myanmar mulai kelihatan setelah


Perang Dunia I, terutama setelah Inggris memisahkan Myanmar dari
konstitusi India (Inggris). PD I cukup menggoncangkan Myanmar dan
segera mendorong lahirnya kesadaran politik yang lebih nasionalistis.
Hal ini ditandai dengan berlangsungnya pemogokan di universitas, dan
kemudian dilanjutkan dengan perubahan YMBA menjadi GCBA (Dewan
Umum Persatuan Burma) pada tahun 1921, yang merupakan organisasi
politik nasionalis yang luas.
c. Indonesia
 
Gerakan nasional di Indonesia dimulai dengan berdirinya Budi
Utomo pada tahun 1908, yang sekaligus menandai lahirnya
nasionalisme Indonesia yang pertama. Wadah kaum nasionalis yang
pertama ini dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini
dapat kita lihat peristiwa keluarnya tokoh-tokoh radikal seperti dr
Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dari organisasi
tersebut setelah Pangeran Notoprojo dari Pakualaman memegang
pimpinan pada tahun 1911.

Setelah gerakan nasional yang berdasarkan Islam dan komunis


mengendor, maka muncullah gerakan nasional yang lebih
nasionalistis. Dalam tahun 1927 Soekarno mendirikan PNI yang
berkarakteristik agitasi kuat dan sikap nonkooperatif terhadap
pemerintah Belanda. Akhirnya Belanda tidak menerima kegiatan
semacam itu, karena itu PNI kemudian dibubarkan dan para
pemimpinnya ditahan.
d. Indocina

nasionalisme di Indocina dibidani oleh kaum intelegensia yang


telah mengenyam pendidikan Barat. Gerakan nasional di Indocia
dipelopori oleh bangsa Vietnam, sebab penduduknya paling besar
dan punya nasionalisme tradisional (kebiasaan mengusir penjajah
dari Cina).

Setelah Perang Dunia II berakhir, Ho Chi Minh seorang nasionalis


mengenyam Pendidikan barat memproklamasikan kemerdekaan
Vietnam pada tanggal 2 September 1945, tetapi Vietnam Selatan
diduduki Prancis. Karena itu Republik Vietnam pimpinan Ho Chi
Minh disebut Vietnam Utara sedangkan Vietnam Selatan dijadikan
negara boneka Prancis.
e. Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam

Paham modern yang dihembuskan oleh pemerintah kolonial Inggris


terhadap Malaya diterima secara tidak merata oleh ketiga etnis penghuni
jazirah Melayu itu. Orang Melayu setia kepada kerajaankerajaan Melayu,
mereka menentang kedudukan imigran Asia terutama Cina, bahkan kurang
mempedulikan daerahnya yang diduduki Inggris. Malaya tergolong lambat
perkembanya nasionalismenya.

Singapura dan Brunei Darussalam adalah juga bekas rumpun jajahan Inggris
di Malaya. Namun sewaktu Malaya merdeka tanggal 31 Agustus 1957 sebagai
PTM (Persekutuan Tanah Melayu), Singapura dan Brunei tidak ikut merdeka.
Setelah PTM berkembang menjadi Malysia (16 Sepetember 1963), Singapura
bergabung dengan Malaysia tetapi Brunei tetap menjadi protektorat Inggris.

Pada tanggal 9 Agustus 1965 Singapura di bawah Perdana Menteri Lee Kuan
Yew memisahkan diri dari Malaysia, dan Singapura berdiri sendiri sebagai
negara republik. Kini Singapura tidak takut akan kekecilannya, tetapi justru
memanfaatkan kekecilannya untuk maju.
 
Sementara itu raja Brunei yang ditolak oleh Malaysia untuk menjadi Raja Malaysia,
akhirnya tidak mau bergabung dengan Malaysia. Setelah melalui berbagai perundingan
dengan Inggris, pada tanggal 1 Januari 1984 Brunei memproklamasikan
kemerdekaannya.
 
Gerakan nasional di Singapura dan Brunei memang tidak sehebat di Indonesia
maupun di Vietnam, namun proses nasionalisme tetap ada, yang akhirnya terwujud
sebagai negara nasional Singapura dan Brunei Darussalam.
F. Thailand

Nasionalisme dilancarkan oleh raja dan para bangsawan (golongan konservatif),


bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan negeri itu dari ancaman bangsa Barat.
Karena itu nasionalisme Thailand terwujud dalam diplomasi dan modernisasi. Dengan
demikian nasionalismenya tidak bertujuan mengusir penjajah untuk membentuk
negara merdeka, melainkan mempertahankan kemerdekaan dengan jalan memajukan
bangsa lewat diplomasi dan modernisasi.
Politik diplomasi Thailand adalah berusaha jangan sampai keijakan Thailand dapat
dijadikan alasan bagi bangsa-bangsa Barat untuk menyerang Thailand. Itulah
sebabnya di samping membina hubungan baik dengan Inggris, Thailand juga
membina hubungan baik dengan Amerika Serikat, Denmark (1858), Belanda (1860),
dan Prusia (Jerman).
KESIMPULAN
1. Bangsa Filipina yang memiliki nasionalisme tertua di Asia Tenggara, ternyata tidak
serta merta berhasil membentuk negara nasional lebih awal jika dibanding dengan
bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang lain. Hal ini disebabkan karena sistem kolonial
Amerika Serikat yang liberal (paling liberal atau lebih liberal dari pada Inggris). Apalagi
bangsa Filipina sangat percaya akan janji kemerdekaan yang diberikan oleh Amerika
Serikat. Karena begitu percayanya, maka hari kemerdekaannya pun akhirnya juga
disamakan dengan hari kemerdekaan AS, yakni 4 Juli.

2. Bangsa-bangsa yang menghadapi penjajah yang kolot (Spanyol, Prancis, dan


Belanda) terbukti lebih cepat merdeka. Bangsa Filipina menyatakan kemerdekaannya
pada tanggal 12 Juni 1898, tetapi tidak berhasil menegakkan dan mempertahankan
kemerdekaannya itu, sehingga akhirnya kembali dijajah bangsa Barat. Bangsa
Indonesia berhasil menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
berhasil pula menegakkan dan mempertahankan kemerdekaannya, sehingga
merupakan bangsa di Asia Tenggara yang pertama kali berhasil merebut
kemerdekaannya dari penjajah.

3. Bangsa yang dijajah oleh penjajah yang kolot, ternyata setelah merdeka sulit
berkembang akibat warisan penjajah (Indonesia, Vietnam, Laos, Kamboja, Filipina).
Sebaliknya, bangsa yang dijajah oleh penjajah liberal cepat berkembang (Singapura,
Malaysia). Myanmar, meski dijajah oleh penjajah liberal, tapi karena selalu melawan
penjajah, maka setelah merdeka juga sulit berkembang.
Sekian dari presentasi
kami, maaf jika ada
kekurangan Karena
kesempurnaan itu lagu milik
Rizky Febian.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai