Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

• STI (Sexually Transmitted Infection) =


IMS (Infeksi Menular Seksual)
 Infeksi yang disebarkan melalui
kontak seksual
 Dapat menyebabkan masalah
kesehatan jangka panjang dan
masalah selama kehamilan,
persalinan, dan menyusui
• IMS yang dapat disembuhkan 
Sifilis, Gonorrhoe, Klamidia,
Trikomoniasis
• IMS yang belum dapat disembuhkan 
Hepatitis B, HSV, HIV, HPV
PERMASALAHAN

• WHO, 2020  374 juta infeksi baru dengan 1 dari 4 IMS: Klamidia (129
juta), Gonorrhoe (82 juta), Sifilis (7,1 juta), Trikomoniasis (156 juta)
• >490 juta orang diperkirakan hidup dengan herpes genital tahun 2016, dan
diperkirakan 300 juta wanita memiliki infeksi HPV, penyebab utama kanker
serviks
• Dampak IMS:
• Meningkatkan risiko penularan HIV
• Penularan IMS dari ibu ke anak dapat menyebabkan lahir mati, kematian
neonatal, BBLR dan prematur, sepsis, konjungtivitis neonatal, dan
kelainan bawaan
• Infeksi HPV menyebabkan kanker serviks
• Gonorrhoe dan Klamidia menyebabkan penyakit radang panggul dan
infertilitas pada wanita
3
PENCEGAHAN

• Kondom merupakan salah satu metode perlindungan paling efektif


jika digunakan dengan benar dan konsisten
• Terdapat 2 vaksin yang aman dan sangat efektif, yaitu Hepatitis B
dan HPV, yang dapat digunakan untuk mencegah IMS
• Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa vaksin untuk mencegah
meningitis (MenB) memberikan perlindungan silang terhadap
gonore, namun masih memerlukan banyak penelitian
• Intervensi biomedis lain seperti sunat pada laki-laki dan pengobatan
pada pasangan. Pemberian profilaksis sebelum dan sesudah pajanan
IMS dan potensi keamanannya sedang dilakukan uji coba
4
PMS

1. Sifilis
2. Gonore
3. Chlamydia
4. Lymphogranuloma Venerum
5. Granuloma Inguinale
6. Human Papiloma Virus (HPV)
7. Herpes genital
8. Trikomoniasis
9. HIV 5
SYPHILIS

• Disebabkan oleh spirochete bakteri Treponema pallidum


• Terdapat 4 stadium
• Menular melalui kontak seksual, dengan lesi infeksius pada
membrane mukosa/ kulit yang terkelupas, tranfusi dan
transplansental dari ibu ke janin saat hamil dan persalinan.
• Penularan dari ibu ke janin (syphilis konginetal) biasanya terjadi
jika infeksi ibu tidak terdeteksi dan tidak diobati secara baik
selama awal kehamilan
• Penularan pada janin selama kehamilan dapat terjadi di semua
stage infeksi  paling tinggi pada stadium 1 dan 2
SYPHILIS

Organ tubuh janin yang terkena sifilis:


• Plasenta
• Hepar
• Paru-paru
• Tr. Gastrointestinal
• Ginjal
• Pankreas
• Susunan syaraf pusat
• Sistem tulang
Manifestasi dalam kehamilan
• Sifilis primer dapat terjadi tanpa disadari penderita (tanpa
gejala), tetapi dapat terjadi regional limfadenopati dengan
ciri khas limfa yang keras, nonsupuratif dengan lesi
ulseratif, dan tidak disertai nyeri.
• Sifilis sekunder terjadi antara 6-8 minggu ditandai dengan
sistemik dan lesi local mukokutan.
• Fase laten dapat terjadi tanpa disadarinya fase sekunder à
dilihat dari serologi yang positif
• Sifilis laten tahap awal terjadi kurang dari 1 tahun dan
tahap lanjut terjadi > 1 tahun
• Sifilis tersier ditandai dengan lesi benigna granulomatosa,
membrane mukosa, dan keterlibatan aorta kardiovaskular
Transmisi sifilis maternal dan
fetal
• Periode gestasi merupakan waktu paling aktif
terjadinya tahap sifilis primer, sekunder, dan
laten pada kehamilan.
• Transmisi dari ibu ke janin bergantung terhadap
lama penyakit yang diderita oleh ibu dan dapat
terjadi dalam setiap tahap kehamilan,
meskipun angka mortilitas dan morbiditas
paling tinggi pada trimester 1
• Secara umum, janin dapat secara konsisten
memiliki respon imun terhadap infeksi ketika
telah mencapai usia gestasi 22 minggu.
Transmisi sifilis maternal dan
fetal
• Transmisi infeksi pada saat proses persalinan
dapat terjadi dari kontak langsung dengan lesi
infeksius pada genitalia ibu.
• Penyebaran infeksi secara hematogen tergantung
dari terjadinya à spirochaetaemia maternal.
Stadium dini infeksi sifilis dikarakteristik dengan
spirochaetaemia, dengan kemungkinan transmisi
ke janin hampir 100% dapat terjadi pada ibu
dengan sifilis dini.
• Pada sifilis sekunder, kemungkinan rekurensi
spirochaetemia dapat berkurang seiring waktu.
Transmisi sifilis maternal dan
fetal
• Kemungkinan penularan seksual dua tahun
setelah tertular sifilis lebih rendah.
• Walaupun kemungkinan transmisi pada janin
dapat terjadi lebih dari 70% dalam 4 tahun
setelah ibu tertular sifilis. Kebanyakan janin
yang lahir dari ibu dengan infeksi sifilis laten
tidak terinfeksi.
• Faktor utama yang mempengaruhi probabilitas
transmisi ke janin adalah stadium infeksi sifilis
maternal dan durasi paparan pada janin intra
uterin.
SYPHILIS

• Outcome janin yang jelek  kematian janin dini/


kelahiran mati, kematian neonatal, premature,
BBLR, janin yang terinfeksi dan janin dengan
kelainan konginetal syphilis
• Pada janin yang asimtomatik syphilis  dalam
beberapa minggu dapat terjadi rash, rhinitis,
limpadenopati, hepatosplenomegaly dan skeletal
yang abnormal. Squele  anemia, kelainan saraf,
buta, tuli dan menginitis
• Infeksi stadium laten/ asimptomatik juga
menyebabkan outcome yang buruk
• Jika ibu diobati dengan baik, idealnya sebelum
trimester 2  outcome janin lebih baik
MANIFESTASI PADA JANIN YANG TERINFEKSI
ORGAN KARAKTERISTIK
Plasenta Penebalan plasenta; villitis dengan endovascular dan proliferasi
perivascular
Hepar Inflamasi pada stroma insterstitial ddan percabangan
perivascular

Paru-paru “Pneumona alba: : organ menjadi putih kekuningan, keras, dan


membesar. Jaringan konektif tabah banyak
Saluran Inflamasi mukosa dan submucosa, infiltrasi mononuclear
gastrointestinal
Pankreas Infiltrat inflamasi perivascular

Renal Kerusakan sekunder akibat adannya deposisi kompleks imun

Sistem saraf Penebalan meningen basiler dan arteritis


pusat
Sistem Osteokondritis, periostitis, dan osteomyelitis
skeletal
MANAJEMEN
SYPHILIS

• Skrining pada semua ibu hamil saat pertama kali ANC


• Rescreening pada yang mempunyai risiko tinggi saat trimester III
dan saat persalinan
• Screening bisa menggunakan VDRL/ RPR, TPPA dan TPHA.
• Terapi pada ibu hamil : Benzantin penisilin G 2,4 juta unit IM
• Atau Prokain Penisilin 1,2 juta unit IM/ hari selama 10 hari  bila
tidak bisa (alergi, tidak tersedia  Eritromisin 4x500 mg selama
14 hari atau Ceftriaxon 1 g/ hari (14 hari) atau Azitromicin 2 g oral
DIAGNOSIS SIFILIS KONGENITAL
PADA IBU YANG TIDAK DIKETAHUI
STATUS SIFILISNYA
Gejala muncul setelah usia bayi 1 bulan – 2 tahun

pembengkakan sendi, pilek, bula/gelembung di


kulit, hepatosplenomegali, ikterik, anemia,
perubahan radiologis tulang panjang

2 gejala klinis + 1 jenis pemeriksaan serologi


positif

Terapi sifilis kongenital


CARA PERSALINAN

• Pervaginam : bila
tidak ada lesi di
vagina
• Perabdominal/ SC :
bila ada lesi/ tidak
yakin tidak ada lesi
MENYUSUI

• Menyusui bisa
dilakukan asal tidak
ada luka pada mamae
• Bila ada luka bisa
dengan diperas dengan
alat/ pumpping
GONORRHEA • Gonorrhea : IMS oleh bakteri
Neisseria gonorrhoe
• Penyebaran:
• Melalui kontak seksual baik
vaginal, oral, anal
• Dapat menginfeksi serviks, uretra,
rektum, dan yang lebih jarang
tenggorokan dan mata
• Dapat ditularkan dari wanita
hamil ke bayinya melalui
persalinan  menyebabkan
kebutaan pada bayi baru lahir
GONORRHEA

• Gonorrhea sering tidak terdiagnosis karena tingginya prevalensi


infeksi tanpa gejala  bergantung pada skrining untuk deteksi
• Berbagai penelitian menunjukkan beberapa efek merugikan pada
kehamilan baik maternal maupun perinatal, diantaranya:
• Kehamilan ektopik
• Kelahiran prematur
• Korioamnionitis
• IUGR
• Ketuban pecah dini
• Kebutaan pada bayi
• Infeksi sendi dan darah
20
GONORRHEA

• Ibu hamil dengan infeksi


GO dapat menyebabkan
masalah di janinnya :
konjungtifitis neonatal s/d
kebutaan bila tidak diterapi
(selama persalinan)
GONORRHEA

• DIAGNOSIS SECARA KLINIS


GONORRHEA

DIAGNOSTIC TESTS
Sensitivity Specificity
Gram stain 90-95%  95%
(male urethra exudate)
DNA probe 85-90%  95%
Culture 80-95%  99%
NAATs * 90-95%  98%

* Able to use URINE specimens


MANAJEMEN

• Komponen penting pada ANC adalah bahwa semua wanita hamil


dilakukan skrining IMS
• Kultur, NAAT, dan POC NAAT, seperti GeneXpert, dapat digunakan
untuk mendeteksi infeksi genitourinari dengan N. gonorrhoeae
• Rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention(CDC):
• Kunjungan ANC pertama: Skrining semua wanita hamil <25 tahun
dan wanita hamil yang lebih tua yang berisiko tinggi terkena gonore
pada kunjungan ANC pertama.
• ANC trimester ketiga: Skrining ulang untuk wanita dengan risiko
tinggi
24
TATALAKSANA

• Rekomendasi ACOG:
• Gonore diobati dengan dua jenis antibiotik. Perawatan ini juga efektif
melawan klamidia. Pasangan seks juga perlu diuji gonore dan diobati
• Rekomendasi CDC:
• Ceftriaxone 500 mg IM dosis tunggal ditambah pengobatan untuk klamidia
jika infeksi belum dapat disingkirkan
• Penggunaan gentamisin dalam kehamilan harus hati-hati karena risiko cacat
lahir neonatal, nefrotoksisitas, atau ototoksisitas
• Rekomendasi California Department of Public Health (CDPH):
• Monoterapi dengan ceftriaxone IM direkomendasikan untuk semua pasien
dengan gonore tanpa komplikasi, termasuk wanita hamil.
• Jika koinfeksi dengan klamidia belum disingkirkan, tambahkan azitromisin 1
g po x 1 dosis pada wanita hamil
25
PEDOMAN NASIONAL PENANGANAN
IMS (2016)

26
TATALAKSANA

• Cara persalinan 
perabdominal/ SC
• Ibu dengan penyakit
GO dapat menyusui
CHLAMYDIA

• Tersering pada IMS


• Disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis
• 70 – 80% wanita yang terinfeksi
 asimptomatis
• Gejala dan tanda biasanya 1 – 3
minggu dari infeksi  dysuria,
vaginal / anal discharge,
conjungtivitis, sakit tenggorokan
CHLAMYDIA

• Jika tidak diterapi  PID,


KET, abortus, persalinan
prematur, infeksi neonatal
dan infertilitas
• Infeksi selama kehamilan
dapat menyebabkan efek ke
janin yang membahayakan
• Tes  urine, swab vagina
dan serviks
CHLAMYDIA

• Dapat menular ke bayi


selama persalinan
pervaginam dan
menyebabkan infeksi
pada janin : pneumonia
dan conjungtivitis
• Terapi : antibiotik seperti
Azitromisin 1 g atau
Amoxilin 3x500 mg (7
hari)
TRICHOMONAS
VAGINALIS
• IMS dengan penularan
secara langsung dari kontak
kulit ke kulit selama aktifitas
seksual
• Penyebab parasit
Trichomonas vaginalis
• Pada ibu hamil dapat
menyebabkan  persalinan
preterm, BBLR, dan
kematian bayi
• Terapi antibiotik :
Metronidazol/ Tinidazol
HERPES/ HSV

• Jika wanita mempunyai HSV


dijalan lahir  selama
persalinan  dapat menular ke
bayi  herpes neonatal yang
dapat serius/ fatal
• Neonatal herpes dapat
menyebabkan infeksi yang
meluas  kerusakan pada SSP,
retardasi mental atau kematian
• Terapi, jika diberikan terapi saat
awal infeksi dapat mencegah/
menurunkan komplikasi yang
serius pada janin
GENITAL WARTS

• Merupakan infeksi virus. IMS dengan


tipe daging tumbuh yang bermunculan
di jaringan genital
• Disebabkan oleh beberapa strain HPV
• Penularan  kontak kulit ke kulit pada
daerah genital
• Jika wanita dengan genital warts hamil
 dapat mempengarui kesehatan bayi
• Tumbuh cepat saat hamil sesuai dengan
perubahan hormon dan sistim imun
• Bila diobati dari awal kehamilan/
belum hamil outcome bayi akan lebih
baik
HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS/ AIDS

• HIV adalah retrovirus golongan RNA


yang spesifik menyerang sistem
imun/kekebalan tubuh manusia.
Penurunan sistem kekebalan tubuh pada
orang yang terinfeksi HIV memudahkan
berbagai infeksi, sehingga dapat
menyebabkan timbulnya AIDS.
• AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah sekumpulan
gejala/tanda klinis pada pengidap HIV
akibat infeksi tumpangan (oportunistik)
karena penurunan system kekebalan
34
HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUS/ AIDS

• Penularan:
• Cairan genital: Melalui kontak seksual baik vaginal, anal,
maupun oral
• Kontaminasi darah atau jaringan: Transfusi darah dan
produknya, transplantasi organ yang tercemar virus HIV,
suntikan yang tidak aman
• Perinatal: Penularan dari ibu ke janin/bayi  Melalui plasenta
saat kehamilan, melalui darah atau cairan genital saat
persalinan, dan melalui ASI saat masa laktasi
35
EFEK HIV PADA KEHAMILAN
EPIDEMIOLOGI

• HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang utama. Pada
tahun 2021, 650.000 [510.000–860.000] orang meninggal karena penyebab
terkait HIV dan 1,5 juta [1,1–2,0 juta] orang tertular HIV.
• Tidak ada obat untuk infeksi HIV. Namun, dengan meningkatnya akses
terhadap pencegahan, diagnosis, pengobatan dan perawatan HIV yang efektif,
termasuk untuk infeksi oportunistik, infeksi HIV telah menjadi kondisi
kesehatan kronis yang dapat dikelola, memungkinkan orang yang hidup
dengan HIV menjalani hidup yang panjang dan sehat
• Secara global, diperkirakan 1,3 juta perempuan dan anak perempuan yang
hidup dengan HIV hamil setiap tahun
• Pada tahun 2019, 85% perempuan dan anak perempuan secara global
memiliki akses ke terapi antiretroviral (ART) untuk mencegah penularan dari
ibu ke anak (MTCT)
37
PROSENTASE RISIKO PENULARAN
HIV DARI IBU KE ANAK

38
FAKTOR RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE BAYI
MANAJEMEN
ANTENATAL CARE

• Sebagian besar wanita hamil dengan HIV  asimtomatik


dan tidak ada problem obstetric berat selama kehamilan
• Mendapatkan ANC yang sama dengan yang normal sampai
dengan HIV negative kecuali ada indikasi untuk terapi HIV
spesifik
• Frekuensi ANC sama dengan normal selama tidak ada
komplikasi dari infeksi HIV
• Disarankan untuk tetap memproteksi penularan
MANAJEMEN OBSTETRI

• Prosedur diagnostic invasif seperti chorionic villus


sampling, amniocentesis/ cordocentesis sebaiknya
dihindarkan, karena berisiko menginfeksi janin
• Versi luar dari presentasi bokong/ lintang berhubungan
dengan potensi terjadinya kebocoran sirkulasi pada maternal
fetal  penularan  dihindari
TES HIV DAN KONSELING

• Rekomendasi CDC:
• Kunjungan ANC pertama  skrining semua wanita hamil
• ANC trimester ketiga  Skrining ulang wanita hamil yang berisiko tinggi
tertular HIV
• Kemenkes RI (2015):
• TIPK adalah tes HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan
konseling kepada pasien untuk kepentingan kesehatan dan pengobatannya.
TIPK dilaksanakan dengan memperhatikan dengan prinsip 3C (confidential,
consent dan counseling); dan 2R (recording-reporting dan referral)
• Dilakukan pada saat kunjungan antenatal atau menjelang persalinan bersama
pemeriksaan rutin lainnya. Bila ibu menolak untuk diperiksa, maka ia
diminta untuk menyatakan ketidak- setujuannya secara tertulis.
REKOMENDASI
ACOG (2018)

• Ibu hamil terinfeksi HIV  dengan terapi


kombinasi ARV dapat mencapai 1 – 2%
atau lebih rendah risiko penularan dari ibu
ke anak jika viral load <1000 kopi/mL
• Wanita hamil yang terinfeksi HIV dengan
viral load >1000 kopi/mL pada atau
menjelang persalinan, tanpa terapi ARV
harus dikonseling untuk persalinan secara
sesar
• Terlepas dari hasil viral load ibu, setiap bayi
baru lahir dari ibu terinfeksi HIV, harus
mendapatkan perawatan dari profesional
yang berpengalaman dan mendapatkan
terapi profilaksis HIV
REKOMENDASI ACOG (2018)

• Beberapa obat ARV mungkin memiliki interaksi dengan obat yang


diberikan selama persalinan, khususnya uterotonika
• Skrining cepat selama persalinan atau segera setelah persalinan
harus dilakukan pada wanita yang tidak diketahui status HIV
sebelumnya
• Durasi pecahnya ketuban sebelum persalinan bukan merupakan
faktro risiko independen untuk penularan Ibu-Anak pada wanita
yang tidak mendapatkan terapi ARV dan bukan merupakan
pertimbangan rute persalinan
REKOMENDASI DARI
KEMENKES
PERSALINAN

49
MASA NIFAS

• Bagi ibu yang memilih tidak menyusui dapat dilakukan


penghentian produksi ASI.
• Pengobatan, perawatan dan dukungan secara berkelanjutan
diberikan, disamping tata laksana infeksi oportunistik terhadap
pengidap HIV/AIDS dan dukungan edukasi nutrisi.
• Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan diutamakan agar tidak
terjadi kehamilan yang tidak terencana dan membahayakan ibu
dan janin yang dikandungnya

50
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai