Anda di halaman 1dari 29

PERTEMUAN KE 15

Pengertian hukum pajak


internasional.
Sumber hukum pajak internasional.
Subjek & objek pajak dalam pajak
internasional.
Pajak ganda dan tax treaty
Pengertian hukum pajak
internasional.
 Hukum Pajak internasional dapat didefinisikan sebagai
kesepakatan antar negara yang memiliki Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda atau yang sering
disebut dengan P3B.
 Ketentuan dasar pajak internasional ini mengacu pada
Konvensi Wina.
 Diberlakukannya persetujuan ini dapat menyebabkan
ketentuan perpajakan yang berlaku di negara tertentu
tidak lagi berlaku bagi penduduk atau organisasi asing,
jika telah disetujui dalam kesepakatan bilateral antar
negara yang bersangkutan.
Lanjutan ……

 Menurut Rochmat Soemitro “Hukum Pajak


Internasional adalah hukum pajak nasional yang
terdiri atas kaidah yang berasal dari traktat
antarnegara dan dari prinsip atau kebiasaan
yang telah diterima baik oleh negara-negara di
dunia”.
 Menurut Adriani “Hukum Pajak Internasional
merupakan hukum pajak nasional yang
mengatur pengenaan pajak terhadap orang
asing”.
Lanjutan …….
 Hukum Pajak Internasional didefinisikan oleh
Prof. Dr. Adriani sebagai suatu kesatuan hukum
yang mengupas suatu persoalan yang diatur
dalam undang-undang nasional mengenai:
 Pemajakan terhadap orang-orang luar negeri
 peraturan-peraturan nasional untuk menghindari
pajak berganda
 traktat-traktat (traktat adalah perjanjian yang dibuat
antara dua negara atau lebih dalam bidang perdata).
Lanjutan …………..
 Perjanjian Internasional di bidang perpajakan adalah suatu perjanjian
dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam hukum
internasional, yang antara lain mengatur pertukaran informasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan, yang meliputi:
 Persetujuan pajak berganda
 Persetujuaan untuk pertukaran informasi berkenaan dengan keperluan
perpajakan
 Konvensi tentang bantuan administratif bersama dibidang perpajakan
 Persetujuan Multilateral antar pejabat yang berwenang untuk pertukaran
informasi rekening keuangan secara otomatis
 Persetujuan Bilateral antar pejabat yang berwenang untuk pertukaran
informasi rekening keuangan secara otomatis
 Persetujuan pemerintah untuk mengimplementasikan undang-undang
kepatuhan perpajakan rekening keuangan asing
 Perjanjian Bilateral dan Multilateral lainnya
Lanjutan …………
 Kebijakan perpajakan internasional bertujuan untuk
memajukan perdagangan antara negara, serta
mendorong laju investasi di tiap-tiap negara.
 Pemerintah berupaya meminimalkan pajak yang
menghambat perdagangan dan invesatasi.
 Salah satu usaha pemerintah untuk meminimalkan
pajak yang dapat menghambat perdagangan dan
invesatasi yaitu dengan melakukan penghindaran
pajak berganda internasional.
Lanjutan ….

 Penghindaran pajak berganda memiliki tujuan


sebagai berikut:
 Tidak terjadi pemajakan ganda yang dapat
memberatkan iklim usaha dunia
 Meningkatkan investasi modal dari luar negeri ke dalam
negeri
 Meningkatkan sumber daya manusia
 Pertukaran informasi untuk mencegah penghindaran
pajak
 Keadilan dalam perpajakan penduduk dari negara yang
terlibat dalam perjanjian
Lanjutan ……..

 Prinsip-Prinsip Dalam Pemajakan


Internasional adalah:
 Netralitas Pasar Domestik, adalah kemanapun kita
berinvestasi, beban pajak yang dibayar adalah sama.
 Netralitas Pasar Internasional, adalah darimanapun
asal investasi, beban pajak yang dibayar adalah sama.
 National Neutrality, Setiap negara mempunyai bagian
pajak atas penghasilan yang sama. Apabila terdapat
pajak luar negeri yang tidak dapat dikreditkan dapat
dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.
Sumber hukum pajak internasional.
 Sumber hukum pajak internasional terdiri dari
 1. Hukum pajak nasional/unilateral yang mengandung unsur
asing.
 Dalam hal ini di ambil contoh dari undang-undang PPh dan undang-
undang PPN, misalnya:
 Pasal 5 undang-undang PPh mengenai bentuk usaha tetap (BUT).
▪ Yang dimaksud dengan bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan
tidak berkedudukan di indonesiaa namun menjalankan usaha atau melakukan
kegiatannya di Indonesia.
 Pasal 26 undang-undang PPh mengenai pembayaran antara lain
berupa dividen, bunga,sewa,royalty,kepada wajib pajak luar negeri
yang dikenakan pajak sebesar 20%
 Pasal 4 undang-undang PPN (undang-undang nomor 18 tahun 2000)
mengenai pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean akan dikenakan PPN sebesar 10%
Lanjutan …..
 2. Traktat.
 Yaitu kaedah hukum yang dibuat menurut perjanjian
antarnegara baik secara bilateral maupun multilateral.
 Perjanjian secara bilateral yang telah dilakukan Indonesia
dengan Negara-negara lain sampai saat ini telah mencatat 49
negara dalam bentuk perjanjian penghindaran pajak
berganda (Tax Treaty).
 Traktat yang dibuat ini yaitu perjanjian pajak dengan negara
lain, untuk:
▪ Menghindari pajak berganda
▪ Mengatur perlakuan fiskal terhadap orang asing.
▪ Mengatur mengenai laba Badan Usaha Tetap(BUT)
▪ Menetapkan tarif duane
Lanjutan ……

 3. Keputusan hakim nasional atau komisi


internasional tentang pajak-pajak
internasional.
 Keputusan hakim nasional maupun komisi
internasional yang memberikan putusan yang
menyangkut adanya unsur internasional
merupakan sumber hukum yang sifatnya
mengikat juga bagi hukum pajak Indonesia.
Subjek & objek pajak dalam pajak
internasional
 Subyek pajak internasional dibagi 2, yaitu:
 1. Subjek pajak dalam negeri yang mendapat penghasilan dari
sumber- sumber di luar negeri.
 Subjek Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang merupakan Warga
Negara Indonesia (WNI) berubah statusnya menjadi Subjek Pajak
luar negeri jika:
 bekerja di luar negeri lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga hari) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan
 dapat menunjukkan salah satu dokumen tanda
pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk
luar negeri yang dapat berupa:
Lanjutan ………

 green card;
 identitiy card;
 student card;
 pengesahan alamat di luar negeri pada paspor oleh
Kantor Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
 surat keterangan dari Kedutaan Besar Republik
Indonesia atau Kantor Perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri; atau
 tertulis resmi di paspor oleh Kantor Imigrasi negara
setempat.
Lanjutan ………
 2. Subjek pajak luar negeri yang mendapat penghasilan dari
sumber- sumber di dalam negeri.
 Yang dimaksud subyek pajak luar negeri adalah:
 a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.
Lanjutan ………..

 b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia.
Lanjutan ……

 Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) orang


pribadi memiliki kewajiban pajak subjektif
dimulai saat orang pribadi:
 menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui BUT, atau
 pada saat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Lanjutan …
 Obyek pajak internasional dibagi 2, yaitu:
 1. Obyek pajak dengan sumber di dalam negeri
 2. Obyek pajak dengan sumber luar negeri.
 Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang PPh, yang
menjadi objek pajak dari suatu BUT, yaitu :
 penghasilan dari usaha atau kegiatan dan dari harta yang dimiliki atau
dikuasai BUT tersebut;
 penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang,
atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan
atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia (force of attraction);
 penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 Undang-Undang PPh
yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan dimaksud (effectively connected).
Pajak ganda dan tax treaty
 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda atau lebih populer
dengan istilah P3B merupakan kebijakan yang tidak asing
di dunia perpajakan.
 Secara global, perjanjian dikenal dengan nama Tax Treaty.
 P3B (Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda) atau yang
biasa disebut sebagai Tax Treaty merupakan perjanjian
pajak antara dua negara yang mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan pembagian hak pemajakan atas
penghasilan yang diperoleh/diterima oleh penduduk dari
salah satu atau kedua pihak negara dengan tujuan untuk
meminimalisir terjadinya pengenaan pajak berganda dan
untuk menarik investasi modal asing ke dalam negeri..
Lanjutan ………
 Perjanjian yang dijalin oleh dua negara ini mengatur
pembagian besarnya pajak penghasilan yang harus
dibayarkan oleh penduduk salah satu ataupun kedua
negara.
 Dengan begitu permasalahan pengenaan pajak
berganda bisa lebih diminimalisir.
 Jadi secara ringkas, Tax Treaty diartikan sebagai
kebijakan dua negara yang berbentuk perjanjian
dimana isinya mengatur tentang pembagian alokasi
pajak dari penghasilan yang timbul dari transaksi di
dua negara tersebut.
Lanjutan …….
 Tujuan Tax Treaty
 1. Menciptakan Kedudukan yang Setara dalam Hal
Perpajakan.
 Setiap negara memiliki aturan sendiri mengenai besarnya pajak
yang dibebankan kepada wajib pajak. Tentunya jika P3B tidak
diterapkan, maka pendapatan pajak yang diterima oleh
masing-masing negara tidaklah sama dan tentunya akan ada
pihak yang dirugikan.
 Sebab itulah Tax Treaty dibuat agar terjadi kesetaraan
pemajakan antar dua negara dengan menjunjung prinsip saling
menguntungkan. Hadirnya kebijakan ini juga tidak membebani
pengusaha karena hanya perlu melakukan pembayaran pajak
satu kali untuk kepentingan dua negara.
Lanjutan …

 2. Mencegah Pemajakan Berganda


 Untuk pelaku usaha yang menjalankan bisnis di
negara A, namun tinggal di negara B, maka tak perlu
membayar pajak di kedua negara tersebut. Tax Treaty
Indonesia misalnya, berisi perjanjian mengenai
kewajiban membayar pajak sekali saja yaitu di negara
domisili.
 Dengan begitu pemajakan berganda bisa dicegah
dan laba usaha yang didapatkan oleh pebisnis tidak
mengalami pengurangan yang besar karena harus
menanggung pajak di kedua negara.
Lanjutan ….
 3. Mendatangkan Modal Dari Luar Negeri
 Perekonomian yang sehat tak hanya didukung oleh modal dari
dalam negeri saja. Semakin banyak pengusaha asing yang mau
menanamkan modal di dalam negeri, akan semakin meningkat pula
kondisi perekonomiannya.
 Salah satu hal yang ditakutkan oleh pengusaha asing adalah
tingginya beban pajak yang harus dibayarkan. Terlebih mereka juga
harus membayar pajak di negara asal. Namun dengan hadirnya Tax
Treaty, permasalahan tersebut akan terselesaikan.
 Berdasarkan perjanjian yang dibuat antara negara asal dan negara
sumber penghasilan, maka pengusaha asing hanya perlu melakukan
pembayaran pajak sekali saja. Adapun besarnya beban pajak yang
harus dibayarkan bergantung pada kesepakatan antar dua negara
tersebut.
Lanjutan ……
 4. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia.
 Tak hanya pengusaha saja yang menjalankan aktivitas di luar negeri
untuk kepentingan bisnis. Banyak juga mahasiswa yang melanjutkan
pendidikannya di negara lain. Selain itu tak sedikit pula karyawan
yang mengadu nasib di negeri orang.
 Jika harus dibebani oleh kewajiban pajak, baik mahasiswa maupun
pekerja luar negeri tidak akan fokus pada kegiatan mereka. Jadi
pemerintah sepakat melalui kebijakan P3B untuk membebaskan pajak
atau hanya membayar kewajiban pajak di salah satu negara.
 Dengan begitu mahasiswa, pekerja, maupun pengusaha yang
menjalankan kegiatannya di luar negeri akan lebih fokus dengan
tujuan utama mereka. Langkah ini akan semakin memudahkan usaha
dalam meningkatkan kualitas SDM agar bisa turut andil dalam
memajukan perekonomian dalam negeri.
Lanjutan ……
 5. Mencegah Pengelakan Pajak
 Salah satu cara untuk mencegah pengelakan pajak oleh warga negara
asing adalah dengan melakukan pertukaran informasi. Dua negara
yang terikat perjanjian Tax Treaty bisa melakukan pertukaran info
mengenai penghasilan yang didapatkan dari negara sumber.
 Hasil data tersebut kemudian akan dilakukan perhitungan kembali
dan dijadikan laporan pajak akhir tahun. Peran aktif kedua negara
sangat diperlukan agar pengusaha yang berusaha mengelak dari
kewajiban pajak bisa segera diketahui.
 Pengelakan pajak menjadi salah satu masalah rumit karena untuk
mengetahui jumlah penghasilan yang didapatkan oleh penduduk
asing diperlukan keterbukaan antar keduanya. Dengan begitu tak ada
satu negara yang merasa dirugikan karena perhitungan beban pajak
sesuai dengan data yang faktual.
Prosedur Penerapan Tax Treaty
 Adapun tahapan penerapan perjanjian Tax Treaty diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Melakukan pengecekan apakah subjek pajak, objek pajak, negara,
dan peraturan P3B yang akan dibahas sesuai dengan ruang lingkup
penghindaran pajak bagi subjek pajak tersebut.
▪ Tentunya tidak semua subjek pajak bisa dikenai kebijakan P3B, hanya yang
memenuhi ketentuan saja.
 Menganalisa jenis penghasilan yang dibahas apakah akan
dimasukkan kedalam ketentuan P3B atau substantif pasal yang tepat.
▪ Penghasilan yang dibebaskan dari pajak harus memenuhi kriteria tertentu
sesuai dengan perjanjian kedua negara.
 Menentukan negara yang akan menerima hak perpajakan
berdasarkan pada pasal substantif yang dikenakan pada penghasilan
tersebut.
Lanjutan …

 Menghilangkan beban pajak berganda jika dalam


pasal substantif yang digunakan tersebut
menyebutkan bila masing-masing mendapatkan hak
perpajakan.
▪ Dalam hal ini negara domisili diwajibkan memberikan
keringanan pajak melalui metode kredit maupun metode
pembebasan.
 Apabila masih terdapat perbedaan dan belum
mencapai kata sepakat antar kedua negara.
▪ Maka tahapan terakhir yang akan diterapkan adalah dengan
menyelesaikan masalah perpajakan berganda melalui
kesepakatan bersama.
Lanjutan ….

 Inti dari penerapan Tax Treaty adalah harus


saling menguntungkan baik bagi negara
sumber penghasilan maupun negara domisili.
 Wajib pajak akan dikenai kebijakan P3B
dimana hanya dikenai kewajiban membayar
pajak di salah satu negara sesuai dengan
kesepakatan yang disetujui.
Syarat Memanfaatkan Tax Treaty

 Penerima Penghasilan Bukan Subjek Pajak


Dalam Negeri.
 Terdapat Perbedaan Antara Aturan yang Ada
pada UU PPh dengan P3B.
 Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) Menyertakan
Surat Keterangan Domisili yang Sudah
Memenuhi Persyaratan Administratif.
 Tidak Terdapat Penyalahgunaan P3B
 Penerima Penghasilan Merupakan Pemilik
Manfaat
Post Test

 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tax Treaty


serta sebujtkan syaratmemanfaatkan Tax Treaty!
 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum
pajak internasional serta mengapa timbul hukum
pajak internasional!
 3. Sebut dan jelaskan siapa yang menjadi subyek
dan ob yek pajak internasional!
 4. Jelaskan tujuan dari Tax Treaty!
 5. Jelaskan sumber hukum dari pajak
internasional!

Anda mungkin juga menyukai