Anda di halaman 1dari 52

Refleksi Kasus

Kejang Demam Simpleks


dengan
Status Gizi Baik
Disusun oleh :
Muhammad Aldi Susilo
30101800112

Pembimbing :
dr. Azizah, Sp. A
Identitas Ayah
Identitas Penderita Identitas Ibu
• Nama Ayah
• Nama : An. MNF • Nama Ibu : Ny. N
: Tn. R.B
• Umur : 1 Tahun 8 • Umur : 26 tahun
• Umur : 28 Tahun
bulan • Pekerjaan : IRT
• Pekerjaan :
• Gender : Laki-laki • Alamat : Sayung,
Wiraswasta
• Agama : Islam Demak
• Alamat : Sayung,
• Alamat : Sayung,
Demak
Demak
DATA DASAR
Anamnesis
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan
pada tanggal 1 Agustus 2023 di Bangsal Baitul
Athfal RSISA serta didukung dengan catatan
medis.
Keluhan utama: Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
• 24 jam SMRS pasien mengalami demam tinggi terus menerus disertai batuk pilek pada malam hari. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien sudah mengonsumsi obat parasetamol namun demam belum turun.

• 1 jam SMRS pasien mengalami kejang 1x dirumah setelah bangun tidur dengan durasi 5 menit. Kejang
seluruh tubuh, selama kejang pasien tidak sadar disertai mata melirik ke atas. Sebelum kejang pasien
sadar dan sesudah kejang pasien menangis. Pasien tidak pernah merasakan keluhan seperti ini
sebelumnya. Atas kondisi tersebut ibu pasien membawa pasien ke IGD RSISA. Saat di IGD pasien tidak
mengalami kejang dan suhu pasien saat diperiksa di IGD 39 derajat celcius.
Keluhan lain seperti mual, muntah, nyeri kepala, diare, dan keluar cairan dari telinga disangkal, BAB dan
BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini sebelumnya.
Penyakit anak yang pernah diderita:
Riwayat Demam : (-)
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat diare : (-)
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat kejang berulang : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
▪ Riwayat alergi : disangkal
▪ Riwayat epilepsi : disangkal
▪ Riwayat batuk lama : disangkal
▪ Riwayat asma : disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan Ibu sebagai IRT. Biaya pengobatan
menggunakan BPJS non PBI.
Kesan sosial ekonomi : Cukup
Riwayat Kelahiran

Anak Laki-laki lahir spontan di spesialis kandungan saat usia


kehamilan 37 minggu. Berat badan lahir 3150 gram, panjang
badan lahir 48 cm. Saat lahir, bayi langsung menangis.
Kesan: Aterm dan BBL Normal
Riwayat Pemeliharaan Prenatal

Ibu rutin memeriksakan kandungan ke puskesmas selama


kehamilan, tidak ada pesan khusus. Riwayat perdarahan
disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum
obat selain resep dokter saat hamil disangkal.

Kesan: Riwayat pemeliharaan prenatal baik


RIWAYAT MAKAN
MINUM
Anak diberikan ASI sampai usia 6 bulan. Anak diberikan susu formula dan
ASI sampai usia 1 tahun. Makanan pendamping ASI mulai diberikan saat
anak berusia 6 bulan berupa bubur susu, umur 1 tahun hingga sekarang
mulai mendapat makanan orang dewasa.
Kesan: ASI eksklusif dan MPASI sesuai usia
Riwayat
Imunisasi
No Jenis Imunisasi Jumlah Umur

1. Hepatitis B 1x 0 bulan
2. Polio 4x 0,2,3,4
bulan
3. BCG 1x 1 bulan
4. DPT-HB-Hib 3x 2,3,4
bulan
5. MR 1x 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar sesuai usia
RIWAYAT
PERKEMBANG
AN
Pemeriksaan Status Gizi
Panjang badan menurut usia
Berat badan menurut panjang
badan
PEMERIK
SAAN
FISIK
Status Generalis
• Dilakukan pada 1 Agustus 2023, pukul 14.00 WIB
di bangsal Baitul Athfal RSISA.
• Kesadaran composmentis
• Tanda Vital
• Nadi : 90 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
• Tekanan darah : tidak diukur
• Laju nafas : 30x/ menit
• Suhu : 39° C
Status Internus
Kepala : Mesosefal, ubun-ubun besar sudah menutup, massa (-), Rambut hitam dan tidak mudah dicabut
Kulit : sianosis (-), turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-)
Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : bentuk normal, sekret (+/+), nafas cuping hidung (-), mukosa hiperemis (-/-), massa (-/-),
benjolan (-/-)
Telinga : bentuk normal, low set ear (-/-), serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-), stomatitis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : tonsil T2-T2, arcus faring simetris, uvula di tengah, faring hiperemis (-), post nasal drip (-).
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, ruam (-), massa (-)
Status Internus
• THORAX
Paru
- Inspeksi : Bentuk normal, hemithorax dextra dan
sinistra simetris, retraksi (-)
- Palpasi : nyeri tekan ( -)
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Status Internus
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Perkusi :
Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial linea mid clavicula sinistra
- Palpasi : Iktus cordis tak teraba, tak kuat angkat
- Auskultasi : Irama Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
Status
Internus
Abdomen
Inspeksi : datar, hiperemis (-), jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : defense muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien dalam batas
normal
Ekstremitas
Superior Inferior

Akral Dingin -/- -/-

Akral Sianosis -/- -/-

Capillary Refill Time <2” <2”

Petekie -/- -/-


Pemeriksaan Neurologi
Penilaian Superior Inferior
Pemeriksaan rangsang
Kekuatan otot 5/5 5/5
meningeal
Tonus Normotoni Normotoni
Klonus -/- -/- Kaku kuduk (-)
Refleks +/+ +/+ Bruzinski I (-)
fisiologis Bruzinki II (-)
Refleks -/- -/- Kernig sign (-)
patologis
Pemeriksa
an
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (14 Juni 2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 11,8 10.8 - 12.8 g/dL
Hematokrit 35,6 31.0 - 43.0%
Leukosit 23,12 (H) 6.00 – 17.50 ribu/uL
Trombosit 283 217-497 ribu/uL
Elektrolit
Natrium 134,0 132 – 145
Kalium 4,3 3,1 – 5,1
Klorida 100 96 – 111
Kesan : Leukositosis
Assesmen
t
Kejang Demam Simpleks

DD : Kejang Demam Kompleks


Ip. Dx :
S:-
O:-
Ip Tx
Ip. Tx : Hitung infus mikro = ((kebutuhan cairan per hari)x 15x4)/(24 x

Hitung cairan rumatan : 60) = (1443,75x 15x4)/(24 x 60) = 60,15 tpm  60 tpm

Anak Laki-laki 1 tahun 7 bulan, berat badan mikrodrip

12 kg, tinggi badan 86 cm Hitung infus makro = ((kebutuhan cairan per hari)x 15)/(24 x 60)

10kg I = 10x100 = 1000 ml = (1443,75x 15)/(24 x 60) = 15,03 tpm  15 tpm makrodrip

10kg II = 2x50 = 100 ml • Infus RL 15 tpm

BB 12 kg = 1100 ml • Inj Paracetamol 150mg k/p

Selisih kenaikan suhu= 40 C-37,5C = 2,5C • Diazepam supp 10mg setiap kejang (di rumah)

Total = (1100 x (2,5 x 12,5% )) + 1100 = • Diazepam IV 0,3-0,5mg/kgBB (datang ke RS masih kejang)

( 1100 x 0,3125 ) + 1100


Total = 1100+343,75=1443,75 ml/hari
Ip. Mx : • anti kejang melalui dubur, langsung bawa anak ke rumah
• Evaluasi Kejang Berulang sakit

Keadaan umum dan tanda-tanda vital • Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya prognosis

Ip. Ex : baik
• Menjelaskan kepada orang tua pasien • Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang

mengenai kondisi kejang pada anak kembali. Saat kejang tetap tenang dan tidak panik. Bila
• Memberitahukan cara penanganan kejang, tidak sadar posisikan kepala miring dan terlentang

meliputi mengendorkan pakaian sekitar • Ukur suhu tubuh, catat lama, bentuk, dan sifat kejang dan

leher, jangan memasukkan benda ke dalam tetap bersama anak saat kejang

mulut, serta memberikan obat


Gizi Baik
IP Tx :
DD :
Anak Laki-laki umur 1 tahun 7 bulan 6 hari, BB
Gizi Lebih
= 12 kg
Gizi Kurang
(60,9 x BB) - 54= (60,9 x 12) - 54 = 676,8 kkal
Terdiri dari :
IP Dx :
Karbohidrat : 60% x 676,8 = 406,08 kkal
S: -
Lemak : 35% x 676,8 = 236,88 kkal
O: -
Protein : 5% x 676,8 = 33,84 kkal
IP Mx IP Ex
• Keadaan umum pasien • Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai
• Pengukuran BB dan TB secara kebutuhan gizi
rutin dan teratur • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
• Asupan makanan
Follow
Up
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Pulang
Tanggal 14 Juni 2023 15 Juni 2023 16 Juni 2023 17 Juni 2023
Keluhan Kejang (+), demam (+), Demam (+), kejang (-), batuk Demam (+), kejang (-), tidak Kejang (-), demam (+),
batuk (+), pilek (+) (+), pilek (+) mau makan, batuk pilek (+) batuk (+), pilek (+)

Keadaan Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis


Umum
TTV 120x/menit 100x/menit 110x/menit 110x/menit
Nadi 40° C 37,6° C 36° C 36° C
Suhu 28x/menit 24x/menit 24x/menit 24x/menit
RR 100% 100% 100% 100%
SpO2
Assesment KDS KDS KDS KDS

Terapi Infus RL 15 tpm Infus RL 15 tpm Infus RL 15 tpm Infus RL 15 tpm


Inj Paracetamol 150mg k/p Oral : Oral : Oral :
Paracetamol 3x5 ml Paracetamol 3x5 ml Paracetamol 3x5 ml
Apialis 1x5 ml Apialis 1x5 ml Apialis 1x5 ml
Tinjauan
Pustaka
Kejang Demam
Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE), kejang
demam merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1
bulan, yang berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan
infeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak
berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya (Arief, 2015).
Menurut Konsensus Penatalaksanaan Kejang demam Ikatan Dokter Anak
Indonesia, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium (Pusponegoro, Widodo dan Ismael, 2006).
Klasifikasi Kejang Demam
Kejang demam simpleks  Kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti
sendiri Kejang bersifat tonik-klonik dan terjadi kurang dari 24
jam. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam kompleks  kejang demam dengan salah satu
gejala, seperti kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial,
serta Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (Pusponegoro,
Widodo dan Ismael, 2006).
Epidemiologi
Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling sering, biasanya
merupakan kejadian tunggal dan tidak berbahaya. Berdasarkan studi populasi,
angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa 2–7%, sedangkan
di Jepang 9–10%. Dua puluh satu persen kejang demam durasinya kurang dari
1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam berlangsungnya demam, dan 22% lebih
dari 24 jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami kejang demam berulang dan
kemudian meningkat menjadi 50% jika kejang pertama terjadi usia kurang dari
1 tahun. Sejumlah 9–35% kejang demam pertama kali adalah kompleks, 25%
kejang demam kompleks tersebut berkembang ke arah epilepsi
Faktor Risiko
Faktor Risiko Kejang Demam Pertama
Riwayat kejang demam pada keluarga, problem disaat neonatus,
perkembangan terlambat, anak dalam perawatan khusus, kadar
natrium serum yang rendah, dan temperatur tubuh yang tinggi
merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam. Bila ada 2
atau lebih faktor risiko, kemungkinan terjadinya kejang demam
sekitar 30%.
Faktor Risiko Kejang
Demam Berulang
Kemungkinan berulangnya kejang demam tergantung faktor
risiko : adanya riwayat kejang demam dalam keluarga, usia
kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang dan
cepatnya kejang setelah demam. Bila seluruh faktor risiko ada,
kemungkinan 80 % terjadi kejang demam berulang. Jika hanya
terdapat satu faktor risiko hanya 10 – 20 % kemungkinan
terjadinya kejang demam berulang.
Faktor Risiko Menjadi
Epilepsi
Risiko epilepsi lebih tinggi dilaporkan pada anak – anak dengan
kelainan perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama, adanya riwayat orang tua atau saudara kandung dengan
epelepsi, dan kejang demam kompleks. Anak yang tanpa faktor
risiko, kemungkinan terjadinya epilepsi sekitar 2% , bila hanya
satu faktor risiko 3% akan menjadi epilepsy, dan kejadian
epilepsi sekitar 13 % jika terdapat 2 atau 3 faktor resiko
Patogenesis
Peningkatan temperatur dalam otak berpengaruh terhadap perubahan letupan aktivitas neuronal. Perubahan
temperatur tersebut menghasilkan sitokin yang merupakan pirogen endogen, jumlah sitokin akan meningkat seiring
kejadian demam dan respons inflamasi akut. Respons terhadap demam biasanya dihubungkan dengan interleukin-1
(IL-1) yang merupakan pirogen endogen atau lipopolisakarida (LPS) dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen
eksogen. LPS menstimulus makrofag yang akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi sitokin tumor necrosis factor-
alpha (TNF-α), IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi sitokin ini
mungkin melalui sel endotelial circumventricular akan menstimulus enzim cyclooxygenase-2 (COX-2) yang akan
mengkatalis konversi asam arakidonat menjadi PGE2 yang kemudian menstimulus pusat termoregulasi di
hipotalamus, sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus.
Pirogen endogen, yakni interleukin 1ß, akan meningkatkan eksitabilitas neuronal (glutamatergic) dan menghambat
GABA-ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini yang menimbulkan kejang
Manifestasi Klinis

Kejang demam dibagi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang
demam kompleks adalah kejang demam dengan lamanya lebih dari 15 menit, kejang fokal / parsial
atau fokal / persial menjadi umum dan berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan
kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umumnya berhenti sendiri, bentuk
kejang umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal
Diagnosis
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan
menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan
kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut
pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan adanya
lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsi. Diperlukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada kejang demam, dapat untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah perifer, elektrolit,
dan gula darah
Pungsi Lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan


kemungkinan meningitis. Pada bayi, sering sulit menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal
dianjurkan pada:

1) Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan


2) Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan
3) Bayi >18 bulan – tidak rutin Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal
Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (electroencephalography/EEG) tidak direkomendasikan


karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan
epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan
kejang demam yang tidak khas, misalnya pada kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal
Pencitraan
MRI diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan CT
scan, namun belum tersedia secara luas di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat
mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik yang bersifat sementara maupun kejang fokal
sekunder. Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed Tomography scan (CT-scan)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
1) Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2) Paresis nervus VI
3) Papiledema
Tatalaksana
Antipiretik

Antipiretik tidak terbukti mengurangi risiko kejang demam, namun para ahli di Indonesia
sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol adalah 10-15
mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, acetylsalicylic acid dapat menyebabkan
sindrom Reye, terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga tidak dianjurkan
Antikonvulsan

Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko berulangnya
kejang pada 30-60% kasus, juga dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 jam
pada suhu >38,50 C. Dosis tersebut dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan sedasi cukup
berat pada 25-39% kasus. Phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam
Pemberian Obat Rumatan
Obat rumatan diberikan hanya jika kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai
berikut:
• Kejang lama dengan durasi >15 menit.
• Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis,
paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, dan hidrosefalus.
• Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:


• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam.
• Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan.
• Kejang demam dengan frekuensi >4 kali per tahun
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai