Teknik Pembenihan Ikan Gurami

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAMI

(Osphronemous gouramy)
DI CV. DEJEE FISH, DESA NAGRAK,
KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN
SUKABUMI, JAWA BARAT

Cindy Putri Diandry


230110180085
LATAR BELAKANG

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) termasuk anggota family Anabantidae keturunan Helostoma dan bangsa
Labyrinthici atau lebih dikenal dengan nama betok-betokan. Ikan yang konon ditemukan pertama kali di Jawa
Barat. Maka, untuk mengatasinya, ada tahapan produksi pada ikan gurami. Dilihat dari segi bisnis, budidaya ikan
gurami termasuk usaha perikanan yang menguntungkan jika dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya.
Sejalan dengan pengembangan kawasan usaha budidaya gurami yang semakin luas, maka kebutuhan induk dan
benih juga semakin meningkat. Untuk itu diperlukan pasokan benih dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang
baik pula sehingga diperlukan adanya perbaikan teknik pembenihan ikan gurami agar kesinambungan produksi dan
kualitasnya dapat dipenuhi. Upaya pembenihan ikan gurami telah dilakukan di CV. Dejee Fish. Perusahaan
tersebut merupakan salah satu perusahaan di bidang perikanan yang membudidayakan ikan gurami sebagai salah
satu komoditasnya dengan fokus kegiatan pembenihan ikan gurami.
PENDAHULUAN
• Tujuan: Mengetahui secara langsung kegiatan budidaya ikan gurami, diantaranya mengenai
seleksi induk, pemijahan induk, derajat pembuahan/ fertilization rate (FR), derajat penetasan telur/
hatcing rate (HR), dan pemeliharaan larva, hingga didapat derajat kelangsungan hidup/ survival
rate (SR) ikan gurami.
• Ruang Lingkup: Penulis berkesempatan untuk mempelajari Teknik budidaya ikan gurami yang
difokuskan kepada teknik pembenihan ikan gurami. Adapun ruang lingkup penulisan laporan
praktik kerja lapangan ini ditekankan pada kegiatan pembenihan, pengambilan data primer dan
sekunder, analisis data dan teknik penyusunan laporan.
• Tempat dan Waktu Kegiatan: Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di CV. Dejee Fish,
Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan ini dilaksanakan pada 12 Juli 2021 sampai dengan 12 Agustus 2021.
PROFIL INSTANSI
Lokasi: CV. Dejeefish berlokasi di Jalan Cibaraja Pasar Ikan Desa
Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan perusahaan ini dijalankan di dua lokasi yang berbeda yang
berada di kampung Cipuntang, Desa Talaga dan Desa Nagrak, Cibaraja.
Sejarah Singkat: CV. Dejeefish brawal dari kegiatan produksi benih
ikan gurami sederhana pada tahun 2006. kini, perusahaan ini telah
berkembang menjadi perusahaan ikan tawar yang terintegrasi. Mulai dari
pembenihan, pembesaran, jasa pengiriman ikan domestik dan
internasional sampai dengan jasa pelatihan budidaya air tawar. Jenis ikan
yang diproduksi oleh CV. Dejeefish diantaranya adalah gurami, patin,
baung, mas, nila, lele, dan berbagai jenis ikan hias.
Fasilitas: CV. Dejeefish memiliki fasilitas guna mendukung berjalannya
kegiatan, misalnya alat transportasi berupa kendaraan roda empat dan
roda dua. Selain itu dilengkapi pula fasilitas bangunan sebagai sarana
pendukung diantaranya adalah kantor, mess, aula pertemuan, hatchery,
villa, dapur, dan musholla.
Metode Pelaksanaan
• Metode Pelaksanaan: Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah
metode partisipatif, yaitu dengan cara mengikuti seluruh kegiatan. Kegiatan partisipasi aktif ini dapat
digunakan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai teknik pemijahan ikan gurami di Kawasan CV.
Dejee Fish.

• Metode Pengumpulan Data:


1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, kemudian diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya (Kurniawan 2012). Data primer diambil secara langsung dari sumbernya untuk
pertama kali dan belum diproses sama sekali. Dalam pengumpuln data primer dapat digunakan beberapa
metode yaitu observasi, wawancara dan partisipasi aktif.
2. Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk grafik,
tabel, diagram, gambar, dan sebagainya, sehingga lebih informatif untuk digunakan oleh pihak lain dan
digunakan oleh periset untuk diproses lebih lanjut. Data sekunder juga dapat diperoleh dari pustaka –
pustaka atau dari laporan – laporan peneliti terdahulu (Umar 2004).
HASIL DAN PEMBAHAN
PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
INDUK LARVA

SELEKSI INDUK PEMBERIAN PAKAN PERSIAPAN KOLAM

PEMIJAHAN PEMBERIAN PAKAN

PERSIAPAN KOLAM PROSES PEMIJAHAN


SURVIVAL RATE

PENGECEKAN SARANG PENGANGKATAN SARANG

DERAJAT PENETASAN DERAJAT PEMBUAHAN


SELEKSI INDUK
CIRI FISIK BETINA JANTAN

UMUR Minimal 2 Tahun Minimal 2 Tahun

PANJANG BADAN 30-35 CM 30-35 CM

BERAT BADAN 2,5-3 KG 2-2,5KG

WARNA Terang Kemerahan dan Hitam Gelap

KEPALA Tidak Terdapat Tonjolan Tonjolan Terdapat Dengan


Jelas

PANGKAL SIRIP DADA Terdapat spot hitam pada pangkal Tidak terdapat spot hitam
sirip dada pada pangkal sirip dada

PERUT Membulat Langsing

GERAKAN Lincah Lambat


Seleksi Induk
Sebelum induk ditebar ke kolam
pemijahan, terlebih dahulu dilakukan
seleksi. Seleksi ini bertujuan untuk
memilih induk yang baik sehingga
dapat dihasilkan benih yang
berkualitas. Untuk perbandingan
dalam pemijahan ikan gurami yaitu
1:3 satu ekor jantan dan tiga ekor
betina.
Persiapan Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan ikan gurami berupa kolam beton semi intensif dengan dasar
tanah dengan ukuran panjang total 28 meter dan lebar total 15 meter, adapun
kegiatan yang dilakukan dalam persiapan kolam pemijahan yaitu: pengeringan
kolam selama 2 - 3 hari, pengapuran dengan dolomit dosis 50-70g/m 2 luas kolam
dan pemupukan kolam dengan pupuk kandang dengan dosis 250-500g/m 2 dan
pengisian air kolam setinggi kurang lebih 80 cm.

Lalu ditepian kolam disediakan paralon yang dibentuk persegi 40x40cm untuk
menempatkan bahan sarang berupa injuk dan potongan tali rapia/ karung pada
bagian tengah paralon. Di bagian kolam lainnya disediakan tempat sarang yang
terbuat dari keranjang sampah plastik (basket) yang diikat pada bambu dengan
diameter 20cm dan kedalaman 10-15cm diatas permukaan air. Selanjutnya
indukan akan mengambil ijuk tersebut dengan menggunakan mulutnya dan
membentuk sarang dengan sendirinya.
PROSES PEMIJAHAN
Induk yang mau memijah akan berkejar kejaran terlebih dahulu. Proses pemijahan biasanya berlangsung sekitar
pukul 15.00-18.00 WIB yang ditandai dengan adanya induk jantan dan induk betina secara bersamaan didepan
mulut sosog. Apabila pasangan sudah siap melangsungkan pemijahan maka induk jantan akan membuat sarang.
proses pembuatan sarang dimulai 7-14 hari setelah pasangan dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, dan proses ini
terjadi dalam waktu kurang lebih 7 hari. Setelah sarang terbentuk proses pemijahan akan berlangsung. Induk betina
akan mengeluarkan telur, dan telur-telur tersebut akan berhamburan dan melayang- layang dipermukaan air.
Sementara induk jantan akan memunguti telur-telur tersebut dengan mulutnya lalu memasukkannya ke dalam
sarang. Telur dalam sarang akan dibuahi oleh induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya ke telur- telur
tersebut. Setelah pemijahan selesai induk jantan menjaga sarang tersebut sambil mengibas - ngibaskan ekornya
untuk memberikan oksigen ke dalam sarang dan untuk membersihkan kotoran yang ada di mulut sarang.
PAKAN INDUKAN
Ikan gurami merupakan ikan yang bersifat omnivor cenderung herbivor. Indukan
gurami di CV. Dejeefish diberikan pakan berupa daun sente sebanyak satu lembar daun
dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari. Diberikan pakan berupa daun sente
dengan tujuan agar kualitas dari telur ikan tidak terlalu berlemak karena daun sente
memiliki kandungan lemak yang rendah yaitu 0,3/100 gram.

Daun sente merupaakan salah pakan alami yang seringkali diberikan oleh
pembudidaya sebagai pakan induk gurami. Di Dejeefish daun sente ditanam/
dibudidayakan di sekitaran pingir pematang kolam agar memudahkan proses
pengambilannya
Proses Pengecekan dan
Pengangkatan Sarang
Pemanenan telur dilakukan dengan pemeriksaan sarang terlebih dahulu.
Menurut Sulhi (2010) ciri sarang yang berisi telur adalah terdapat lapisan
minyak di atas permukaan air dekat sarang, mulut sarang tertutup, tercium
bau amis menyengat, dan biasanya induk jantan berada didekat sarang, jika
sarang ditusuk dengan jari telur akan terlihat keluar terapung di permukaan.

Pemanenan telur ikan gurami dilakukan pada pagi hari sekitar pukul
08.00-09.00 WIB dimana panas matahari tidak begitu terik.. Jika sarang
yang ditemukan sudah tertutup dan berisi telur, maka sarang tersebut dapat
diambil dan dimasukkan ke dalam baskom yang sudah berisi air dengan
perlahan-lahan.
Fertilization Rate (FR)
Telur ikan gurami yang telah dibuahi berwarna kuning transparan, sedangkan
telur yang tidak dibuahi berwarna putih keruh. Proses penghitungan telur
dilakukan secara manual, dengan menggunakan sendok dan basket dihitung
satu persatu. Derajat pembuahan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

FR = x 100%

Dari total telur yang dihasilkan berjumlah 4000 butir, telur yang hidup atau
yang dibuahi berjumlah sebanyak 3.925 butir sedangkan yang tidak terbuahi
berjumlah 75 butir dan didapatkan hasil Fertilitation Rate (FR) atau derajat
pembuahan sebesar 98%. Menurut BSN (2000), produksi telur ikan gurami
betina adalah 1.500-2.500 butir/ kg berat induk
Persiapan Wadah Penetasan

Media yang digunakan untuk penetasan telur berupa akuarium dengan ukuran 90 x 40 cm dan kepadatan 1000 ekor per
akuarium. Sebelum digunakan akuarium tersebut dibersihkan terlebih dahulu lalu diisi dengan dengan menggunakan air bersih
setinggi 30 cm. Telur yang didapat dari satu sarang ditetaskan dalam satu bak penetasan.
Suhu penetasan telur gurami berkisar antara 26-34 oC. suhu penetasan telur yang baik yaitu 32 oC (Saparinto 2008). Sedangkan
penelitian lain yang dilakukan Abrianingsih (2005) menyarankan suhu penetasan gurami agar memperoleh daya tetas yang
maksimal yaitu berkisar antara 26-28oC, maka dalam kegiatan ini akuarium diberi alat tambahan berupa heater untuk membantu
proses penetasan.
Hatching Rate (HR)
Telur yang tidak dibuahi harus segera dibuang dan akan
berpengaruh pada telur lain yang terbuahi sehingga diperoleh
persentase telur yang menetas (Hatching Rate). Derajat
pembuahan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

HR = x 100%

Jumlah telur yang dibuahi yaitu 3.925 butir dan jumlah telur yang
menetas adalah 3.895 butir sehingga diperoleh Hatching Rate
(HR) sebesar 99%. Hasil pengamatan pada saat kegiatan, telur
menetas dalam waktu 2 hari, sesuai dengan pendapat Prihartono
(2004), dimana telur akan menetas pada 36 – 48 jam dengan
kondisi pemeliharaan yang baik.
Survival Rate (SR)
Dilakukan juga pengukuran tingkat kelangsungan hidup (Survival rate) adapun
SR dimulai dari telur menetas hingga memiliki fase benih 7-8 hari. Survival rate
dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

SR = x 100%

Jumlah larva yang hidup pada hari kedelapan adalah 3725 ekor dari 3.895 butir
telur yang menetas. Sehingga diperoleh Survival Rate (SR) larva pada hari
kedelapan adalah 95%. Berdasarkan SNI: 01- 6485.3 – 2000 bahwa Survival Rate
(SR) larva ikan gurami yaitu sebesar 80-95%. Maka hasil selama pengamatan
sesuai dengan SNI dengan panjang dan bobot larva ikan Gurami, yaitu panjang 1
cm dengan bobot sebesar 0,015 gram.
Pemberian Pakan Larva
Menurut Lukas dkk. (2015), larva yang baru menetas tidak perlu diberi pakan karena
memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Namun dikarenakan larva yang diamati
masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur sampai dengan hari ke-8 cacing
sutera baru diberikan makan di hari berikutnya dengan frekuensi 3 kali secara adlibitum.

Cacing sutera sangat baik bagi pertumbuhan ikan air tawar termasuk benih gurami post
larva karena kandungan proteinnya tinggi, selain itu umumnya kelas oligochaeta tidak
mempunyai kerangka skeleton sehingga mudah dan dapat dicerna dalam usus ikan
(Subandiyah dkk, 2003). Selain itu cacing sutera digunakan sebagai pakan alami karena
kandungan nutriennya cukup tinggi, yaitu 71,2% kadar protein kasar, 5,4% kadar lemak
kasar, 3,6% kadar abu, dan 83,2% kadar air (Mandila 2013).
PEMBERIAN PAKAN LARVA GURAMI

EKSTRAK KUNYIT
Pakan yang akan diberikan untuk larva ikan gurami ditambahkan
ekstrak kunyit. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri
sebanyak 6%, zat berwarna kuning yang disebut kurkuminoid
sebanyak 5%, protein, fosfor, kalium, zat besi dan vitamin C,
kunyit mampu memberikan efek terbentuknya sistem imun tubuh
sehingga lebih kuat dan tahan terhadap serangan parasit (Ghofur
dkk 2016). Pemberian ekstrak kunyit diharapkan dapat
memberikan efek anti bakteri pada cacing sutera sehingga ikan
tidak rentan terhadap serangan penyakit serta memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan benih gurami (Suminto dan
Diana 2015)
KESIMPULAN

Kegiatan pembenihan yang dilakukan selama Praktik Kerja Lapangan meliputi pemeliharaan
induk, pemijahan induk, derajat pembuahan, penetasan telur, dan pemeliharaan larva. Teknik
pembenihan secara alami di Dejeefish, desa Nagrak tergolong berhasil dengan perolehan
Survival Rate (SR) larva pada hari kedelapan adalah sebanyak 95%.
Besar kecilnya kelulushidupan dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi jenis kelamin,
keturunan, umur, reproduksi, ketahanan terhadap penyakit dan faktor eksternal meliputi
kualitas air, padat penebaran, jumlah dan komposisi kelengkapan nutrisi dalam pakan
(Nugroho dkk 2015).

Anda mungkin juga menyukai