Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

KEMATIAN AKIBAT LUKA BAKAR: CASE


REPORT
Dini Pelarudia 1102014076
:
Rafly Fernanda 1102017184

Hosiana Fajar Wulan Sinambela 4112021224

Ratu Bionika Widyasari 4112021075

Annisa Faradilla 4112021117


Pembimbing :
dr. Farah Primadani Kaurow, Sp.FM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RS BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 14 AGUSTUS - 16 SEPTEMBER 2023
BAB 1
01 PENDAHULUAN
Pendahuluan
● Luka bakar (combustio) merupakan salah satu trauma yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Luka bakar dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit, namun juga sangat mempengaruhi seluruh
sistem tubuh pasien.

● Angka morbiditas dan mortalitas pada kasus luka bakar cukup


tinggi. Anak- anak dan orang tua beresiko untuk mengalami luka
bakar yang lebih dalam karena lapisan kulit dermis mereka lebih
tipis.

● Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh luka bakar, angka


insiden, dan angka mortalitas akibat trauma jenis ini, maka
diperlukan suatu literatur khusus untuk mengupas sekilas mengenai
luka bakar dan konsepnya secara umum.
02 BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS

Nama : An. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Hari tanggal Jenazah masuk : 15 Agustus 2023
Tanggal pemeriksaan Luar : 15 Agustus 2023
Waktu Pemeriksaan Luar : 23.20 WIB
Lokasi ditemukan : Rumah Korban di Kec. Pondok Melati
Pengirim : Kepolisian Sektor Pondok Gede
RIWAYAT KEJADIAN

Pada hari Selasa tanggal 15 Oktober 2023 pukul 17.45 WIB ditemukan mayat seorang
anak perempuan yang sudah dalam kondisi hangus dengan posisi telentang di dalam rumah di
daerah Pondok Melati, Bekasi. Menurut keterangan penyidik, rumah korban terbakar saat
korban tengah sendirian di rumahnya. Mayat tersebut kemudian dibawa oleh DAMKAR ke RS
Polri.
PEMERIKSAAN LUAR

Dari hasil pemeriksaan luar, ditemukan:


a. Jenazah perempuan, usia lima tahun, warna kulit sudah hangus karena kondisi jenazah terbakar.
b. Tidak ditemukan rambut kepala karena seluruh kulit kepala hilang dengan dasar jaringan otak.
Alis mata tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar menjadi arang berwarna
kehitaman. Bulu mata tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar menjadi arang
berwarna kehitaman.
c. Kedua kelopak mata tertutup. Selaput bening kedua mata tidak dapat dinilai karena jenazah
hangus terbakar. Teleng kedua mata tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar. Warna
tirai kedua mata tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar. Selaput kedua bola mata
tidak dapat dinilai karena jenazah hangus terbakar. Selaput kedua kelopak mata tidak dapat
dinilai karena jenazah hangus terbakar.
d. Hidung simetris, kesan pesek. Daun telinga kanan tidak ditemukan, daun telinga kiri hangus terbakar
menjadi arang berwarna kehitaman. Mulut terbuka 25 millimeter. Lidah tidak terjulur maupun tergigit.

e. Gigi geligi berjumlah dua puluh empat buah, dengan deskripsi sebagai berikut:

i. Pada rahang atas sisi kanan, rahang atas sisi kiri, rahang bawah sisi kanan, dan rahang bawah sisi
kiri, gigi geligi berjumlah enam buah.

f. Dari lubang hidung, lubang mulut, lubang telinga kiri, tidak keluar apa-apa.

g. Luka-luka: Jenazah dalam kondisi tidak utuh, hangus terbakar pada seluruh tubuh.

h. Pada area kepala dan wajah tampak seluruhnya hangus terbakar menjadi arang, berwarna kehitaman
dengan sebagian tulang tengkorak telah hilang, dengan dasar berupa otak.
i. Pada daerah leher, dada, dan lapang perut tampak seluruh kulit hangus terbakar, mengarang.

j. Pada area punggung, bokong, dan kemaluan tampak seluruhnya hangus terbakar menjadi arang,
berwarna kehitaman dengan kulit dan otot tampak menghilang, dengan dasar berupa hati, ginjal, usus,
tulang belakang, tulang usus, tulang ekor, dan kandung kemih.

k. Pada lengan atas kanan tampak hangus terbakar menjadi arang, berwarna kehitaman, hanya tersisa satu
per tiga bagian atas.

l. Pada lengan atas kiri tampak seluruh kulit hangus terbakar, mengarang.

m. Paha kanan tampak hangus terbakar menjadi arang, berwarna kehitaman, hanya tersisa satu per tiga
bagian atas. Lutut hingga tungkai bawah kanan tidak ditemukan.
n. Seluruh paha kiri tampak hangus terbakar menjadi arang, berwarna kehitaman. Lutut hingga tungkai
bawah kiri tidak ditemukan.

o. Patah tulang: Paha kanan tampak patah pada satu per tiga atas dengan tepi tulang berwarna kehitaman
mengarang.

p. Lain-lain:

Dilakukan pengambilan darah sebanyak tiga mililiter, dilakukan:

i. Pemeriksaan golongan darah dengan hasil golongan darah “B”.

ii. Pemeriksaan alkali dilusi dengan hasil positif.

iii. Sampel urin tidak berhasil diambil


DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi derajat luka bakar menurut luas permukaan

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan derajat luka bakarnya, dan harus objektif.
Patokan yang masih dipakai dan diterima luas adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace.

Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi
derajat I, II, III dan IV.

1. Luka bakar derajat 1 (superficial burn), kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit. Kulit akan tampak
kemerahan, tidak ada bulla, sedikit edema dan nyeri, dan tidak akan menimbulkan jaringan parut setelah
sembuh.
2. Luka bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenai sebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua
epidermis dan sebagian dermis. Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat.
3. Luka bakar derajat 3 (full thickness burn), kerusakan terjadi pada semua lapisan kulit dan ada nekrosis. Lesi
tampak putih dan kulit kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan jaringan parut setelah luka sembuh.
4. Luka bakar derajat 4 disebut charring injury. Pada luka bakar ini kulit tampak hitam seperti arang karena
terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruh kulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang
Beratnya luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkena dan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu ringan,
sedang dan berat.
1. Luka bakar ringan jika terdapat luka bakar derajat I seluas <15% atau derajat II seluas <2%.
2. Luka bakar sedang adalah luka bakar derajat I seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%.
3. Luka bakar berat merupakan luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III seluas >10% atau mengenai wajah,
tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (>1000V) atau dengan
komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas.

Pada pemeriksaan ditemukan luka bakar derajat empat dikarenakan kulit tampak hitam seperti arang dengan luas
permukaan seluas seratus persen dari total luas permukaan tubuh akibat paparan panas atau api.
Penyebab kematian utama pada luka bakar

1. Kematian cepat adalah kematian yang dilihat menurut waktunya dalam beberapa menit sampai berapa jam dari
kecelakaan yang dapat terjadi dari syok neurogenik (nyeri yang sangat parah), luka akibat panas (menyebabkan terjadinya
hipovolemia, shock dan kegagalan ginjal akut), luka pada pernafasan, dsb.

2. Kematian lambat terjadi sebagai hasil beberapa kemungkinan komplikasi, antara lain kehilangan cairan berkelanjutan
sehingga terjadi shock yang tertunda atau gagal ginjal, kegagalan respirasi yang terjadi sebagai akibat dari komplikasi
kerusakan epithelium pernapasan dan acute respiratory distress syndrome (ARDS), sepsis yang terjadi terutama karena
pneumonia, serta kematian karena emboli paru sebagai akibat imobilisasi yang lama.
Kematian karena luka bakar dapat dibagi menjadi 2 yaitu kematian cepat dan kematian lambat.

Kematian akibat luka bakar pada kebakaran yang hebat yang terjadi pada gedung-
gedung atau rumah-rumah biasanya disebabkan oleh CO poisoning dan smoke inhalation
dibanding dengan luka bakar itu sendiri. CO poisoning merupakan aspek yang penting
dari penyebab kematian pada luka bakar, biasanya korban menjadi tidak sadar dan
meninggal sebelum api membakarnya, ini dapat menjawab pertanyaan mengapa korban
tidak melarikan diri pada waktu terjadi kebakaran.

Sehingga dalam menentukan penyebab dari kematian, maka luas dan derajat luka
bakar serta saturasi darah yang mengandung CO harus dinilai secara hati – hati. CO dalam
darah merupakan indikator yang paling berharga yang dapat menunjukkan bahwa korban
masih hidup pada waktu terjadi kebakaran.
Pada bidang pemeriksaan forensik, uji dilusi alkali sering digunakan untuk memeriksa ada atau
tidaknya kandungan CO dalam darah. CO lebih mudah mengikat Hb daripada O2. Saat CO berikatan
dengan Hb, terbentuklah COHb yang resisten terhadap alkali sehingga menghambat pembentukan hematin
alkali dalam darah. Reaksi inilah yang menjadi prinsip dasar uji dilusi alkali. Uji dilusi alkali dilakukan
dengan membandingkan darah sampel dengan darah normal (darah kontrol).

Pada korban didapatkan hasil pemeriksaan alkali dilusi positif yang menandakan jenazah masih
bernafas saat terpapar asap. Namun, sebab pasti kematian jenazah ini tidak dapat ditentukan karena tidak
dilakukan pemeriksaan bedah mayat.
BAB 3
03 TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan


oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah
sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan
bahan korosif.
Etiologi
● Luka bakar karena suhu
● Luka bakar karena bahan kimia
● Luka bakar karena listrik
● Luka bakar inhalasi
● Luka bakar akibat radiasi
KLASIFIKASI
Berdasarkan luasnya

Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau


kelipatan dari 9 yang terkenal dengan nama “ Rule Of
Nine” atau “Rule Of Wallace”.

Kepala dan leher …………..…………………. 9%


Lengan (masing-masing 9%)….…….………. 18%
Badan Depan …………………...……………18%
Badan Belakang 18% ……………...……….. 36%
Tungkai (Masing-masing 18%) …………….. 36%
Genitalia/perineum ……………………….….. 1%
Total…………………………………………100%

Pada anak-anak, kepala dan leher memiliki daerah


permukaan yang jauh lebih besar dari pada orang
dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil. Pada
pemeriksaan ringkas luka bakar yang kecil, satu
permukaan tangan pasien dapat digunakan sebagai
penentuan 1% daerah permukaan tubuh.
1 telapak tangan seseorang = 1% luas permukaan tubuh
Penyebab Kematian Akibat Luka Bakar (Cause of Death)

1. Keracunan Zat CO (Carbon Monoksida)


2. Menghirup asap pembakaran (Smoke Inhalation)
3. Trauma Mekanik
4. Anoksia dan hipoksia
5. Luka bakar itu sendiri
6. Paparan panas yang berlebih
Pemeriksaan Luar Korban

1. Skin Split 3. Skull Fractures or Head rupture

Kontraksi dari jaringan ikat yang terbakar menyebabkan terbelahnya Bila kepala terpapar cukup lama dengan panas dapat menyebabkan

kulit dari epidermis dan korium yang sering menyebabkan artefak pembentukan uap di dalam rongga kepala yang lama kelamaan akan

yang menyerupai luka sayat dan sering disalah-artikan sebagai mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan

kekerasan tajam. terpisahnya sutura-sutura dari tulang tengkorak.

2. Abdominal Wall Destruction 4. Pugilistic Posture

Kebakaran parsial dari dinding abdomen bagian depan akan Koagulasi dari otot-otot oleh karena panas akan menyebabkan kontraksi

menyebabkan keluarnya sebagian dari jaringan usus melalui defek serabut otot otot fleksor dan mengakibatkan ekstremitas atas mengambil

yang terjadi ini. sikap seperti posisi seorang boxer dengan tangan terangkat di depannya,
paha dan lutut yang juga fleksi sebagian atau seluruhnya.
Pemeriksaan Dalam Korban ( Temuan Otopsi )

Beberapa temuan intravitalitas pada korban luka bakar: 2,4,11


1. Jelaga dalam saluran nafas.
2. Saturasi COHb dalam darah.
3. Reaksi jaringan.
4. Pseudo Epidural Haemorrhage
5. Non-Cranial Fractures.
6. Subendocardial left ventricular haemorrhages
7. Jika kematian akibat asfiksia, pada traktus respiratorius bisa ditemukan partikel
karbon.
Perbandingan Tanda Luka Bakar Antemortem Dan Postmortem

Beda Luka bakar antemortem Luka bakar postmortem

Vesikel, Bula · Warna sekitarnya hiperemis · Tidak hiperemis


· Cairan banyak mengandung · Tidak mengandung albumin
albumin · Dasar vesikel kering dan keras
· Dasar vesikel mengalami · Terdapat udara dalam bula
inflamasi
· Tidak ada udara pada dasar
bula

Paru · Terdapat jelaga · Tidak ada jelaga


· Reaksi radang pada epitel · Tidak ada reaksi radang pada
sal.napas epitel sal. napas

Gambaran mikroskopis · Terdapat serbukan sel PMN · Terdapat sedikit atau tidak
terdapat serbukan sel PMN
Aspek Medikolegal
Pada pasal 133 KUHAP (ayat 2 dan 3) menyatakan permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat; dan mayat yang dikirim
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan
penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. Pernyataan ini
menjadi dasar pembuatan visum et repertum (laporan bertulis) pada kasus tindak pidana.

Pada persidangan kasus pidana, dokter forensik akan dipanggil sebagai saksi ahli. Pasal 179 ayat 1
KUHAP yang menyatakan setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Menentukan cara kematian berdasarkan temuan berupa :

1. Kecelakaan / Accidental burns


Sering dijumpai pada kebakaran rumah dan gedung. Pada kasus luka bakar akibat
kecelakaan, bIasa akan ditemukan adanya seperti tanda intravital pada luka bakar dan gelembung yang
terbentuk, adanya jelaga pada saluran pernapasan serta saturasi CO diatas sepuluh persen dalam darah
korban. Juga ditemukan tanda antemortem intravital seperti vesikel dan bulla.

2. Pembunuhan
Pada kasus pembunuhan, biasanya ditemukan tanda-tanda post mortem. Pada tubuh manusia
yang sudah mati terbakar tidak akan berwarna kemerahan oleh reaksi intravital. Tubuh mayat akan tampak
keras dan kekuningan. Gelembung yang terdapat akan mengandung sangat sedikit albumin yang
memberikan kekeruhan bila dipanaskan serta sangat sedikit atau tidak ditemukan sel PMN.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai