Anda di halaman 1dari 41

BAB II

KONDUKSI DAN KEGAGALAN ISOLASI

DISUSUN OLEH :
1. Agus Hartono (1271025018)
2. Syah Erwin (1271025035)
3. Iwan Kurniawan ( 1271025036)
2.1 Gas Sebagai Media Isolasi
 Udara atau gas merupakan bahan yang banyak digunakan
sebagai bahan isolasi listrik tegangan tinggi karena berfungsi
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan.
 Semakin tinggi tegangan diperlukan bahan isolasi yang semakin
kuat.
 Apabila tegangan mencapai ketinggian tertentu maka bahan
isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan
terjadinya kegagalan listrik
 Kegagalan akan menyebabkan hilangnya tegangan dan
mengalirnya arus dalam bahan isolasi
 Mekanisme proses pelepasan listrik dapat melalui pembangkitan
atau kehilangan ion, baik tunggal maupun kombinasi
2.2 Proses Ionisasi
Kegagalan listrik yang terjadi di udara tergantung pada
jumlah elektron yang ada di udara tersebut.
Konsentrasi elektron bebas dalam keadaan normal sangat
kecil dan ditentukan oleh pengaruh radioaktif dari luar.
Jika diantara elektroda diterapkan suatu tegangan (V)
maka akan timbul suatu medan listrik (E) yang
mempunyai arah tertentu.
Di dalam medan listrik , elektron-elektron bebas akan
mendapat energi yg cukup kuat, sehinga dapat merangsang
timbulnya proses ionisasi.
Besarnya energi tsb. dapat ditentukan dengan rumus :
U = e. V
= ..

Di mana :
e = muatan elektron
V = muatan potensial antara kedua elektroda
= masa elektron
= kecepatan elektron
Contoh 1.
1.Diketahui :

MuatanElektro =e = 9.0* C

MasaElektron = = 1.6* Kg.

KecepatanElektron = = 2* m/s, Kecepatan Cahaya =


= 3* m/s
Konstanta Planch = h = 6.625 * JS.

Energi Cahaya = E = h*f = h*C/


Panjang Gelombang = λ dalam nano meter.

No. Warna λ

1 Biru 459.2

2 Hijau 514.2

3 Kuning 567.4

4 Merah 642.9
Ditanyakan :

a.Berapa besar energy Ionisasi ?

b.Berapa Potensial antara kedua aelektroda ?

c.Berapa Energi cahaya yang menyebabkan Ionisasi ?


 Jawaban :

 a.Energi Ionisasi = 0.5** = 0.5*1.6*Kg*(2* m/s)**2 = 3.2* Kg.( m/s .

 b.Energi Ionisasi = e*V = 0.5**

 9* C * V = 3.2*kg.( m/s

 V = 0.35*10**2 Volt = 35 Volt.

 c.Energi Cahaya = = h*f = h*

 Kita ambil Sinar mataharinya diwakili warna kuning ……..>λ = 567.4 nm.

 = h*f = h*= 6.625 * JS. = 0.035* JSm/sm = 0.035* Joule.


2.2.1 Ionisasi karena benturan elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka
jumlah elektron yang diionisasikan lebih banyak dari
yang ditangkap.
Tiap-tiap elektron akan menuju anoda secara
kontinue sambil membuat benturan-benturan
sehingga akan membebaskan elektron lebih banyak.
Ionisasi dalam proses benturan ini mungkin
merupakan bagian terpenting dalam kegagalan udara
Effektifitas ionisasi karena benturan elektron ditentukan oleh energi kecepatan
elektron pembentur.
Rumus
=

 Jika kecepatan elektron lambat maka tidak akan terjadi ionisasi, karena
energi yang dihasilkan tidak cukup kuat untuk membebaskan elektron
berikutnya.
 Jika kecepatan elektron terlalu tinggi juga sulit terjadi ionisasi.
 Disimpulkan ionisasi terjadi bila kecepatan elektron mencapai
kecepatan optimum.

 Kecepatan optimum adalah kecepatan yang tepat untuk dapat


memecahkan atom menjadi elektron dan ion
2.2.2 Ionisasi karena cahaya
Suatu sinar atau cahaya dengan frekuensi v akan mempunyai
energi sebesar :
U=h.V
dimana h = konstanta Planck
Kuantum eneri dapat mengionisasi molekul netral dalam gas,
jika :
U = hv ≥ e
Dimana adalah potensial ionisasi.
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa energi
yang datang harus lebih besar atau sama dengan energi yang
diperlukan untuk membebaskan elektron dari molekul gas
Bila hv ∠ e
Maka energi yang datang tidak akan menyebabkan
ionisasi, tetapi akan diserap oleh molekul atau atom,
sehingga mencapai energi yang lebih tinggi.
di mana A + hv ⇥

= molekul atau energi yang lebih tinggi


( disebut proses fotoeksitasi)
 Bila hv › e

 Maka kelebihan energi ini akan dialihkan kepada elektron yang dibebaskan
dalam bentuk energi kinetik.

 Hv = e + me

 Secara umum proses fotosintesa dinyatakan :

A + hv +

Di mana A = molekul mula – mula

= molekul yang bebas 1 elektronnya

= elektron yang dibebaskan oleh proses ionisasi


2.2.3. Ionisasi karena panas
 Pada prinsipnya ionisasi karena panas tidak berbeda dengan proses ionisasi
karena benturan dan cahaya.
 Perbedaannya terletak pada jenis energi yang diberikan pada molekul atau
atom netral
 Jika gas dipanaskan pada suhu tinggi maka akan memperoleh energi yang
dapat mengionisasi atom yang mereka bentur.

 Sehingga Ui (T) + A ↔ +

Dimana Ui (T) = energi panas

A = molekul atau atom gas mula– mula

= molekul yang bebas 1 elektronnya

= elektron yang dibebaskanoleh proses ionisasi


2.3 Persamaan Townsend Pertumbuhan
Arus
Dari persamaan I = Io

Di mana Io = arus yang meninggalkan katoda


d = jarak celah
Diperoleh hubungan linear antara log I dan jarak celah d dengan lereng
α dikenal dengan koefisien pertama ionisasi Townsend.
Hubungan linear ini tidak berlaku lagi pada tegangan yang lebih
tinggi.Townsend berpendapat pada penyimpangan kelinearan tegangan
tinggi pasti ada mekanisme kedua yang mempengaruhi arus. Yaitu
adanya pembebasan elektron dalam gas karena benturan dengan ion
positif dari katoda karena pemboman ion positif.
 Pada mekanisme primer ,medan listrik yang diantara elektroda akan
menyebabkan elektron bergerak cepat. Sehingga menimbulkan eneri
yang kuat bagi banjiran elektron (dx)
 Maka besarnya elektron bebas yang terjadi dalam lapisan yang besar dx
adalah

 Dimana α= koefisien kesatu ionisasi Townsend


 Jumlah elektron bebas dne yang bertambah akibat proses ionisasi
sama besar dengan jumlah ion positifbaru yang dihasilkan.
 D = d = = α (t). Vd. Dt
D= jumlah ion positif baru yang dihasilkan
= jumlah total elektron
= kecepatan keluyur elektron
 Penyelesaian persamaan diatas tersebut pada medan uniform (α
konstan) dengan syarat mula =

=
Jumlah elektron yang menumpuk pada anoda per detik sejauh d dari
katoda sama dengan jumlah ion positif :
=
Selanjutnya jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai
anoda :

Ne =
Contoh 2.
Diketahui :

 = koefisien ke 1 Thounsend = 0.45, Jarak antar


elektroda = d = 5 cm.,Elektron Primer awal = = 10 buah.
Ditanyakan :

Berapa Jumlah electron yang meninggalkan Katoda ( ) ?

Jawaban :

 = = = = = 17 elektron.
Atau I =
Arus ini akan terus naik sampai terjadi peralihan pelepasan yang bertahan
sendiri ( self sustaining)
Peralihan ini adalah percikan (spark) dan diikuti oleh perubahan arus
dengan cepat dan pembilangnya menjadi o :

) =1

karena ≫ 1

maka

Secara teoritis arus akan menjadi tak terhingga. Townsend menamakan


keadaan ini sebagai dimulainya percikan
Ada 3 kemungkinan kriteria percikan
townsend
a. < 1 arus pelepasan tidak bertahan sendiri

b. = 1 arus pelepasan bertahan sendiri karena jumlah pasangan ion


yang dihasilkan cukup besar. Ion positif yang dihasilkan pada benturan
katoda dapat membebaskan elektron sekunder dan mengulangi
banjiran. maka menentukan ambang (threshold) percikan

c. > 1 ionisasi dari banjiran berturut turut diakumulasi sehingga


percikan tumbuh dengan cepat sebanding dengan kelebihan > dari 1
Persamaan dapat ditulis dalam
keadaan tunak ( steady state)

I =

Yang menyatakan pertumbuhan arus rata-rata


sebelum percikan terjadi.
2.4. Pertumbuhan arus pada proses
sekunder
Mekanisme terpenting dalam benturan sekunder adalah
emisi elektron karena benturan positif
Jika energi penahan elektron pada permukaan elektroda
adalah U = e∅, maka supaya elektron dapat dibebaskan,
besarnya energi ion positif harus 2e∅.
Energi dari elektron yang dibebaskan sebanding dengan
gradien tegangan permukaan katoda dan berbanding
terbalik dengan kecepatan udara δ :
= A . /δ Di mana A = konstan
 Jika N adalah jumlah ion positif yang harus ditembakkan kepermukaan
katoda untuk menimbulkan banjiran elektron sekunder, maka N
adalah fungsi dari /δ dan tidak tergantung dari jarak antara elektroda.
 Berdasarkan kondisi ini kegagalan terjadi bila jumlah ion positif yang
dihasilkan oleh ionisasi banjiran elektron primer harus sama atau lebih
besardari jumlah ion positif N yang diperlukan untuk menjamin
terjadinya awal banjiran sekunder.
 Persamaannya:

Dimana s = lintasan yang ditempuh elektron


α = koefisien kesatu ionisasi Townsend
 N = jumlah ionisasi positif yang diperlukan Dari persamaan
tersebut , dapat disimpulkan :
Semakin besar ketidaksamaan tersebut maka akan semakin pasti terjadi
kegagalan.
2.5 Kriteria Kegagalan Menurut Townsend

 Saat proses ionisasi benturan , α adalah jumlah rata-rata ionisasi


benturan oleh elektron per centimeter celah ( tergantung pada tekanan
gas P dan E/p.)
 Besarnya elektron bebas tambahan yang terjadi pada lapisan dx
= α . . dx

= jumlah elektron primer


dx = lintasan
 Ternyata
Jumlah elektron bebas d = d = α . . dx = α . +
Vd= kecepatan keluyur elektron
 Jumlah elektron yang meninggalkan katoda menuju anoda ditentukan
dengan rumus persamaan keadaan tunak:

= atau i=

Arus ini akan terus naik hingga terjadi percikan dan diikuti
perubahan arus dengan cepat dan pembilang menjadi nol.
=1
karena ≫ 1
maka = 1
2.6 Eksperimen penentuan koefisien α dan γ
 Untuk menentukan koefisien α dan γ diperlukan karakteristik tegangan
dan arus setiap seting berbeda celah
 Hasilnya ditemukan Log I/Io dibandingkan jarak celah dalam kondisi
medan konstan . (E/p) konstan.
 Untuk nilai d kecil
«1
maka : In () ≈ In =
Liku liniear dengan lereng bila dinaikkan maka d membesar hingga
tercapai = 1 I ----
Dan percikan terjadi pada d = ds
Tegangan gagal percikan terjadi pada :
= i = 1,2,3,…..karena medannya seragam
Bila lereng pd. Gb.2.5. maka nilai dapat dihitung dari pers. Keadaan
tunak.
2.7. Kegagalan pada gas-gas elektronegatif
 Gas elektro negatif adalah gas yang memiliki berat molekul tingi dan
berkemampuan untuk menarik atau menahan elektron-elektron bebas
melalui proses pelekatan (attachment)
 Ada 2 macam proses pelekatan :
a. Langsung
b. Disosiatif
 Koefisien pelekatan () juga didefinisikan sebagai

( - 1) = 1, hal ini menunjukkan untuk > , kegagalan sangat mungkin


terjadi tanpa memperhatikan nilai , dan .
2.8. Time Lags pada saat breakdown
 Keter waktu kegagalan adalah perbedaan waktu saat
pengaplikasian tegangan yang menyebabkan kegagalan dan
kejadian breakdownnya sendiri.
 Dengan adanya perubahan tegangan dalam waktu singkat
elektron primer bisa jadi tidak ada celah dan tidak
memungkinkan adanya breakdown.
 Waktu (t) yang diantara penerapan tegangan gagal dan awal
tampaknya elektron primer disebut keter waktu statistik celah
()
 Waktu untuk proses ionisasi penyebab breakdawn celah disebut
keter waktu formatif ()
 Keter waktu total adalah + = t
 Kelebihan tegangan terjadi bila kegagalan tegangan aplikasi v lebih
besar dari kegagalan tegangan statis.
 Rasio V/Vs disebut rasio impuls
 Karakteristik tegangan sangat penting dalam koordinasi perlindungan
(insulation)

= probabilitas kemunculan elektron dalam celah


= probabilitas elektron yang akan menimbulkan percikan.
==
 Keter waktu yang sangat singkat pada tegangan yang besar dijelaskan
dengan mekanisme strimer, keter waktu formatifnya menurut
Fletcher : = In
2.9 Teori Streamer Pada kegagalan gas
 Mekanisme Townsend memiliki beberapa kerancuan saat teraplikasi
dalam kegagalan pada tekanan atmosfer, antara lain :
1. Menurut Townsend , kenaikan arus terjadi akibat proses ionisasisaja,
tetapi dalam prakteknya tegangan gagal tergantung pada tekanan gas dan
geometris celah.
2. Prediksi keter waktu dalams , sedangkan kenyataannya kegagalan terjadi
pada waktu yang sangat singkats.
3. Prediksi bentuk peluahan tersebar, sedangkan dalam prakteknya
menyerupai filamen dan tak teratur.
Fenomena tersebut diatas dapat dijelaskan olehTeori Streamer dari Raether,
Meek, Loeb (1940). Teori ini memprediksi perkembangan pelepasan
percikan langsung dari banjiran tunggal yang merupakan medan
pelepasannya sendiri dan disebut mentransformasi banjiran menjadi
streamer plasma.
Tiga Tingkat perkembangan Streamer
anoda

katoda
(a) (b) (c)
a. Menunjukkan saat banjiran telah melewati celah.
b. Menunjukkan saat streamer telah melintasi setengah panjang celah.
c. Menunjukkan saat celah telah terhubung oleh jalur konduksi.
Estimasi medan elektris transformasi banjiran elektron menjadi streamer =
5.27 x V/cm
 Di mana = koefisien pertama Townsend
P = Tekanan gas dalam torr
x = jarak perluasan streamer dalam celah

 Menurut Meek, tegangan gagal minimal didapat saatEr – 1 dan x =d


dalam persamaan di atas.
2.10 Hukum Paschen
Tegangan gagal percikan ( potensial percikan / sparking
percikan ) adalah fungsi dari perkalian tekanan gas dan
jarak. Hubungan ini dikenal dengan HukumPaschen.

=
Volt
1600

1400

1200

1000
CO2
800 Udara
600 H2

400

200

0
1 2 3 4 6 8 10 12 14 16 18
pd ( torr-cm)

Gambar 2.5 Karakteristik tegangan breakdown


(udara, Carbon dioksida, Hydrogen)
2.11. Kegagalan pada Medan Tidak Seragam
dan Korona
2.11.1. Peluahan Korona
Korona menyangkut pelepasan yang bercahaya dan dapat
terdengar pada tegangan tinggi di bawah tegangan gagal.
Korona merugikan karena menimbulkan rugi daya pada
saluran transmisi tegangan tinggi . Dapat merusak bahan
isolasi yang disebabkan oleh pemboman ion pada
permukaan dan aksi senyawa kimia yang terbentuk oleh
peluahan
Sebaliknya sifat korona dimanfaatkan sebagai dasar untuk
membuat peralatan praktis seperti alat cacah ( counter)
Geiger Muller atau alat pengendap debu,
Besarnya medan insepsi korona dapat dicari dengan
persamaan kawat paralel dari radius r
= 30 md
Sedangkan untuk silinder koaksial persamaannya
adalah:

= 31 md

d = , b = tekanan atmosfer (dlm torr)


2.11.2. Fenomena Post Breakdown dan Aplikasinya
 Fenomena post breakdown terdiri atas :

a. Peluahan Cahaya
1. warna dari peluahan cahaya tergantung pada material katoda dan gas
yang digunakan.
2. Peluahan cahaya yang menutupi katoda sebagian dan sela antara
katoda dan anoda menjadi gelap intermediet dan area terang (bright)
dinamakan cahaya normal.
3. Jika arus dalam cahaya normal dinaikkan seperti ketika peluahan menutup
permukaan katoda maka menjadi cahaya tidak normal.
4. Tegangan pada peluahan cahaya mempunyai range konstan 75 sampai 300 v0lt
melebihi range arus 1mA – 100mA dibanding tipe gas.
5. Peluahan cahaya digunakan dalam banyak aplikasi, seperti Voltage Regulation
Tubes / VR tubes untuk penyearah, relaksasi oscilator dan dalam penguat.
b. PeluahanBusur
1. Jika arus dalam sela meningkat antara 1 A atau lebih , tegangan pada
sela tiba-tiba berubah beberapa volt menjadi (20-50V) peluahan
menjadi mencolok dan noise. Pada fase inilah disebut peluahan
busur.
2. Kepadatan arus melebihi daerah katoda meningkat sampaisampai
A/.
3. Busur ini berhubungan dengan tinggi temperatur dari 1000 sampai
beberapa ribu.
4. Peluahan akan memuat kepadatan elektron yang sangat tinggi dan
ion positif yang disebut plasma busur.
5. Peluahan busur penting digunakan pada circuit breaker dan kontak
saklar lainnya.
2.13. Pertimbangan Praktis Penggunaan Gas untuk
Tujuan Isolasi
Kuat dielektriknya yang tinggi
Gas merupakandielektrik yang paling banyak ditemukan dan
sederhana, misalnya, ,Freon ,
Stabilitas termalnya dan inaktifitas kimia susunan
materialnya .
Non-flammable
Condensasi pada temperatur rendah
Konduktor panas yang bagus
Tersedia dalam bermacam harga
Selain itu dalam keadaan normalnya gas adalah isolator
sempurna jika tidak dikotori ion-ion lainnya di udara.
Contoh 3.
6.Theory Steamer :

Estimasi Medan Listrik Transformasi banjiran electron


menjadi streamer =
 = 5.27* V/Cm.

Diketahui :

 = koefisien pertama Townsend = 0.45, X = Jarak


perluasan streamer dalam celah = 0.5 d = 2 Cm, p = 1
atmosfeer.
Ditanyakan :Besarnya Medan Listrik.

Jawaban :

 = 5.27* V/Cm. = 5.27* * = 16.9 V/m.

Anda mungkin juga menyukai