Anda di halaman 1dari 71

SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(SMK3)

Oleh : Giawan Lussa, SH., M.Hum.


Latar Belakang
Pendekatan SMK3 telah berkembang sejak Tahun 80-an
yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James Tye, Dan
Peterson, Frank Birds, dsb.
 Dan Peterson : “Mengelola K3 sama dengan mengelola
aspek lain dalam perusahaan dengan menggunakan
pendekatan manajemen modern mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penerapan, dan pengawasan”.
 K3 seharusnya dikelola sebagaimana aspek lainnya dalam
perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan, dan pemasaran.
 K3 tidak akan bisa berjalan tanpa adanya intervensi dari
manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya.
Praktek Baik
 Praktisi dan insititusi sektor penerbangan, sektor yang begitu
sarat dengan teknologi dan risiko tinggi telah menyimpulkan
bahwa keselamatan penerbangan hanya dapat dicapai dengan
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan secara konsisten.
 Internasional Civil Aviation Organization telah mewajibkan
penerapan Safety Management System dalam aktivitas
penerbangan untuk menjamin dan meningkatkan kinerja
keselamatan penerbangan. Menerbitkan Pedoman manajemen
keselamatan : Doc 9859 AN/460 Safety Manajemen System.
 Studi yang dilakukan oleh Transport Canada Civil Aviation,
pada Tahun 1991 menyimpulkan bahwa satu-satunya cara
efesien untuk meningkatkan keselamatan penerbangan adalah
dengan mengadop pendekatan sistem (Aviation Safety
Manaagement System (ASMS).
Hasil studi TCCA, menyimpulkan :
 Sebagian besar kecelakaan penerbangan bersumber dari
faktor manusia (human factor);
 Kesalahan manusia mengindikasikan adanya faktor
Carelessness atau kurang kompeten dalam melakukan
pekerjaan;
 Faktor manusia hanyalah mata rantai paling ujung dari proses
terjadinya kecelakaan;
 Kecelakaan tidak dapat dicegah dengan mengganti manusia,
tetapi hanya dapat dicegah dengan menghilangkan penyebab
tidak langsung sebagai penyebab dasar suatu kecelakaan; dan
 Sebagian besar mata rantai kecelakaan berada di bawah
kendali organisasi yang disebut organizational accident yang
hanya dapat dikontrol melalui suatu Safety Management
System.
Beberapa Standar Yang Ada
 Doc 9859 AN/460 Safety Manajemen System, oleh ICAO.
 FAA-AC 150/5200-37 (Introduction to Safety Management
System for Airport Operators, oleh FAA USA.
 CAP 712 Safety Management System for Commercial Air
Transport Operation. CAP 642 Airside Safety Management,
dan CAP 730 Safety Management System for Air Traffic
Management, oleh CAA (Civil Aviation Authority) Inggris.
 TP 13739 Safety Management System, oleh pemerintah
Canada.
 API 750 Process Safety Management (PSM), oleh American
Petroleum Institute.
 OHSAS 18001 SMK3 (40001).
 Sistem Manajemen K3 di lingkungan kerja oleh ILO.
 Five Star, dari British Safety Council, UK. Dikembangkan pada
tahun 1970.
 British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and
Safety Management Systems.
 Occupational Health and Safety Management System, USA.
 International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV,
dipelopori oleh Frank Bird.
 Precess Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119,
merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri beresiko
tinggi seperti perminyakan dan petrokimia.
 Dll.

Semua standar tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses


dan fungsi manajemen moderen. Yang berbeda adalah elemen
implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing.
Pengertian
 OHSAS 18001:2007 OHS Management System : part of an
organization’s management system used to develop dan implement its
OHS Policy and manage OHS Risk.
 A Management system is a set of interrelated elements used to establish
policy and objectives and to achieve those objectives.
 A management system includes organozational structure, planning
activites (including for example, risk assessment and the setting of
objectives), responsibilites, practices, procedures, process and resources.
 PP No.50 Tahun 2012 : SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efeisen, dan produktif.
 Soehatman Ramli : Sistem Manajemen K3 merupakan konsep
pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem
manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan,
pengukuran, dan pengawasan.
AZAS SMK3
 Peningkatan kinerja terus menerus dengan pola mandiri;
 Bagian dari sistem pengawasan K3;
 Bersifat wajib;
 Sejalan dengan kaidah internasional;
 Diaudit oleh badan independen.
Tujuan
PP No.50 Tahun 2012 (Pasal 2) :
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh,
dan/atau SP/SB, serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efesien untuk
mendorong produktivitas.

Soehatman Ramli :
 Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi;
 Sebagai pedoman implemetasi K3 dalam organisasi;
 Sebagai dasar penghargaan; dan
 Sebagai media sertisifikasi.
PROSES SMK3
 Sistem manajemen merupakan suatu set elemen-elemen yang
saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 SMK3 terdiri dari 2 (dua) unsur pokok, yaitu Proses Manajemen
dan Elemen-Elemen Implementasinya.
 Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem manajemen
dijalan-kan atau digerakkan.
 Elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi
satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.
 Elemen-elemen dimaksud mencakup : Tanggungjawab,
wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis,
prosedur, dan sumber daya.
 Elemen digunakan untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan,
objektif, dan program K3.
 Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan-do-
check-action) yaitu dimulai dari perencanaan, penerapan,
pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian
SMK3 akan berjalan terus menerus secara berkelanjutan.
 SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh
manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen
manajemen dalam mendukung penerapan K3.
Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan.
Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa
arah (misguided), tidak efeisien, dan tidak efektif.
 Berdasarkan hasil perencanaan, dilanjutkan dengan penerapan
dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya
yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah
pendukung untuk mencapai keberhasilan.
 Hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala.
Integrasi K3 Ke Dalam Manajemen
Organisasi
 SMK3 harus menjadi bagian integral dari manajemen
organisasi atau tidak terpisah dan berdiri sendiri. SMK3 harus
sejalan dengan visi dan misi organisasi serta mampu
mendukung proses bisnis.
 Proses bisnis dalam organisasi terdiri dari masukan-proses dan
keluaran.
 Input, meliputi berbagai unsur produksi seperti bahan baku,
manusia, metode, modal, dsb.
 Output, meliputi hasil produk, keuntungan, upah, kewajiban
terhadap negara (pajak), dll.
 Keluaran yang tidak dikehendaki adalah dampak negatif
seperti, bahan buangan, bising, gangguan lingkungan, PAK,
kecelakaan, dsb.
INPUT PROSES OUTPUT
Bahan Baku TEKNIK Produk
Modal PRODUKSI Laba
Teknologi ENGINERING Dampak K3
Dll. DLL. Dll.

 Aspek K3 harus diimplementasikan dan terintegrasi dengan


seluruh proses yang ada. Dalam fungsi enginering,
pemasaran, teknik, logistik, SDM, dan lainnya.
 Aspek K3 bukan semata menjadi tanggungjawab fungsi K3,
tetapi merupakan tanggungjawab semua fungsi. Oleh sebab
itu, SMK3 harus terintegrasi dengan sistem manajemen
lainnya, seperti manajemen mutu, manajemen lingkungan,
sekuriti, operasi, dan lainnya.
Kategori Penerapan SMK3 Dalam Organisasi
Penerapan SMK3 OHSMS) di dalam organisasi dapat dikategorikan :
 SMK3 Virtual (Virtual OHSMS); organisasi telah memiliki elemen SMK3 dan
melakukan langkah pencegahan yang baik, namun tidak memiliki sistem yang
mencerminkan bagaimana langkah pengamanan dan pengendalian risiko
dijalankan.
 SMK3 Salah Arah (Misguided OHSMS); organisasi telah memiliki elemen
SMK3 yang baik, tetapi salah arah dalam mengembangkan langkah pencegahan
dan pengamannya. Akibatnya, isu atau potensi bahaya yang bersifat kritis bagi
organisasi terlewatkan.
 SMK3 Acak (Random OHSMS); organisasi telah menjalankan program
pengendalian dan pencegahan risiko yang tepat, namun tidak memiliki elemen-
elemen manajemen K3 yang diperlukan untuk memastikan bahwa proses
pencegahan dan pengendalian tersebut berjalan dengan baik. Elemen K3 yang
digunakan bersifat acak dan tidak memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.
 SMK3 Komprehensif (Comprehensive OHSMS); organisasi yang menerapkan
dan mengikuti proses kesisteman yang baik. Elemen K3 dikembangkan
berdasarkan hasil identifikasi risiko, dilanjutkan dengan menetapakan langkah
pencegahan dan pengamanan, serta melalui proses manajemen untuk menjamin
penerapannya secara baik.
PENGERTIAN :
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Perusahaan adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi;
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh; serta
c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan
efisien untuk mendorong produktivitas.
Pasal 4

(1) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3, sebagai pedoman perusahaan
dalam menerapkan SMK3.
(2) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan
pedoman penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
bagi perusahaan :
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang;
atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
 Penjelasan : Yang dimaksud dengan tingkat potensi bahaya
tinggi adalah perusahaan yang memiliki potensi bahaya yang
dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa
manusia, terganggunya proses produksi dan pencemaran
lingkungan.
(3) Ketentuan mengenai potensi bahaya tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Ayat (1) : SMK3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
meliputi :
a. Penetapan kebijakan K3;
b. Perencanaan K3;
c. Pelaksanaan rencana K3;
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
DESAIN SMK3
e
Bab I : Pendahuluan
f. Indikator pencapaian
a. Dasar Hukum
g. Sistem pertanggungjawaban
b. Latar Belakang
Bab II : Kebijakan K3
Bab IV : Penutup
a. Visi dan Misi
a. Kesimpulan
b. Tujuan dan Sasaran
b. Rekomendasi
c. Komitmen dan Tekad
d. Gambaran umum kerangka kerja
Bab III : Perencanaan
a. Tujuan dan sasaran
b. Skala prioritas
c. Upaya pengendalian Bahaya
d. Penetapan sumber daya
e. Jangka waktu pelaksanaan
1. Pelaksanaan
2. Pemantauan dan evaluasi
Kinerja K3
3. Peninjauan dan pengkatan
berkelanjutan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai