Anda di halaman 1dari 24

SEJARAH

PERKEMBANGAN
MUTU
EVOLUSI TOTAL QUALITY
MANAGEMENT
 Budaya Non Mutu
 Inspeksi Mutu
 Pengendalian Mutu
 Jaminan Mutu
 Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
LINGKUNGAN SOSIAL YANG MEMICU
PERKEMBANGAN MUTU

 Jumlah perusahaan semakin bertambah, membuat


persaingan semakin ketat
 Persaingan yang semakin ketat membuat konsumen
mempunyai banyak pilihan produk
 Konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan
kriteria kualitas yang diharapkan
 Perusahaan yang bisa memenuhi kriteria kualitas yang
diinginkan konsumen yang akan dipilih oleh konsumen
 Perusahaan yang dipilih konsumen akan mampu
bersaing. (demikian sebaliknya)
BUDAYA NON MUTU
 Jumlah produsen tidak banyak
 Konsumen tidak memiliki pilihan produk
 Mutu ditentukan oleh produsen:
 Menekan biaya
 Keseragaman produk
 Industri massal
INSPEKSI MUTU
 produsen mulai banyak dan terjadi persaingan antar
produsen
 Cara pelaksanaan inspeksi:
 Inspeksi dilakukan pada tahap akhir proses pembuatan
produk
 Terdapat standar untuk menilai produk yang berkualitas
 Pemisahan antara produk yang sesuai standar dengan
yang tidak sesuai standar
 Dilakukan oleh departemen inspeksi
PENGENDALIAN MUTU
(QUALITY CONTROL)

 Mulai ada pengendalian mutu (tidak sekedar


inspeksi), di bagian produksi
 Ada bagian independen yang tidak terkait dengan
bagian produksi untuk menyeleksi mutu.
JAMINAN MUTU
(QUALITY ASSURANCE)

 Penjaminan mutu mulai dilakukan sebelum tahap


produksi, yaitu mulai dari tahap desain
 Desain produk melibatkan peran antar fungsi
perusahaan (SDM, Keuangan, Pemasaran, dan
Operasi) sejak awal desain produk.
 Mutu menjadi tujuan strategis perusahaan,
sehingga melibatkan manajemen puncak.
THE GURUS OF
QUALITY MANAGEMENT

 W. Edward Deming
 Joseph M. Juran
 Armand V. Feigenbaum
 Philip B. Crosby
 Kaoru Ishikawa
 Genichi Taguchi
14 Point Deming:
mutu adalah pemecahan masalah untuk mencapai kesempurnaan secara terus – menerus.
(Continous improvement)

1. Menciptakan konsistensi tujuan kearah perbaikan produk dan


jasa
2. Adopsi filosofi baru, cara baru,
3. Hilangkan ketergantungan pada inspeksi, bangun kualitas sejak
awal.
4. Menghentikan penghargaan dengan dasar harga produk. (mulai
dengan meminimalkan biaya total, bergerak ke arah pemasok
tunggal untuk setiap item, ciptakan hub jk panjang dg pemasok)
5. Temukan akar masalah.
14 Point Deming:
6. Lakukan pelembagaan latihan
7. Tanggung jawab pemimpin dinilai dari kualitas kepemimpinan,
bukan jumlah kepemimpinan
8. Hilangkan rasa takut
9. Hilangkan penghalang antar departemen
10. Hilangkan slogan, target yang menciptakan permusuhan antar
pekerja. Contoh: produktivitas dan produk tanpa cacat.
11. Hilangkan standar kerja yang menuntut pada target kuota
12. Menyingkirkan hambatan yang menghambat pekerja bangga
akan keahliannya
13. Melembagakan pelatihan dan peningkatan diri
14. Menciptakan sistem di top manajemen agar ada peningkatan
setiap hari
PDCA (DEMING WHEEL)
 Plan: identifikasi masalah, memperoleh data,
analisis data, dan rekomendasi.
 Do: penerapan solusi berbasis percobaan
 Check that it works
 Act to correct any problems or improve
performance
 follow up dilakukan untuk perbaikan plan
berikutnya
PDCA
TRILOGI MANAJEMEN MUTU
(JOSEPH JURAN-1989)=> fitness for use
13

Penetapan mutu yang


I QUALITY PLANNING:
sesuai keinginan
pelanggan dan
standar
Penilaian ,Pengukuran
II QUALITY CONTROL:
Membandingkan
Menyimpulkan, follow up
QUALITY IMPROVEMENT: Perbaikan/revisi
III
Peningkatan, penyempurnaan
Perumusan rencana berikutnya
Metode Philip B. Crosby
(quality is conformance to requrement)
i
 Quality is free and zero defect (book 1979)
 Sistem utama pencapaian kualitas dalah
pencegahan=> sehingga bisa dicapai zero
defect
 Quality adalah kesesuaian dengan
persyaratan (konsumen), bukan kemewahan.
KAORU ISHIKAWA
(“quality and customer satisfaction are the same )
Menghasilkan pemikiran “fishbone diagram” untuk menelusuri
sebab- akibat suatu masalah
Pencapaian kesempurnaan mutu dari konsumen internal dan
konsumen eksternal
Cause and Effect Diagram

 Used to find problem sources/solutions


 Other names
 Fish-bone diagram, Ishikawa diagram
 Steps
 Identify problem to correct
 Draw main causes for problem as ‘bones’
 Ask ‘What could have caused problems in these areas?’
Repeat for each sub-area.

Transparency Masters to accompany Operations © 1998 by Prentice Hall, Inc.


Management, 5E (Heizer & Render) 4-65 A Simon & Schuster Company
Upper Saddle River, N.J. 07458
Cause and Effect Diagram
Example

Problem

Too many
defects

Transparency Masters to accompany Operations © 1998 by Prentice Hall, Inc.


Management, 5E (Heizer & Render) 4-66 A Simon & Schuster Company
Upper Saddle River, N.J. 07458
Cause and Effect Diagram
Example
Method Manpower

Main Cause

Too many
defects

Material Machinery

Main Cause
Transparency Masters to accompany Operations © 1998 by Prentice Hall, Inc.
Management, 5E (Heizer & Render) 4-67 A Simon & Schuster Company
Upper Saddle River, N.J. 07458
Cause and Effect Diagram
Example

Method Manpower

Drill
Over
Time
Too many
defects
Wood
Steel Lathe

Material Machinery
Sub-Cause
Transparency Masters to accompany Operations © 1998 by Prentice Hall, Inc.
Management, 5E (Heizer & Render) 4-68 A Simon & Schuster Company
Upper Saddle River, N.J. 07458
Cause and Effect Diagram
Example
Method Manpower

Tired
Drill
Over
Slow Time
Too many
defects
Old
Wood
Steel Lathe

Material Machinery

Transparency Masters to accompany Operations © 1998 by Prentice Hall, Inc.


Management, 5E (Heizer & Render) 4-69 A Simon & Schuster Company
Upper Saddle River, N.J. 07458
GENICHI TAGUCHI

Pandangan Taguchi dalam hal kualitas lebih mengacu pada


pendekatan robust quality yang menyatakan bahwa suatu produk yang
dihasilkan haruslah fit for use (harus sesuai dengan target kualitas). Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam menghasilkan produk haruslah
memenuhi target atau standar yang telah ditetapkan. Apabila terdapat
penyimpangan terhadap produk yang dihasilkan, walaupun produk tersebut
masih berada dalam batas spesifikasi, (upper atau lower limit) tidak dapat
diterima dan ditoleransi.
Taguchi berpendapat bahwa penyimpangan sekecil apapun dari
standar (target) akan menimbulkan kerugian bagi perusahan, dan kerugian
tersebut akan bertambah besar apabila penyimpangan produk dari
standarnya (target) bertambah besar pula.
Taguchi menggambarkan kerugian ini dalam grafik yang dikenal
dengan Taguchi Quality Loss Function. Fungsi ini juga didasari oleh
pemikiran bahwa penyimpangan produk dari nilai targetnya tersebut akan
menimbulkan biaya kerugian yang tersembunyi (hidden quality cost).
Menurut Taguchi, biaya kualitas yang tersembunyi ini meliputi
ketidakpuasan konsumen, kehilangan pangsa pasar dan biaya perbaikan
produk kembali.
(Ciptani, Pengukuran Biaya Kualitas: Suatu Paradigma Alternatiff, 1999)
KESIMPULAN DARI TAHAP – TAHAP
PERKEMBANGAN MUTU:

 Perkembangan mutu tidak terlepas dari perubahan


sosial yang terjadi
 Terjadi pergeseran pemikiran pengertian kualitas mulai
dari perspektif produsen ke arah kualitas menurut
persepsi konsumen
 Terjadi pergeseran pemikiran pelaksanaan mutu, dari
hanya departemen produksi menjadi keterlibatan
seluruh (Total ) pihak di manajemen. Yang berarti pula
keterlibatan setiap dan seluruh individu perusahaan
untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen
THANK YOU
Referensi:
 Prawirosentono, Suyadi;Filosofi Baru Tentang Manajemen
Mutu Terpadu, Total Quality Management Abad 21, studi
kasus dan analisis; Bumi Aksara, 2004
 Gasperz, Vincent; Mananjemen Kualitas Penerapan Konsep-
konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total;
Gramedia,1997
 Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana; Total Quality
Management, Andi,Yogyakarta, 2003
 Ciptani, Monika Kussetya; Pengukuran Biaya Kualitas:
Suatu Paradigma Alternatif; Juarnal Akuntansi Keuangan
Vol.1 No.1 Mei 1999

Anda mungkin juga menyukai