Ucod

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

UCOD

Underlying Cause of Death


Pengertian Rekam Medis
Rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara
lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan
yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien
• Catatan merupakan tulisan yang dibuat
dokter mengenai tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka
pelayanan kesehatan.
• Dokumen adalah catatan dokter atau
tenaga kesehatan tertentu, laporan
hasil pemeriksaan penunjang, catatan
observasi dan pengobatan harian
dan semua rekaman, baik
berupa foto radiologi,
gambar pencitraan dan
rekaman elektro diagnostic
Model Patient Centered Care
(Interdisciplinary Team Model)

DPJP
Perawat Apoteker
• Team Leader
• Koordinasi & Fisio Ahli
Review Asuhan terapis Pasien, Gizi
• Mengintegrasikan Keluarga
asuhan pasien Radio Analis
grafer
Lainnya

1. Patient Centered Care (PCC)  Pasien adalah pusat pelayanan


2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan di sekitar pasien, dgn kompetensi yg memadai, sama
pentingnya pada kontribusi profesinya, tugas mandiri, delegatif, kolaboratif, Pasien adalah bagian
dari tim, merupakan model Tim Interdisiplin
3. Peran & fungsi DPJP : sebagai Team Leader, Koordinasi & Review, Mengintegrasikan asuhan
4. PCC merupakan pendekatan modern, inovatif, sudah menjadi trend global dalam pelayanan RS
Definisi Penyebab Kematian:
Mendefinisikan penyebab kematian yang
dimasukkan ke dalam sertifikat kematian
adalah:
1. Semua kondisi penyakit, keadaan sakit
atau cedera yang dapat menimbulkan
kematian dan
2. Kecelakaan atau kekerasan yang
menimbulkan cedera yang
mematikan

Oleh karenanya semua informasi yang


relevans harus direkam di dalam serti-
fikat sesuai ketentuan runtunan cara
penulisannya.
• Definisi dibuat untuk memastikan bahwa
penulis sertifikat menulis semua kondisi
yang relevans dan tidak memilih hanya
kondisi tertentu saja, sedang kon-
disi lain diabaikan.

• Definisi tidak mengikutsertakan istilah


medis yang menggambarkan suatu
simptom, dan “ mode of dying”
(di antaranya: gagal jantung,
gagal ginjal, gagal napas dsb.).
Pengertian UCOD
• Penyebab Dasar Kematian
(Underlying Cause of Death)
adalah sebab dasar terjadinya urutan
sebab kematian.
• Sebab dasar terjadinya kematian
adalah keadaan penyakit atau
cedera sebagai pemicu urutan keja-
dian yang mengakibatkan
kematian, serta ke-
celakaan atau kekerasan yang
menghasilkan cedera fatal
hingga mengaki-
Pengertian UCOD
• Penyebab dasar kematian merupakan suatu
penyakit/kondisi yang merupakan awal
dimulainya rangkaian perjalanan
penyakit menuju kematian, atau keadaan
kecelakaan atau kekerasan yang menye-
babkan cedera dan berakibat dengan ke-
matian.
• Penyebab dasar kematian merupakan suatu
kondisi, kejadian atau keadaan yang tanpa
penyebab dasar tersebut pasien tidak akan
meninggal
Penentuan UCOD
• Penyebab langsung: Adalah semua
penyakit, kondisi morbiditas atau ced-
era serta keadaan akibat kecelakaan yang
langsung menyebabkan atau
turut serta menyebabkan kematian
• Penyebab antara: Bila lebih dari 2 sebab
terekam, harus dilakukan seleksi sesuai
aturan berdasarkan konsep sebab
yang mendasari kematian (Underlying
cause of death)
Penentuan UCOD
• Penyebab dasar : Sebab yang mendasari
kematian (Underlying
Cause of Death) adalah:
1) Penyakit atau cedera yang
menimbulkan rangkaian
peristiwa morbiditas yang
secara langsung menye-
babkan kematian
2) Keadaan (akibat) kecelakaan atau
kekerasan yang menghasilkan
cedera fatal
GENERAL PRINCIPLE
Apabila ada lebih dari satu
diagnosis yang ditulis/ ditem-
patkan di Part I sertifikat kematian,
maka pilih yang ditulis di
urutan paling bawah.

CONTOH:
1. I. (a) Abses paru
(b) lobar pneumonia
II. -
Pilih: Lobar pneumonia (J18.1)
I. (a) Pericarditis
(b) Uremia dan pneumonia
Pilih: Uremia.
Pada kasus ini ada 2 (dua) urutan
diagnosis yang dinyatakan sebagai
pemicu pericarditisnya:
- pericarditis akibat uremia
- pericarditis akibat pneumonia
Pilih penyebab yang disebut pertama
(Uremia)
Penentuan penyebab dasar kematian
KEMATIAN (DEATH)
• Mati adalah berhentinya secara permanen
semua fungsi vital tubuh = akhirnya su-
atu kehidupan.
• Indikator klasik mati adalah: berhentinya secara
permanen fungsi jantung, dan paru.
Pada banyak kasus ini menjadi pa-
tokan dokter mendiagnosis suatu
kematian pasiennya.
• Alternatif lain : Kematian otak (brain death)
yang didefinisikan sebagai berhentinya se-
mua fungsi seluruh otak yang ireversibel ter-
KEMATIAN (DEATH)

• Seseorang
.
dinyatakan meninggal
secara legal apabila sirkulasi darah dan
fungsi paru sudah berhenti ir-
reversible atau bila kriteria brain
death terpenuhi.
• Diagnosis kematian dalam batasan
normal adalah
bila individu terkait :
– tidak dalam pertolongan ventilator,
– pernapasan spontannya sudah
berhenti,
– detak jantung berhenti, dan
– pupil mata melebar tidak bereaksi
terhadap cahaya.
Definisi Kematian juga tercantum dalam
undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang ke-
sehatan, pasal 117 yang berbunyi :
“ Seseorang dikatakan mati apabila fungsi
sistem jantung, sirkulasi, dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti se-
cara permanen, atau apabila ada ke-
matian batang otak telah da-
pat dibuktikan ”.
Thanatologi

Thanatologi, merupakan ilmu yang


mempelajari segala macam aspek
yang berkaitan dengan mati,
meliputi pengertian, cara
– cara melakukakan di-
agnosis, perubahan – perubahan
sesudah mati serta untuk
memastikan kematian klinis, sebab
kematian, saat kematian dan perki-
raan cara kematian.
Metode penentuan lama waktu
kematian ada beberapa
metode digunakan seperti
livor, algor mortis, rigor mortis, dan
pembusukkan
KAKU MAYAT (RIGOR MORTIS)
• Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh
setelah kematian yang disebabkan karena
tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP)
dalam otot.
• Pada saat awal kematian, tubuh menjadi
flaksid.
• Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu,
kekakuan otot mulai meningkat dan ter-
jadi imobilisasi pada sendi.

• Kelenturan otot setelah kematian masih dapat


dipertahankan karena metabolisme tingkat
seluler
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
• Livor mortis (post-mortem hypostasis,kebiruan) adalah
perubahan warna pada tubuh setelah kematian akibat
pengendapan darah sesuai gaya gravitasi yang tidak
lagi dipompa melalui tubuh oleh jantung.
• Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah
dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang mengger-
akan darah mencapai capillary bed di mana pembuluh darah
kecil afferen dan efferen saling berhubungan.
• Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat
di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan.
• Pengumpalan darah terjadi secara pasif maka tempat di
mana mendapat tekanan local akan menyebabkan
tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meni-
adakan terjadinya lebam mayat yang mengaki-
batkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat
LEBAM MAYAT (LIVOR MORTIS)
• Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah
kematian dan sering terlihat, dalam waktu
20-30 menit setelah kematian.
• Perubahan warna meningkat dan biasanya menjadi
tetap sekitar 8-10 jam pada waktu ini dapat
dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap.
• Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena
terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan
sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertim-
bunnya sel-sel darah dalam jumlah yang
banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan
kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah.
• Penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah
8-12 jam tidak akan menghilang.
• Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat
memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi
PENURUNAN SUHU TUBUH (ALGOR MORTIS)
• Sesudah mati, metabolisme yang menghasilkan
panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan
turun menuju suhu udara atau medium di
sekitarnya.
• Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses
radiasi konduksi, dan pancaran panas.
• Algor mortis merupakan salah satu perubahan
yang dapat kita temukan pada mayat yang
sudah berada pada fase lanjut
post mortem.
• Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu
terjadi sangat lambat
ALGOR MORTIS
Faktor internal
a) Suhu tubuh saat mati
Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan
septikemia, mati dengan suhu tubuh
tinggi.
Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati akan
mengakibatkan penurunan suhu tubuh
menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hy-
pothermia tingkat penurunannya men-
jadi sebaliknya.
b) Keadaan tubuh mayat
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin
mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat. Pada mayat yang tubuhnya ku-
rus, tingkat penurunannya menjadi
ALGOR MORTIS
Faktor Eksternal
a) Suhu medium
Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin
cepat terjadinya penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada
di tubuh mayat dilepaskan lebih cepat ke medium yang lebih
dingin.
b) Keadaan udara di sekitanya
Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih
besar. Hal ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan
konduktor yang baik. Selain itu, aliran udara juga makin memper-
cepat penurunan suhu tubuh mayat.
c) Jenis medium
Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat
sebab air merupakan konduktor panas yang baik sehingga mampu
menyerap banyak panas dari tubuh mayat.
d) Pakaian mayat
Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin
cepat. Hal ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu
medium atau lingkungan lebih mudah
PEMBUSUKAN
• Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan
tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas
bakteri dan enzim
• Tanda awal dari proses pembusukan (putrefaction) yang
terjadi adalah munculnya warna kehijauan pada kulit
yang sering ditemukan pada kuadran bawah
abdomen, dan biasanya tampak juga pada peri-
umbilikus dan bagian abdomen kiri bawah.
• Hal ini dapat terlihat 36 hingga 72 jam setelah kematian
pada suhu sekitar 70oF. warna kehijauan disebabkan
karena penyebaran bakteri dari caecum yang
kemudian menyebar ke kuadran abdomen lainnya, dada,
anggota gerak, lalu wajah. Pada proses pem-
busukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN,
serta asam amino dan asam lemak
PENENTUAN WAKTU KEMATIAN YANG TERKINI

Forensik Entomologi

• Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk


memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa
ditemukan pada jenazah.
• Lalat pemakan bangkai (Zoosaprofag) biasanya
digunakan dalam entomologi forensik, untuk
penentuan umur suatu mayat karena
serangga tersebut sering ditemukan pada
mayat
Pengosongan isi Lambung

• Dasar dari metode pengosongan


lambung sebagai penentuan saat
mati adalah bahwa makanan
hampir mempunyai waktu
yang sama di lam-
bung sebelum dilepaskan dan masuk
kedalam duodenum yang secara fisik
sudah diubah oleh asam lambung
, yang diukur pada saat makanan itu dite-
lan.
Sudden Death (Kematian mendadak)
• Sering terjadi pada bayi (s/d usia 1 tahun).
• Meninggal tanpa ada gejala sebelumnya = SIDS
(Sudden infant death syndrome) atau crib death.
• Penyebabnya tidak diketahui, walau teorinya banyak.
• Sudden death pada dewasa juga umumnya terjadi
pada: injury, brain hemorrhage myocardial infarc-
tion, dan pneumonia
• Jarang, namun juga bisa akibat:anafilatik shok , asthma,
bunuh diri
• Kasus sudden death harus dilapor ke forensik untuk
penentuan perlunya otopsi.
• Manusia disebut mati bila ;berhentinya
sistim Cardiovaskular, sistim pernafasan
dan yang utama sistim saraf pusat
secara permanen / ireversibel
• Mati suri adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan penurunan
proses vital sedemikian rupa sampai ke
taraf minimal untuk kehidupan sehingga
secara klinis menyerupai orang mati ,
dengan pertolongan
yang tepat dan pada saat yang
tepat maka dapat hidup kembali
( reversibel )
• Keadaan mati suri dapat ditemukan pada ;
– Kegagalan jantung akut
– Terkena listrik atau petir
– Kedinginan , tenggelam
– Anestesi dalam
• Dalam keragu – raguan pasien masih hidup
atau sudah mati maka harus dianggap masih
hidup sebelum ditentukan mati , berarti harus
diberi pertolongan.
Perubahan pada kematian mempunyai 2 stadium ;
1. Somatik death / clinical death / systemic
• Berhentinya pernafasan
• Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah
• Fungsi SSP berhenti : refleks cornea (-) ,refleks pupil
(-)
2. Cellular death
• Setelah kematian somatis beberapa organ tubuh
masih hidup sendiri- sendiri dimana beberapa or-
gan mempunyai waktu kematian berbeda- beda ->
hal ini memungkinkan dilakukannya pencangkokan
beberapa organ tertentu . Organ SSP 4 detik , Cornea 6
jam , Otot jantung 6-8 jam
• Contoh yang menggambarkan cellular death dimana
seseorang sudah somatik death 3-4 jam sebelum-
nya ; bila otot dirangsang listrik akan berkontraksi ,
cornea dirangsang atropin menjadi midriasi s , hal
ini merupakan kerja langsung otot dan
bukan SSP
IDENTIFIKASI KONDISI PENCETUS URUTAN
KEJADIAN PENYEBAB KEMATIAN

• Mencatat perkiraan interval (menit, jam, minggu,


bulan atau tahun) antara onset setiap kondisi
dan kematian akan membantu dalam
menegakkan rangkaian kejadian
yang menyebabkan kematian
• dan juga berguna sebagai petunjuk bagi
pemberi kode untuk memilih kode
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai