Anda di halaman 1dari 40

Frozen shoulder

(Capsulitis Adhesiva)
Devinisi
• Harfiah ;
– Frozen  Kaku
– Shoulder  Bahu
CAPSULITIS ADHESIVA
• Capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang menyebabkan
nyeri dan kekakuan pada sendi bahu. Seiring berjalannya
waktu gerakan bahu sangat menjadi terbatas.
• Capsulitis adhesiva merupakan perlengketan pada kapsul dan
tulang rawan ( Kelley dkk, 2013).
• Capsulitis adhesiva sering merupakan diagnosis untuk segala
keluhan nyeri dalam keterbatasan gerak sendi bahu.
• Keluhan pada sendi bahu biasanya didahului oleh suatu
trauma atau immobilisasi yang bisa mengakibatkan kekakuan
sendi tersebut.
• Keluhan ini juga sering pada penderita hemiplegi atau
monoplegi superior, diabetes melitus, ischemic heart disease
yang juga disebut sebagai faktor penyebab capsulitis adhesiva
(Suharto dkk, 2016).
Penyebab Capsulitis Adhesiva
• Penyebab Capsulitis adhesiva belum diketahui dengan jelas
( idiopathic) namun, ada beberapa teori yang dikemukakan
oleh American Asociation of Orthopaedic surgeons tahun
2007 mengenai capsulitis adhesiva adalah sebagai berikut.
• Capsulitis adhesiva dibagi menjadi 2 klasifikasi yaitu :
• (1) Primer atau idiopatik, yaitu yang tidak jelas penyebabnya
seperti :
– Teori hormonal
– teori genetik
– teori autoimun
– teori postur.
• (2) Sekunder, yaitu yang diketahui penyebabnya
seperti :
– Akibat trauma
– overuse
– injuries atau operasi pada sendi
– penyakit cardiovaskular
– parkinson
– hemiparase
– periode immobilisasi yang lama (Suma, 2013).
Prevalensi
• Setiap tahun di Inggris sekitar 1% orang dewasa yang berusia >45
tahun merupakan kasus baru yaitu sendi bahu.
• Survei di Klinik reumatologi berbasis masyarakat di Inggris
melaporkan prevalensi nyeri akut sebesar 21% dengan angka
kejadian yang lebih tinggi pada wanita dibadandingkan pria yaitu
25% pada wanita dan 17% pada pria.
• Menurut Depkes RI tahun 2005, 40,5% pekerja di Indonesia
mempunyai keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan pekerjaannya diantaranya ialah gangguan otot bahu
sebanyak 16% ( Lumunon dkk, 2015).
Anatomi
Normal vs capsulitis adhesiva
etiologi
• Meskipun etiologi masih belum jelas, capsulitis adhesiva
dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder.
• Capsulitis adhesiva dianggap primer jika gejalanya tidak
diketahui sedangkan sekunder diketahui penyebabnya.
• Ada 3 subkategori capsulitis adhesiva sekunder yaitu :
– (1) faktor sistemik disebabkan oleh diabetes melitus dan
kondisi metabolik lainnya,
– (2) faktor ekstrinsik disebabkan oleh kardiopulmunal,
cervical, fraktur humerus serta parkinson,
– (3) faktor instrinsik disebabkan oleh patologi pada rotator
cuff, tendinitis bisipitalis, tendonitis supraspinatus,
capsulitis adhesiva.
Faktor resiko
• Umur dan jenis kelamin  Lebih banyak menyerang pada usia 40-60 tahun dan wanita
mempunyai resiko 2 kali lipat dari pada pria.
• Cidera pada bahu atau post operasi sendi bahu  Pasien yang mengalami cidera pada
sendi bahu atau pembedahan sendi bahu mempunyai resiko terjadinya frozenn
shoulder atau capsulitis adhesiva,  imobilisasi pada sendi bahu.
• Penyakit endokrin  Penderita diabetes melitus mempunyai resiko terhadap frozen
shoulder atau capsulitis adhesiva. Kelainan dari endokrin seperti pada penderita thyroid
juga mempunyai resiko terjadinya frozen shoulder atau capsulitis adhesiva lebih sering
menyerang penderita diabetes melitus sebanyak 10% - 20% dari penderita yang ada.
Alasan dari kondisi ini belum diketahui secara jelas.
• Penyakit sistemik  Penyakit sistemik yang berat seperti penyakit liver, parkinson
juga mempunyai resiko terjadinya frozen shoulder atau capsulitis adhesiva,
beberapa kondisi yang lain meliputi hypothyroidism dan penyakit jantung.
Tanda & gejala
• Nyeri
• Penurunan LGS
• Penurunan kekuatan otot, Atrophy
• Penurunan/gangguan aktifitas fungsional
patofisiologi
• Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat ; suatu
lapisan dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung
berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu
kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-
tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui
permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
secara penuh.
• Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi.
• Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna.
• Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
• Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari
lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan
atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke
dalam kapsul sendi dan mengakibatkan
terjadinya reaksi fibrous.
• Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat
terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi
impingement yang terlalu lama (Setyawan,
2014).
• immobilisasi yang lama pada lengan yang
diakibatkan karena adanya nyeri dan ketakutan dari
penderita untuk mengerakan bahu merupakan
awal dari terjadinya capsulitis adhesiva.
• Peradangan berlebih yang melibatkan sinovitis
dengan diikuti fibrosis dari kapsul sendi dan
hilangnya lingkup gerak sendi, sehingga
menyebabkan penurunan yang signifikan dari gerak
sendi bahu (Romadhoni, 2009).
Pola kapsuler
• Perlengketan kemudian menyebabkan
kelenturan jaringan menjadi menurun dan
menimbulkan kekakuan sendi yang disusul
dengan adanya pemendekan pada kapsul
ligament sendi glenohumeral yang menyebabkan
terjadinya keterbatasan gerak scapulohumeral
yang mengikuti pola kapsuler, dimana rotasi
eksternal lebih terbatas dari abduksi dan abduksi
lebih terbatas dari rotasi internal
• Acute/freezing/painful phase: gradual onset of shoulder pain
at rest with sharp pain at extremes of motion, and pain at
night with sleep interruption which may last anywhere from
3-9 months.
• Adhesive/frozen/stiffening phase: Pain starts to subside,
progressive loss of glenohumeral motion in capsular pattern.
Pain is apparent only at extremes of movement. This phase
may occur at around 4 months and last til about 12 months.
• Resolution/thawing phase: Spontaneous, progressive
improvement in functional range of motion which can last
anywhere from 1 to 3.5 years
Test khusus
• Test Hawkins-kennedy yang
dimodifikasi
– lengan pasien diposisikan dengan
siku tertekuk ke 900.
– Bahu kemudian dengan cepat dan
tegas secara internal diputar.
– Prosedur ini diulang pada berbagai
tingkat bahu adduksi horizontal
mulai dari 0 sampai 900 dari adduksi
horizontal
• Drop Arm test:
– pasien duduk dengan posisi
lengan disamping badan.
– Kemudian secara pasif
mengabduksikan shoulder
pasien sekitar 600.
– Lalu minta pasien menahan
posisi tersebut. Selanjutnya
memberikan resistan diatas
lengan bawah pasien pada sisi
dorsal.
– Jika pasien tidak mampu
mengontrol lengannya
kebawah dan terjatuh hasil
tesnya positif
• Load And Shift Test
– Test ini dilakukan untuk mendeteksi
ketidakstabilan glenohumeral joint
bagian anterior dan posterior.
– Pemeriksa meletakkan satu tangan
untuk memfiksasi kan spina scapula
dan tangan satunya pada caput
humeri dengan menempatkan ibu
jari dibagian posterior dan jemari
lainnya dibagian anterior.
– Pemeriksa selanjutnya menekan
caput humeri ke glenoid atau
“load” lalu caput humeri digerakkan
ke anterior dan posterior atau
“shift” untuk menilai jangkauan
translasi caput humeri.
• Pasien dengan kondisi kapsulitis adhesif biasanya mengalami
keterbatasan ROM dalam pola kapsuler.
• Pola kapsular adalah pembatasan gerak proporsional yang unik
untuk setiap sendi yang mengindikasikan adanya iritasi pada
seluruh bagian sendi.
• Sendi bahu memiliki pola kapsular dimana rotasi eksternal lebih
terbatas daripada abduksi, yang lebih terbatas daripada rotasi
internal (keterbatasan ER> keterbatasan ABD> keterbatasan IR).
• Dalam kasus capsulitis adhesif, ER secara signifikan terbatas jika
dibandingkan dengan IR dan ABD, sementara ABD dan IR tidak
terlihat berbeda.
• Yang et al. investigated the • Hand to neck (Figure 1A)
reliability of 3 function – Shoulder flexion + abduction + ER
– Similar to ADLs such as combing hair,
related tests in patients with putting on a necklace
shoulder pathologies via a • Hand to scapula (Figure 1B)
non-experimental study  – Shoulder extension + adduction + IR
– Similar to ADLs such fitting a bra, putting
on a jacket, getting into back pocket
• Hand to opposite scapula (Figure 1C)
– Shoulder flexion + horizontal adduction
– These tests require appropriate elbow,
scapulothoracic, and thoracic mobility
and these areas should be cleared of
pathology first. If a patient is unable to
complete the motion, other structures
outside of the shoulder joint may be the
limiting factor.
treatment
• Heating
• US
• Tens
• Joint Play Movement/Joint mobility
• NMT
• Massage
• Dll
Penilaian/evaluasi/alat ukur
• Shoulder Pain and Disability Index (SPADI)
• Disability of the Arm, Shoulder and Hand scale (
DASH)
• American Shoulder and Elbow Surgeons
Standardized Shoulder Assessment Form (ASES)
• Simple Shoulder Test (SST)
• Penn Shoulder Scale (PSS)
• NPRS
• VAS
• SF-36
Tanda dan Gejala klinik
• Nyeri dan Keterbatasan gerak aktif maupun pasif bahu
• Abd 150 atau kurang , rotasi hampir tak bisa dilakukan
• Nyeri juga menjalar ke leher, lengan atas bag ventral dan
scapula.
• Nyeri juga terasa saat tidur miring pada sisi yang sakit
• Bila gerak dipaksakan rasa nyeri menjalar kearah lipatan siku,
volar lengan bawah, regio pectoralis
• Shrugging mechanism : saat fleksi dan abd lebih 900 disertai
kompensasi mengangkat bahu keatas
• Kehilangan ayunan pada saat pasien berjalan
Komplikasi Frozen shoulder (Thomson,1991)

• Keterbatasan LGS akibat perlengketan sendi


• Atrofi otot-otot penggerak sendi bahu
• Spasme m.pectoralis mayor dan m.lattissimus dorsi
( potensial kontraktur)
• Penurunan kekuatan otot-otot penggerak sendi bahu
• Perubahan posture sendi bahu
• Gangguan ADL
Diagnosa banding ( Sidarta, 1984)
• Tendinitis Supraspinatus : akibat gesekan atau penekanan yg
berulang oleh tendon biceps saat fleksi bahu dimana tendon
ini berada diantara caput humeri dan acromion. Gejala yang
nyata adalah adanya nyeri 600- 750 pada saat abd aktif
• Bursitis Sub Acromialis : Nyeri abd aktif dan pasif ( kadang
pasif tdk), nyeri tekan sekitar sub acromial, adanya pain full
arc (700- 1200), nyeri pada fleksi siku 900 melawan tahanan.
• Tendinitis bicipitalis ( caput longum): nyeri pada sulcus
bicipitalis. Penekanan pd terowongan yg dibentuk caput
humeri dan ligamen coracoacromiale
• CAPSULITIS ADHESIVA: gerak aktif dan pasif terasa nyeri ,bila ditekan nyeri
menyebar
Problematika fisioterapi
• Impairment : Nyeri, keterbatasan LGS,atrofi
dan penurunan kekuatan otot
• Functional limitation : ketidak mampuan
melakukan aktifitas yang menggunakan
shoulder mis: menyisir, menulis dipapan
tulis.
• Participation restriction:
adanya hambatan subyektif pada
waktu melakukan aktifitas sosial
Pemeriksaan pasien
1. Keterangan umum pasien
2. Data medis RS
- Diagnosa
- Catatan clinis
- Terapi medis
3. Fisioterapi
1. Anamnesis
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit penyerta
- Riwayat pribadi /Ket umum penderita
- Riwayat keluarga
Pemeriksaan pasien
• Anamnesis sistem
1. Kepala dan leher
2. Kardio vaskuler
3. Respirasi
4. Gastrointestinalis
5. Urogenetalis
6. Muskuloskeletal
7. Nervarum
Pemeriksaan fisik

• Tanda-tanda vital (tek.darah,denyut nadi,


pernapasan, temperaturtinggi badan, berat
badan)
• Inspeksi
• Palpasi
• Perkusi
• Auskultasi
• Gerak dasar ( aktif, pasif, gerak isometrik
melawan tahanan)
Pemeriksaan pasien
• Kognitif, intra personal & interpersonal
• Kemampuan Fungsional dan lingkungan aktifitas
• Kemampuan fungsional dasar
• Aktifitas fungsional
• Lingkungan aktifitas
• Pemeriksaan spesifik
• Mmt
• LGS
• VAS

DIAGNOSA FISIOTERAPI :-IMPAIRMENT


-FUNCT LIMITATION
TINDAKAN FISIOTERAPI

• Teknologi alternatif
• Teknologi yang dilakukan
• Edukasi
• Rencana evaluasi
• Prognosis
Intervensi fisioterapi
• SWD :
• -Nyeri berkurang-- meningkatkan nilai
• ambang rangsang ( Hardly wolf- Goodel), sedang
Melzack & Wall teori gerbang kontrol ( rangsang non
noxius/heat > input noxius/ pain,
Pengaruh lain spasme berkurang

• -suplai darah meningkat –


Nutrisi,oksigen,leukosit,antibody,metabolisme menigkat
• Terapi latihan:
- Untuk peningkatan LGS, kekuatan otot, penguluran kontraktur otot,
disamping manfaat lain terhadap peningkatan sirkulasi darah
Intervensi fisioterapi
*MANIPULASI
sangat bagus untuk menstimulasi glicoaminoglicans (GAGs) untuk
lubrikasi kapsul dan melepaskan perlengketan jar fibrous.
Tehnik manipulasi meliputi : traksi kearah lateroventrocranial , slide
kearah anteromedial untuk memperbaiki eksorotasi, slide
posterolateral untuk memperbaiki endorotasi, slide ke kaudal untuk
perbaikan gerak abduksi

*Edukasi
latihan-latihan dg katrol atau Codman Exc
mobility Exc ,pemanasan dg kompres
Terapi manipulasi frozen shoulder
• Yang perlu diingat bentuk sendi shoulder : bentuk
kaput humeri convek dan cavitas glenoidalis concaf
• Traksi dan slide dipertahankan 6 detik dan interval
traksi/slide 3-4 detik(Kisner,1996)
• Traksi ke arah lateroventrocranial
• Slide ke arah posterolateral untuk memperbaiki gerak
endorotasi
• Slide ke arah caudal untuk memperbaiki gerak abd
• Slide ke arah anteromedial untuk memperbaiki
eksorotasi
Terapi latihan
• Tergantung hasil pemeriksaan:
– Mobilasasi sendi dg berbagai alat dan tehnik spt:
Codman’s exc, pendular exc, shoulder
wheel,abduction shoulder dll
– Penguatan otot: sesuai dengan kemampuan (hasil
MMT) dan otot apa yang lemah
– Stretching : bila ada kontraktur
– ADL dan lingkungan aktifitas
Massage
• Ditujukan untuk
– Mengurangi nyeri
– Rileksasi otot
– Peningkatan vascularisasi
– Menghilangkan perlengketan jaringan

Tehink massage di sesuaikan dengan kebutuhan


pasien sesuai dengan hasil pemeriksaan klinis
Perlu di perhatikan dengan kontra indikasi
Terapi panas/elektris
• Perhatikan hasil pemeriksaan dan kontra
indikasi setiap kasus/alat
• Ditujukan untuk:
– Pengurangan nyeri
– Relaksasi otot
– Peningkatan vaskularisasi
• Setiap kasus disesuaikan tehnik aplikasinya
• Perhatikan prosedur operasionalnya setiap
alat

Anda mungkin juga menyukai