Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERADILAN MILITER

PENGERTIAN HUKUM PIDANA


MILITER

Tindak Pidana
Militer Murni
Hukum Materiil
Tindak Pidana
Militer
Campuran
HUKUM MILITER
HK Acara Pidana
Militer
Hukum Formiil
HK Acara
Peradilan Militer
SEJARAH
Periode Tahun 1945
Pada masa ini Peradilan Militer di Indonesia masih mengadopsi
ketentuan pemerintah zaman penjajahan Belanda yaitu
Kijgsraad (berdasarkan Bepalingen betreffendetie rechtsmacht
van de Militaire rechter in Nederland Indie S.I934 No.173 ) yang
berfungsi sebagai hukum acara dalam memeriksa dan
mengadili perkara pidana pada tingkat pertama terhadap
semua anggota militer dan orang sipil yang bekerja di
lingkungan kemiliteran .
Adapun dasar hukum yang digunakan adalah Pasal 2
Ketentuan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi : Segala badan
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini .
Periode Tahun 1946-1948
Pada periode ini, pemerintah telah mengundangkan
Undang-undang No.7 Tahun 1946 dalam Pasal 22
menyatakan : Mengadakan peradilan tentara selain
pengadilan biasa dan berdasarkan ketentuan Pasal 5
Pengadilan Tentara diberi kewenangan juga mengadili
perkara Koneksitas, pada saat bersamaan
diundangkan Undang-undang No.8 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Acara Pidana Pengadilan
Tentara.
Sesuai dengan kebutuhan pada saat itu Undang-
undang No.7 Tahun 1946 diganti dengan Peraturan
Pemerintah No.37 Tahun 1948 tentang Susunan dan
Pengadilan/Kejaksaan dalam lingkungan Pengadilan
Ketentaraan .
Pada tahun 1946 dibentuk Peradilan khusus
di lingkungan ketentaraan yaitu:
- Mahkamah Tentara Luar Biasa
- Mahkamah Tentara Sementara, dan
- Mahkamah Tentara Daerah Terpencil.
Mahkamah Tentara Luar Biasa, dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun
1946 dan Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1947
yang bertujuan untuk mempermudah
berlangsungnya Peradilan Tentara di beberapa
daerah masih sangat rawan dan kurang kondusif.
Mahkamah Tentara Sementara, dibentuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun
1947 Mahkamah ini menunjukan Pengadilan Negeri
yang merangkap menjadi Pengadilan Tentara Luar
Biasa, mengingat tidak semua daerah telah
dibentuk Mahkamah Tentara, dan keterbatasan
Hakim Militer/tenaga ahli.
Mahkamah Tentara Daerah Terpencil,
dibentuk berdasarkan Peraturan
Pemerintahan No.23 Tahun 1947,
Mahkamah ini dibentuk di daerah
terpencil secara nyata dalam suatu
daerah pertempuran.
Periode Agresi Ke-2 Tahun 1948
Pada masa Agresi kedua setelah tanggal 19 Desember 1948,
berdasarkan Peraturan Darurat Tahun 1949 No.46/MBKD/49
Tanggal 7 Met 1949, maka untuk mewujudkan kebutuhkan
pada waktu itu pemerintah membebankan tugas kepada
Peradilan Tentara menyelenggarakan Peradilan Tentara dan
Peradilan Sipil berlaku untuk seluruh Jawa dan Madura bagi
anggota Angkatan Perang dan bagi orang Sipil.
Kewenangan yang diberikan pada Pengadilan Tentara pada
waktu itu meliputi Pengadilan Tentara Pemerintah Militer,
Pengadilan Sipil Pemerintah Militer, Mahkamah Tentara Luar
Biasa, dan kewenangan menjalankan hukuman penjara.
Periode RIS Tahun 1949-1950
Pada masa pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun 1950 yang
mempertegas lagi Kompetensi Peradilan Militer yang antara
lain menyatakan masih berlakunya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang No.36 Tahun 1949 tentang
Penghapusan Peraturan Darurat No.46/MBKD/49 dan
menghidupkan kembali Pengadilan Tentara yang ada
sebelum tanggal 7 Mei 1949, serta berlakunya kembali
Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1948 tentang Susunan
dan Kekuasaan Pengadilan/Kejaksaan dalam lingkungan
Pengadilan Tentara.
Dengan demikian, sejak berlakunya Undang-undang No.6
Tahun 1950 secara Konstitusional keberadaan Peradilan
Militer dapat dikatakan telah memiliki dasar hukum yang
kuat.
Periode UUDS Tahun 1950-1959
Pada masa ini dikeluarkan Undang-Undang Darurat No. 1
Tahun 1951 tanggal 15 Maret 1951 tentang Tindakan-
tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan
susunan, kekuasaan dan acara pengadilan sipil , sehingga
kedudukan Hukum (wilayah hukum) Pengadilan Militer pada
umumnya sama dengan kedudukan (wilayah hukum)
Peradilan Umum.
Pada periode ini terjadi integrasi pertama antara Pengadilan
Militer dan Pengadilan Sipil, sebab saat itu jabatan-jabatan
pada Tata Usaha Militer dirangkap juga oleh pegawai dari
Peradilan Umum, disebabkan masih kurangnya tenaga ahli
dari lingkungan Peradilan Militer.
Selanjutnya diundangkan Undang-
undang No. 29 Tahun 1954 tentang
Pertahanan Negara, dalam pasal 35
menyatakan : Angkatan perang
mempunyai peradilan tersendiri,
sehingga hal ini lebih mempertegas
eksistensi Peradilan Milter yang berdiri
sendiri dan terlepas dari peradilan lain.
Periode Tahun 1959 - 1966
Pada periode ini dikenal Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959
yaitu kembali UUD 1945 secara Mumi dan Konsekuen,
sehingga untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 UUD 1945
yang mengatur kekuasaan kehakiman telah diundangkan
Undang-undang No. 19 Tahun 1964 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Dalam ketentuan Pasal 7 UU No. 19 Tahun 1964 disebutkan
Bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara, dan
semua pengadilan berpuncak pada Mahkamah Agung yang
merupakan Pengadilan Tertinggi semua lingkungan
peradilan.
Peradilan tersebut secara teknis berpuncak pada
Mahkamah Agung dan secara administratif pada
saat itu berada dibawah departemen masing-
masing (Dep. Kehakiman, Dep. Agama, dan Dep.
Hankam).
Pada waktu itu, Panglima Angkatan setingkat
dengan Mentri Negara, sehingga masing-masing
Panglima Angkatan membentuk Peradilan sendiri,
yaitu Peradilan Militer Angkatan Darat, Peradilan
Militer Angkatan Laut Peradilan Militer Angkatan
Udara, sehingga Peradilan Militer pada saat itu
belum terintegrasi, dan berada dibawah langsung
Panglima dari masing-masing angkatan.
Periode 11 Maret 1966-1970
Dalam rangka pemurnian pelaksanaan UUD 1945, sesuai
dengan Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara No. XIX/MPRS/1966 jo. TAP MPRS No.
XXXIX/MPRS/1968 maka pemerintah bersama DPRGR telah
mengadakan peninjauan terhadap UU No. 19 Tahun 1964,
karena dianggap tidak melaksanakan pemurnian Pasal 24
UUD 1945.
Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1969
dibentuk Peradilan Khusus Mahkamah Militer Luar Biasa
(Mahmilub), pengadilan khusus ini dibentuk untuk
menyidangkan perkara-perkara yang dianggap
membahayakan keamanan bangsa dan negara, dan
memerlukan penyelesaian dengan segera.
Hal ini disebabkan perkara tersebut sangat erat
kaitannya dengan kebijakan pemerintah dibidang
pertahanan dan keamanan, seperti peristiwa G-30-
S/PKI. Disamping itu, pemerintah telah mengganti
UU No. 19 Tahun 1964 dengan Undang-undang No.
14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman yang berpegang pada asas
peradilan bebas dan menetapkan 4 (empat)
lingkungan kekuasaan peradilan, yaitu Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
Berdasarkan lintas sejarah Peradilan Militer
tersebut, maka keberadaan Peradilan Militer tidak
benar baru masuk dalam konstitusi setelah
berlakunya UU No. 14 Tahun 1970, sebab Peradilan
Militer berkembang sejalan dengan sejarah
konstitusi yang berlaku di negara kita, dan bersifat
mandiri terlepas dari peradilan lain. Kedudukan
Peradilan Militer tidak saja setara dengan peradilan
lain, tapi juga memiliki kewenangan yang terpisah
dengan peradilan lainnya.
Periode 1997
Perkembangan Peradilan Militer secara
Internal
Perkembangan secara internal lingkungan
Peradilan Militer dimulai sejak diundangkannya
Undang-undang No. 31 Tahun 1997 tentang
Peradilan Militer, hal ini dapat kita lihat pada
penyelenggaraan fungsi (fungsi penyidikan,
penuntutan, dan pengadilan), disamping
yurisdiksi, dan kompetensi yang dimiliki.

Perkembangan Peradilan Militer Secara


Eksternal

Perkembangan secara ekstemal Peradilan Militer
tidak terlepas dari wacana Peradilan Satu Atap di
bawah Mahkamah Agung RI sebagai amanah yang
di tentukan dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD
1945 yang menyatakan Bahwa kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
guna menegakkan hukum dan keadilan .
Perkembangan di masa yg akan datang, bahwa
peradilan militer hanya mengadili tindak pidana
yang dilakukan prajurit yang melanggar KUHPM.
TUGAS KELOMPOK

• Tugas bersifat kelompok


• Dibagi 6 Kelompok dengan satu orang koordinator
• Menulis paper tentang Sejarah Hukum Militer di Indonesia
• Setiap kelompok ditentukan tema yang akan ditulis
• Keangka paper bebas dan wajib mencantumkan daftar pustaka
• Jumlah minimal halaman paper adalah 10 lembar (termasuk cover)
• Halaman Cover secara berurutan kebawah berisi logo UNEJ, Nama
Mata kuliah, kelas dan kelompok , Nama dan NIM anggota kelompok
serta nama universitas, fakultas dan tahun
• Tema tugas :
1. Sejarah Peradilan Militer Periode tahun 1945 -1948
2. Sejarah Peradilan Militer Periode Tahun 1949 – 1950
3. Sejarah Peradilan Militer Periode Tahun 1950 – 1959
4. Sejarah Peradilan Militer Periode Tahun 1959 – 1966
5. Sejarah Peradilan Militer Periode Tahun 1966 – 1970
6. Sejarah Peradilan Militer Periode Tahun 1997

• Dikumpulkan paling lambat pada saat UYS (file dan Hardcopy)

Anda mungkin juga menyukai