Anda di halaman 1dari 10

PURA PAKUALAMAN


ARSITEKTUR KRATON JAWA MATARAM​
FIRMAN FABANYO
211412203​
SEJARAH PURA PAKUALAMAN
SEJARAH BERDIRINYA PURA PAKUALAMAN BERMULA SAAT
PANGERAN NOTOKUSUMO, PUTRA SULTAN HAMENGKUBUWONO I,
DIANGKAT SEBAGAI PANGERAN MERDEKA OLEH PEMERINTAH
BRITANIA RAYA. SETELAH PENGANGKATANNYA PADA 1812, PANGERAN
NOTOKUSUMO DIBERI GELAR PAKU ALAM I DAN SEGERA
MEMBANGUN ISTANANYA. PURA PAKUALAMAN DIDIRIKAN DI JALAN
SULTAN AGUNG, TIDAK JAUH DARI KERATON YOGYAKARTA. BENTUK
BANGUNANNYA HANYA SEDERHANA, YAKNI TERDIRI DARI PENDOPO,
TAMAN BAGIAN LUAR, DAN BANGUNAN PENUNJANG. PADA MASA
PEMERINTAHAN PAKU ALAM IV, DILAKUKAN PEMBANGUNAN
PENDOPO SEWATAMA DAN BANGUNAN LAIN YANG RUSAK AKIBAT
GEMPA BUMI. KEMUDIAN KETIKA PAKU ALAM V MEMEGANG
KEKUASAAN, DILAKUKAN PEMBANGUNAN SEWARENGGA KEMUDIAN
KETIKA PAKU ALAM V MEMEGANG KEKUASAAN, DILAKUKAN
PEMBANGUNAN SEWARENGGA PERUBAHAN JUGA DILAKUKAN PAKU
ALAM VII, YAITU DENGAN MEMBANGUN GEDUNG BARU SERTA
PRESENTATION TITLE
SEJARAH PURA PAKUALAMAN
Pura pakualaman merupakan bekas istana kecil kadipaten paku alaman, Istana ini menjadi tempat tinggal resmi para
Pangeran Paku Alam mulai tahun 1813 sampai dengan tahun 1950, ketika pemerintah Negara Bagian Republik
Indonesia menjadikan Kadipaten Paku Alaman (bersama-sama Kesultanan Yogyakarta) sebagai sebuah daerah
berotonomi khusus setingkat provinsi yang bernama daerah istimewah yogyakarta. Puro Paku Alaman ini adalah
sebuah istana kecil jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta. Ini menunjukkan kedudukan kadipaten ini yang
walaupun sebagai negara berdaulat sendiri di luar Kesultanan Yogyakarta namun tetap setingkat di bawahnya. Istana
ini menghadap ke arah selatan (sekarang Jalan Sultan Agung). Di depannya juga terdapat sebuah tanah lapang kecil,
Alun-alun Sewandanan. Masjid Besar Pakualaman terdapat di sebelah barat daya istana. Arsitektur masjid mirip
dengan masjid raya kesultanan namun dalam skala lebih kecil dan sederhana. Di dalamnya juga terdapat mimbar
dan maksura, tempat khusus untuk Pangeran Paku Alam, seperti yang juga terdapat di masjid raya kesultanan
tersebut. Istana ini diapit oleh jalan umum di sisi utara(Jl. Purwanggan), timur (Jl. Harjono), dan selatan (Jl.
Sewandanan). Gerbang istana Paku Alaman terdapat di sisi selatan (gerbang utama) dan sisi utara (sudah ditutup,
tetapi masih ada bekas-bekasnya). Konon, dahulu istana ini juga dikelilingi benteng baluwerti yang tidak
beranjungan. Konon tembok tebal sepanjang dua puluh meter di sisi utara Jalan Sultan Agung sebelah timur
pertigaan dengan Jalan Jagalan dipercaya sebagai bekas baluwarti tersebut. Gerbang utamanya konon terdapat di
ujung selatan Jalan Gajah Mada. Puro Paku Alaman masih menjadi tempat kediaman resmi Sri Paduka Paku Alam
3
X, yang juga wakil gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian yang dapat dilihat oleh umum adalah
pendapa terdepan yang disebut dengan Bangsal Sewatama. Sementara itu, bagian yang terbuka untuk dimasuki
FUNGSI PURA PAKUALAMAN
ANTARA 1813-1945, PURA PAKUALAMAN DIGUNAKAN
SEBAGAI TEMPAT TINGGAL ADIPATI KADIPATEN
PAKUALAMAN SEKALIGUS PUSAT PEMERINTAHANNYA.
PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG, FUNGSINYA
DITAMBAH UNTUK LATIHAN BELA DIRI DAN KESENIAN
JAWA, SEPERTI TARI-TARIAN JAWA, WAYANG ORANG,
DAN MOCOPATAN. SALAH SATU BAGIAN DARI
BAGUNAN, YAKNI BANGSAL PARANGKARSA PERNAH
MENJADI TEMPAT TINGGAL SEMENTARA PRESIDEN RI
PERTAMA, IR SOEKARNO, KETIKA IBU KOTA RI PINDAH
KE YOGYAKARTA PADA 1946. SAAT INI, BANGUNAN PURA
PAKUALAMAN DIGUNAKAN SEBAGAI RUMAH TINGGAL
PAKU ALAM BESERTA KELUARGANYA. SEDANGKAN
BEBERAPA BANGUNAN LAIN DIGUNAKAN SEBAGAI
KANTOR-KANTOR PEMERINTAH ATAUPUN SEBAGAI
OBJEK WISATA BUDAYA DI YOGYAKARTA.
WILAYA KEKUASAAN PURA
PRESENTATION TITLE

PAKUALAMAN
Wilayah kekuasaan Kadipaten Pakualaman diantaranya
adalah kawasan sekitar Puro Pakulaman (wilayah Kecamatan
Pakualaman sekarang), Adikarto (sebagian wilayah Kulon
Progo sekarang terutama sisi selatan), Karang Kemuning
yang terdiri dari empat distrik, yaitu Galur, Tawangharjo,
Tawangsongko, dan Tawangkerto. Kemantren Pakualaman
memiliki luas 0.63 km2. Kemantren Pakualaman terbagi
menjadi dua Kelurahan, yaitu : Kelurahan Purwokinnti dan
Kelurahan Gunungketur. Secara keseluruhan Kemantren
Pakualaman terdiri dari 7 Kampung, 19 RW dan 83 RT. serta
dihuni oleh 10.568 jiwa (sumber data dari SIAK per tanggal
14 Mei 2022).

https://pakualamankec.jogjakota.go.id/page/gambaran_umum
5
WILAYA KEKUASAAN PURA
PRESENTATION TITLE

PAKUALAMAN
Puro Pakualaman dibangun di atas tanah seluas 54.238 m2 oleh Pangeran Natakusuma atau yang kemudian
bergelar KGPA Paku Alam I (pendiri Kadipaten Pakualaman). Ia lahir di Keraton Yogyakarta pada hari Rabu
Wage 21 Maret 1764 (18 Pasa 1689 Tahun Jawa) dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwana I dengan garwa
ampeyan Raden Ayu Srenggoro dan wafat pada 19 Desember 1829. Bendara Raden Mas Harya Sujadi ialah nama
kecilnya sebelum bergelar Pangeran Natakusuma ketika dewasa. Walaupun secara de jure Pangeran Natakusuma
sejak tanggal 29 Juni 1812 telah menjadi pangeran merdeka, namun secara de facto baru tanggal 17 Maret 1813
diadakan kontrak politik antara Pangeran Natakusuma dengan pemerintah Inggris sehingga tanggal 17 Maret
1813 inilah kemudian dipakai oleh Raja Pakualam selanjutnya sebagai tanggal kelahiran Kadipaten Pakualaman
(Pradnyawan, 2015: 28). Sebelum diangkat menjadi raja pertama Kadipaten Pakulaman, Pangeran Natakusuma
berstatus Pangeran Miji dan tinggal di wilayah sebelah timur Kali Code yang dikenal dengan Kampung
Natakusuman. Kampung tesebut kemudian diberi pagar keliling yang pada akhirnya menjadi benteng dan
menjadi ibu kota ketika dibentuk pemerintahan Kadipaten Pakualaman (Panitya Peringatan Kota Jogjakarta 200
Tahun, 1956: 24-25). Puro Pakualaman dibangun dengan pola dasar yang sama yakni adanya istana raja, alun-
alun, masjid, dan pasar (Pradnyawan, 2015:4). Kini, Puro Pakualaman masih didiami oleh keturunan Paku Alam
I, yaitu Sri Paduka Paku Alam X beserta keluarganya. Status Pakualaman memiliki status yang mirip dengan
Mangkunegaran sehingga banyak karakteristik kampung di Pakualaman juga mirip dengan di Mangkunegaran,
baik dalam hal tradisi maupun toponimi nama kampung.
6
TATA RUANG PURA PAKUALAMAN
PRESENTATION TITLE

Pada kawasan Pakualaman, dalem dan Pura memiliki konsep


denah yang mirip dengan rumah Joglo, atau dalem. Pura
Pakualaman dikelilingi oleh bangunan yang berfungsi sebagai
benteng Pura (cepuri). Tatanan massa Pura Pakualaman terdiri
dari bagian depan dengan fungsi pendopo, perkantoran, dan
museum. Dahulu area tersebut sempat digunakan sebagai rumah
sakit ataupun sekolah. Bagian tengah merupakan kediaman dari
Adipati Paku Alam, dan bagian belakang merupakan area indung
para abdi dalem yang bekerja untuk kebutuhan aktivitas Pura
Pakualaman. Beberapa penambahan dan perbedaan tata
bangunan yang terdapat di Pura Pakualaman khususnya,
merupakan hasil dari kebutuhan terhadap fungsi dan ruang, serta
hasil intervensi sosial – politik kerajaan. Konsep tatanan massa
pada dalem Pangeran atau kerabat Kadipaten Pakualaman
memiliki kemiripan dengan bagian depan berupa pendopo,
bagian tengah merupakan fungsi hunian, dan dikelilingi oleh
bangunan magersari. Keberadaan bangunan inti mulai tergerus
7
akibat pertumbuhan bangunan magersari yang semakin padat.
PRESENTATION TITLE

REFERENSI
- https://pakualamankec.jogjakota.go.id/page/gambaran_umu
m
- https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/29/130000279/
pakualaman
- https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/4198/susunan-sakagu
ru-masjid-pakualaman-di-kompleks-makam-girigondo
.

8
PRESENTATION TITLE

KESIMPULAN
Pura Pakualaman adalah istana yang menjadi tempat tinggal para penguasa Praja
Pakualaman. Istana ini dibangun pertama kali oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
(KGPAA) Paku Alam I pada 1812. Meski dulunya wilayah Kadipaten Pakualaman berada di
daerah Kulon Progo, letak istananya berada di dalam Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan
Sultan Agung. Pura Pakualaman didirikan di Jalan Sultan Agung, tidak jauh dari Keraton
Yogyakarta. Semula, bentuk bangunannya hanya sederhana, yakni terdiri dari pendopo,
taman bagian luar, dan bangunan penunjang. Pada masa pemerintahan Paku Alam IV,
dilakukan pembangunan Pendopo Sewatama dan bangunan lain yang rusak akibat gempa
bumi. Kemudian ketika Paku Alam V memegang kekuasaan, dilakukan pembangunan
Sewarengga. Perubahan juga dilakukan Paku Alam VII, yaitu dengan membangun gedung
baru serta membongkar bangunan lama sehingga arsitekturnya mulai mengalami banyak
perubahan.

9
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai