Anda di halaman 1dari 14

Peluang dan Tantangan Penerapan

Protokol Nagoya dalam


perdagangan biota laut di Indonesia
Oleh :
IDRIS (C551180141)
Protokol Nagoya
Protokol Nagoya adalah protokol yang mengatur
tentang akses dan pembagian keuntungan terhadap
aset sumber daya genetik (SDG)

Secara umum pengaturan di dalam Protokol Nagoya antara lain:


1. memberikan akses dan pembagian keuntungan terhadap
pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional
terkait sumber daya genetik, termasuk pemanfaatan atau
komersialisasinya serta produk turunannya (derivative);
2. akses terhadap sumber daya genetik tersebut tetap mengedapankan
kedaulatan negara dan disesuaikan dengan hukum nasional dengan
berlandaskan prinsip prior informed consent (PIC) dengan pemilik
atau penyedia sumber daya genetik; dan
3. mencegah pencurian sumber daya genetik (biopiracy).
Protokol Nagoya

UU No 11 tahun 2013 tentang


Pengesahan Protokol Nagoya

1. Perdagangan biota laut 1. Hilangnya penguasaan negara atas


sumber daya alam dan kedaulatan
2. Pengaturan melalui negara atas pengaturan akses
Appendiks CITES terhadap Sumber Daya Genetik
(SDG)
3. Sebagian besar non 2. Terjadinya biopiracy dan
pemanfaatan tidak sah (illegal
appendiks CITES utilization) terhadap
4. Belum ada peraturan keanekaragaman hayati;

perundangan yang aplikatif


KEANEKARGAMAN HAYATI
INDONESIA
Coral 590
Seagrass 12
Mangrove 43
Sponge 850
Coral Reef Fish 2057

Crustacean 1512
Echinoderm 1412
Algae 782
Mollusc 2500
Mammals 31
Reptile 37
Turtle 6
Sea Bird 151

Sumber : LIPI 2011


Situasi saat ini
Terumbu Karang = 590 Jenis CITES APPENDIKS II Boleh diperdagangkan
tapi dengan pengaturan yang ketat

Ikan Terumbu Karang = 2057 jenis Sebagian besar tidak masuk appendiks CITES

Banggai Cardinal Fish (BCF/ Pterapogon cauderni),


Kuda Laut (Hippocampus sp) dan Napoleon (Cheilinus
Undulatus) CITES APPENDIKS II Boleh
diperdagangkan tapi dengan pengaturan yang ketat
Situasi saat ini
Perdagangan Biota Laut
PASAR LUAR NEGERI Negara
Negara importir
importir

United States
Canada
United Kingdom
Netherlands
France
Germany
Taiwan
Japan
Hong Kong
China
Singapore
Australia
Distribusi Permintaan
Karang
Ikan
25%

55%
20%
INVERTEBRATA

Sumber : MAC, 2006


Pasar Dalam Negeri EXPORTER
EXPORTER LOCATION:
LOCATION:

Bali
Jakarta
Medan
Manado
SUPPLIER
SUPPLIER LOCATION:
LOCATION:
•Banyuwangi
•Bali
•Makassar
•Pulau Seribu
•Lampung
•Padang
•Manado
•Biak
Siapa saja pembeli?
99% para hobbis
Aquarium publik dan peneliti terkadang
menjadi pembeli.
SUPPLY CHAIN
Situasi saat ini… Posisi indonesia
Masih eksportir terbesar untuk karang dan ikan
Dari sisi CITES:
 Sejak memiliki SK Menhut no. 447 tahun 2004: dari negara
kategori C ke A
Selalu menjadi sorotan dari banyak pihak
pengalihan MA utk biota laut dari KLHK ke KKP
Masih tersendat

Kategori A artinya sangat baik dalam implementasi *aturan* CITES


Tantangan
1. Perdagangan biota laut keluar negeri
perpindahan keanekargaman hayati laut
Indonesia ke negara lain
2. Banyak spesies ikan terumbu dan terumbu
karang yang masih belum terdata
keanekargaman jenis dan genetiknya
3. Banyaknya bahan bioaktif dari biota laut
yang belum teridentifikasi
4. Singkronisasi antar peraturan perundangan
yang ada di Indonesia
Peluang :
1. Menurunkan atau membuat peraturan yang
lebih aplikatif dalam bentuk peraturan
menteri atau sk dirjen yang memuat
konservasi dan pengaturan perdagangan biota
laut yang dikaitkan dengan protokol nagoya
2. Kajian dan identifikasi keanekaragaman
genetik pada biota laut yang diperdagangkan
baik yang masuk appendik II CITES maupun
yang tidak masuk dalam apendiks CITES
3. Identifikasi biota laut yang diperdagangkan
yang disinyalir memiliki kandungan bahan
bio aktif
Referensi

https://www.cites.org/eng/app/appendices.php di akses 27/09/2018

Suharsono. 2011.Keanekaragaman hayati Indonesia. LIPI. Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengesahan Nagoya


Protocol On Access To Genetic Resources And The Fair And Equitable Sharing Of
Benefits Arising From Their Utilization To The Convention On Biological Diversity
(Protokol Nagoya Tentang Akses Pada Sumber Daya Genetik Dan Pembagian
Keuntungan Yang Adil Dan Seimbang Yang Timbul Dari Pemanfaatannya Atas Konvensi
Keanekaragaman Hayati)

Wahyono, S. (2016). PROSEDUR IZIN PENELITIAN BAGI PERGURUAN TINGGI ASING,


LEMBAGA LITBANG ASING,Jakarta: Sekertariat TKPIPA.

Anda mungkin juga menyukai