Anda di halaman 1dari 39

BST

Neoplasma Kelenjar Liur


Pembimbing:
dr. , Sp.B

DISUSUN OLEH: KELOMPOK T2


MOHD HATIMUL MUQSIT BIN ZULFAKRI ABDULLAH (21013121)
ATHIRAH SYAHIRAH SARAGIH (210131029)
RIZKA ARIEF PUTERI MADINA NASUTION (210131062)
VARIAN ANDREW HARTONO (210131101)
USWAH UTAMI (210131118)
Anatomi
Kelenjar Liur
Kelenjar Parotis

Kelenjar Liur Kelenjar Submandibula

Kelenjar Sublingual

Drake, Vogl, and Mitchell. (2020). Gray’s Anatomy For Students Foruth Edition. Elsevier: Philadelphia, PA
Kelenjar Parotis

 Tersusun oleh
○ Posterior : M. Sternocleidomastoideus
○ Anterior : Ramus mandibula, M.
Masseter
○ Superior : Meatus akustikus eksterna
dan aspek posterior arkus zigomatik.
○ Inferior : Border inferior dari mandibula
 Sekresi melalui Duktus Stensen.

Drake, Vogl, and Mitchell. (2020). Gray’s Anatomy For Students Foruth Edition. Elsevier: Ph
Kelenjar Submandibula
 Terletak di dalam bagian anterior submandibular triangle
○ Superiorly: Mandibula inferior
○ Anteriorly: Anterior belly of the digastric muscle.
○ Posteriorly: Posterior belly of the digastric muscle.

Drake, Vogl, and Mitchell. (2020). Gray’s Anatomy For Students Foruth Edition. Elsevier: Philadelphia, PA
Kelenjar Sublingual
 Berbentuk almond. Terletak pada lantai rongga mulut, lateral dari
Submandibula, medial oleh M. Genioglossus.
 Sekresi ke Duktus Minor Sublingual (Rivinus)
 Vaskularisasi : A. Sublingual & A. Submental | V. Sublingual & V. Subm
 Innervasi : Otonom (CNVII, sama seperti submandibular)

Drake, Vogl, and Mitchell. (2020). Gray’s Anatomy For Students Foruth Edition. Elsevier: Philadelphia, PA
Neoplasma
Kelenjar Liur
Definisi
 Neoplasma yang muncul di kelenjar ludah relatif jarang, namun mereka
mewakili berbagai subtipe histologis jinak dan ganas
Epidemiologi

 Insidensi bervariasi dari 0,4 – 13,5 kasus per 100.000 populasi.


 Dari seluruh tumor kepala dan leher, tumor kelenjar liur persentasenya kurang dari 3%.
 Pasien dengan lesi ganas biasanya muncul setelah usia 60 tahun, sedangkan lesi jinak biasanya muncul
saat usia lebih dari 40 tahun
 Wanita lebih sering daripada laki-laki.
 Tumor jinak kelenjar liur yang paling sering pada orang dewasa adalah pleomorfik adenoma
 Tumor jinak pada anak-anak yang paling sering adalah hemangioma
 Neoplasma kelenjar ludah yang paling sering terjadi pada anak -> Karsinoma mukoepidermoid
 80% muncul di kelenjar parotis, 10-15% muncul di kelenjar submandibular, dan sisanya muncul di
kelenjar sublingual dan kelenjar ludah minor.
Etiologi

 Teori sel induk biseluler

Tumorr muncul dari 1 dari 1 dari 2 sel induk yang tidak berdiferensiasi

Sel punca ekskretoris menimbulkan karsinoma sel skuamosa dan mukoepidermoid

Sel punca interkalasi menimbulkan adenoma pleomorfik, onkositoma, karsinoma kistik adenoid,
adenokarsinoma, dan karsinoma sel asinik
 Teori multiseluler

Setiap jenis tumor dikaitkan dengan sel asal yang berdiferensiasi spesifik di dalam unit kelenjar ludah

Karsinoma sel skuamosa muncul dari sel duktus ekskretoris

Adenoma pleomorfik muncul dari sel duktuks interkalasi

Onkositoma muncul dari sel duktus lurik

Karsinoma sel asinik muncul dari sel asinar


Faktor Risiko

 Riwayat paparan radiasi seperti yang dilaporkan setelah bom Hiroshima dan Nagasaki. 3,5x dan 11x
 Riwayat radioterapi dihubungkan dengan peningkatan risiko tumor ganas kelenjar liur.
 Iodine 131 yang digunakan untuk terapi tumor tiroid dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor ganas
kelenjar liur karena isotop juga terkonsentrasi di kelenjar liur.
 Paparan radiasi ultraviolet selain paparan radiasi pada pemeriksaan radiologi yang rutin untuk gigi
 Virus Epstein-Barr
 Tembakau dan alkohol, yang sangat terkait dengan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher, belum
terbukti berperan dalam perkembangan keganasan kelenjar ludah. Namun, merokok papiler
cystadenoma lymphomatosum
WHO Classificaiton of Tumors of Salivary
Glands
Stratifikasi Risiko
Stadium Klinis
(AJCC 8th Ed 2018)
Pengelompokan Stadium
Diagnosis
Tumor Kelenjar Liur Mayor

 Terdapat perbedaan gejala pada beberapa faktor


 40% pertumbuhan lambat pada usia muda (< 40 tahun) dan
asimtomatis, tetapi bisa menimbulkan nyeri/masalah saraf
 40% pertumbuhan agresif (pada orang tua) dan menyebabkan
kelumpuhan wajah ketika massa berkembang (menyatakan keganasan)

Ellis GL, Auclair PL, editors. Tumors of the salivary glands. AFIP atlas of tumor pathology, 4th series, fascicle 9. Silver Spring, MD: ARP Press; 2008.
Hocwald E, Yoo GH, Adsay V, et al. Prognostic factors in major salivary gland cancer. Laryngoscope 2001;111:1434–9
Tumor Kelenjar Liur Mayor

 Beberapa indikator ketika terjadi tumor kelenjar ludah ganas adalah


pertumbuhan yang cepat, nyeri, keterlibatan saraf wajah, dan adenopati serviks
 Jika kelumpuhan wajah, sebagian/total, terjadi merupakan tanda dari kanker
parotis secara lokal, selain adanya kepenuhan parafiring atau palatamnya,
trismus, ulserasi kulit, dan fistula pada stadium lanjut
 Walaupun begitu, asimtomatik tidak mengecualikan suatu keganasan

Hocwald E, Yoo GH, Adsay V, et al. Prognostic factors in major salivary gland cancer. Laryngoscope 2001;111:1434–9.
Lima RA, Tavares MR, Dias FL, et al. Clinical prognostic factors in malignant parotid gland tumors. Otolaryngol Head Neck Surg 2005;133:702–8.
Tumor Kelenjar Liur Minor

 Terdapat 450-750 kelenjar liur minor di kepala dan leher, akan bersifat ganas
ketika muncul di lokasi ini, walaupun tergantung tempat terjadinya
 Pada langit-langit memiliki kecepatan sama dengan kelenjar submandibular,
yaitu 40-60%. Ketika berpindah ke dasar mulut dan kelenjar sublingual,
insidennya 90%

Hocwald E, Yoo GH, Adsay V, et al. Prognostic factors in major salivary gland cancer. Laryngoscope 2001;111:1434–9.
Waldron CA, el-Mofty SK, Gnepp DR. Tumors of the intraoral minor salivary glands: a demographic and histologic study of 426 cases. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1988;66:323–33.
Lopes MA, Kowalski LP, da Cunha SG, Paes de AO. A clinicopathologic study of 196 intraoral minor salivary gland tumours. J Oral Pathol Med 1999;28:264–7.
Tumor Kelenjar Liur Minor

 Tumor kelenjar ludah minor tersebar aerodigestive bagian atas, di langit mulut,
sinus paranasal dan rongga hidung, lidah, dasar mulut, gingiva, faring, laring
dan trakea sehingga lebih 50% adalah intraoral dan menyebabkan
pembengkakan submucosa asimtomatik
 Jika terjadi di laring/trakea menyebabkan suara serak, perubahan suara, atau
sesak

Ellis GL, Auclair PL, editors. Tumors of the salivary glands. AFIP atlas of tumor pathology, 4th series, fascicle 9. Silver Spring, MD: ARP Press; 2008.
Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi  Menilai fungsi nervus fasialis


• Mulut simetris/asimetris (tertarik)
• Wajah simetris/asimetris

• Menyernyitkan dahi
• Tampak benjolan di salah satu/ kedua
pipi • Mengangkat kening

• Keadaan papilla ada aliran saliva atau • Menutup mata


tidak
• Bersiul dan menggembungkan kedua pipi
Pemeriksaan Fisik

Palpasi, palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran


atau tidak , apakah ada nyeri tekan atau tidak.
 Konsistensi : keras, kenyal, lunak/fluktuasi.
 Permukaan : licin rata, berbenjol-benjol.
 Mobilitas : dapat digerakkan, terfikser jaringan sekitarnya.
 Batas : tegas/tidak tegas.
 Nyeri : ada/tidak ada.
 Ukuran : dinyatakan diameter terbesar dalam cm.
Pemeriksaan Penunjang

 Ultrasonografi (USG), adalah pemeriksaan biaya rendah dengan


sensitivitas tinggi (hamper 100% seperti CT) dan indikasi pra-operasi;
baik membedakan lesi intraglandular dari ekstraglandular
 CT/MRI, MRI direkomendasi untuk antarmuka tumor dan jaringan
sekitar dalam perencanaan bedah pada tymor lebih besar (> 4cm)
 Bone scan/USG Abdomen, menilai metastasis jauh
Pemeriksaan Patologi

 Dilakukannya biopsy ketika pembedahan destruktif dipertimbangkan


 Diperlukan hampir 90% dokter mempertimbangkan jinak ganasnya tumor
selain dibantu dengan fine needle aspiration cytology (FNAC)
 Senstivitas dan spesifisitas FNAC berkisar 87-96% tergantung cara
pengambilan dan pemeriksaannya, serta pemeriksaan yang tidak mahal dan
sederhana dilakukan

Renehan A, Gleave EN, Hancock BD, Smith P, McGurk M. Longterm follow-up of over 1000 patients with salivary gland tumours treated in a single centre. Br J Surg 1996;83:1750–4.
Gal R. Fine needle aspiration of the salivary glands: a review. Oper Tech Otolaryngol Head Neck Surg 1996;7:323–6.
Riley N, Allison R, Stevenson S. Fine-needle aspiration cytology in parotid masses: our experience in Canterbury, New Zealand. ANZ J Surg 2005;75:144–6.
Pemeriksaan Patologi

 FNAC diperlukan untuk diagnosis patologis yang berujung pada strategi terapi.
 Selain itu dianjurkan jika tidak dicurigainya tumor saliva, seperti TB, limfoma,
pembesaran KGB pada pasien penyakit sel T autoimun.
 Pada anak-anak dengan tumor inflamasi dan kista jinak merupakan penyebab
utama pembesaran kelenjar ludah di submandibula

Renehan A, Gleave EN, Hancock BD, Smith P, McGurk M. Longterm follow-up of over 1000 patients with salivary gland tumours treated in a single centre. Br J Surg 1996;83:1750–4.
Gal R. Fine needle aspiration of the salivary glands: a review. Oper Tech Otolaryngol Head Neck Surg 1996;7:323–6.
Riley N, Allison R, Stevenson S. Fine-needle aspiration cytology in parotid masses: our experience in Canterbury, New Zealand. ANZ J Surg 2005;75:144–6.
Pemeriksaan Patologi

 Biopsi terbuka tidak dianjurkan karena berisiko metastasis


 Eksisi dapat dilakukan pada massa kecil di kelenjar ludah minor
(langit-langit, lidah), kecuali eksisi terkahir terbukti ganas
 Cryotherapy masih kontroversi karena positif palus 1,1% dan negatif
palsu 2,6%, serta lebih akurat pada tumor jinak (98,7%) banding ganas
(85,9%)

Renehan A, Gleave EN, Hancock BD, Smith P, McGurk M. Longterm follow-up of over 1000 patients with salivary gland tumours treated in a single centre. Br J Surg 1996;83:1750–4.
Gal R. Fine needle aspiration of the salivary glands: a review. Oper Tech Otolaryngol Head Neck Surg 1996;7:323–6.
Riley N, Allison R, Stevenson S. Fine-needle aspiration cytology in parotid masses: our experience in Canterbury, New Zealand. ANZ J Surg 2005;75:144–6.
Staging
Klasifikasi TNM
 Primary Tumor (T)
 Tx  Tumor primer tidak dapat dinilai
 T0  Tidak terdapat bukti adanya tumor primer
 T1  Ukuran dimensi terbesar tumor primer < 2cm tanpa ekstensi ekstra parenkim
 T2  Ukuran dimensi terbesar tumor primer 2-4 cm tanpa ekstensi ekstra parenkim
 T3  Ukuran dimensi terbesar tumor primer >4 cm tanpa ekstensi ekstra parenkim
 T4a  Tumor menginvasi kulit, mandibula, liang telinga/nervus fasialis
 T4b  Tumor menginvasi dasar tengkorak & / pterygoid plater & / arteri karotis
Klasifikasi TNM

 Regional Lymph Nodes (N)


 Nx  KGB regional tidak dapat dinilai
 N0  Tidak terdapat bukti adanya KGB regional
 N1  Metastasis pada 1 buah KGB regional sisi ipsilateral dengan ukuran dimensi terbesarnya <
3cm
 N2a  Metastasis pada 1 buah KGB regional sisi ipsilateral dengan ukuran dimensi terbesarnya 3
6cm
 N2b  Metastasis pada 1 buah KGB regional sisi ipsilateral dengan ukuran dimensi terbesarnya >
6cm
UICC. UICC (International Union Against Cancer). In: Sobin LH, Wittekind Ch, editors. TNM classification of malignant tumours. 6 th ed. New York, Chichester,
Klasifikasi TNM

 Distant Metastase (M)


 Mx  Metastasis jauh sulit dinilai
 M0  Tidak terdapat metastasis jauh
 M1  Terdapat metastasis jauh

UICC. UICC (International Union Against Cancer). In: Sobin LH, Wittekind Ch, editors. TNM classification of malignant tumours. 6 th ed. New York, Chichester,
Weinheim, Brisbane, Singapore, Toronto Wiley-Liss; 2002.
Staging
STADIUM T N M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
T3 N0 M0
T1 N1 M0
III
T2 N1 M0
T3 N1 M0
T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
IVA
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
T4b N0-N3 M0
IVB
T1-4 N3 M0
IVC T1-4 N0-N3 M1
Tatalaksana
Kemoterapi

 Secara umum, neoplasma kelenjar liur berespon buruk terhadap kemoterapi, d


kemoterapi ajuvan saat ini hanya diindikasikan untuk paliatif.
 Agen berbasis doxorubicin dan platinum sering digunakan.
 Agen berbasis platinum menginduksi apoptosis
 Agen berbasis doxorubicin mempromosikan cell arrest.

Salivary gland neoplasms treatment & management [Internet]. Medscape.com. 2021 [cited 2021 Nov 24]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/852373-treatment
Radioterapi

 Jarang menjadi modalitas pengobatan definitif untuk neoplasma kelenjar liur


 Digunakan sendiri biasanya untuk tumor yang dianggap tidak dapat direseksi.
 Gamma-knife stereotactic radiosurgery dan brachytherapy merupakan teknik baru yang
cukup efektif.

Salivary gland neoplasms treatment & management [Internet]. Medscape.com. 2021 [cited 2021 Nov 24]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/852373-treatment
Pembedahan

 Terapi utama tumor ganas kelenjar liur.


 sering dikombinasikan dengan terapi radiasi pasca operasi
 Luasnya operasi didasarkan pada ukuran tumor, ekstensi lokal, dan metastasis leher.
 Terapi radiasi ajuvan pasca operasi direkomendasikan untuk keganasan tingkat tinggi d
kanker stadium tinggi.

Salivary gland neoplasms treatment & management [Internet]. Medscape.com. 2021 [cited 2021 Nov 24]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/852373-treatment
Komplikasi

 Facial nerve injury


 Hematoma
 Fistula salivary atau sialokel
 Frey syndrome or gustatory sweating
 Sensorineural hearing loss

Salivary gland neoplasms treatment & management [Internet]. Medscape.com. 2021 [cited 2021 Nov 24]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/852373-treatment
Prognosis

 Tumor kelenjar liur ganas stadium awal tingkat rendah biasanya dapat disembuhkan
dengan reseksi bedah yang memadai.
 Prognosis lebih baik bila tumor berada di kelenjar liur utama.
 Tumor besar atau tumor tingkat tinggi membawa prognosis yang lebih buruk.

Salivary gland cancer. National cancer institute(2015) http://www.cancer.gov/types/head-and-neck/hp/salivary-gland-treatment-pdq#link/_413_to


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai