Anda di halaman 1dari 13

Tahapan terbentuknya

kelompok
Fakultas Psikologi
Kelompok terapi psikologi
• a form of psychotherapy in which a group of patients meet to describe
and discuss their problems together under the supervision of a
therapist.
• suatu bentuk intervensi psikologi dalam model kelompok, dimana
anggotanya adalah para klien yang memiliki tujuan untuk
mendiskusikan dan berbagi pengalaman terkait permasalahan
psikologis yang dihadapi dibawah supervise seorang terapis
Ciri-ciri kelompok secara umum
• Terdapat motif-motif yang sama atau tujuan spesifik yang sama
• Ada struktur dan pembagian peran yang jelas
• Ada norma dan aturan bersama yang disepakati
• Kohesivitas kelompok
• Adanya hubungan timbal balik antar anggota.
• Adanya kesadaran bahwa kita termasuk bagian dari kelompok yang
bersangkutan.
• Adanya suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok.
• Memiliki struktur, kaidah dan pola perilaku yang sama.
• Mempunyai sistem dan berproses
Pre-group planning
• Menentukan tujuan intervensi kelompok atau tema permasalahan
• Melakukan analisis permasalahan
• Menyusun modul beserta materi intervensi berdasarkan hasil analisis
• Menentukan kriteria peserta sesuai hasil analisis
• Rekrutmen peserta
• Menyusun aturan main dalam kelompok dan etika
• Briefing para peserta
• Pelaksanaan
Empat tahapan terbentuknya kelompok
• Forming,
• Storming,
• Norming,
• Performing

(Tuckman,1965)
Forming
• Tahapan paling awal dalam pembentukan kelompok, termasuk semua aktivitas
sebelum pembentukan, misalnya rekrutmen partisipan.
• Semua peserta memiliki kepentingan/harapan yang berbeda-beda atas kelompok,
namun disisi lain,
• Para peserta dihadapkan pada hambatan psikologis seperti keraguan apakah
kelompok ini dapat memenuhi harapan atas permasalahan yang dihadapi,
• Para peserta merasa malu dan terasing dengan orang-orang yang baru dikenal,
khawatir tidak diterima dan dihargai hingga kecemasan
• Dinamika kelompok menjadi sangat formal dan normatif, konselor kelompok menjadi
sangat aktif dan banyak berperan menggerakkan diskusi
• Konselor harus mampu mencairkan suasana dan membangun kenyamanan serta
kepercayaan para partisipan, bahwa mereka akan aman, diterima dan dihargai.
• Konselor perlu mengingatkan kembali dan meyakinkan peserta akan tujuan bersama
yang hendak dicapai dalam kelompok ini
Storming
• Ketika para peserta masih merasa asing dengan suasana yang baru di
kelompok, maka mereka akan berusaha mengatasi keraguan, kecemasan
dan emosi negatif lain yang muncul, namun disisi lain ingin harapannya
atas kelompok terpenuhi
• Peserta akan menunjukkan resistensi atas emosi negatif yang dirasakan
dengan bermacam cara misalnya dengan diam, berkenalan,atau
berusaha mendominasi, yang terkadang memunculkan perbedaan
pendapat dan konflik
• Terbentuk koalisi, polarisasi, ketidaksetujuan, kritik,
• Para partisipan berusaha beradaptasi dan saling menyesuaikan, tak
terkecuali konselor sebagai leader.
• Pada tahap ini sering terjadi conflict & chaos
Norming
• Peserta sudah mulai mampu beradaptasi dan menyesuaikan satu
dengan yang lain
• Muncul kesepakatan tak tertulis tentang bagaimana harus bersikap
dan berperilaku di dalam kelompok
• Kultur kelompok mulai terbentuk dan diikuti oleh semua partisipan
• Para peserta mulai merasa aman dan saling mempercayai
• Kohesivitas mulai terbentuk dan menguat
Performing
• Kelompok mulai menunjukkan aktivitasnya yang nyata, yaitu sebagai
kelompok terapeutik
• Ruang katarsis terbentuk sehingga para peserta merasa aman dan
nyaman menceritakan pengalaman dan perasaannya
• Problem solving, inisiatif, saling kerjasamana
• Diskusi yang terjadi sangat produktif. Para peserta menceritakan
pengalaman personalnya
• Para partisipan mulai merasa memiliki kelompok dan turut mengambil
tanggung jawab aktif dalam mencapai tujuan dibentuknya intervensi
kelompok
Semakin kohesif suatu kelompk, maka semakin produktif
Karakteristik kelompok terapeutik yang
efektif
• Para partisipan menunjukkan komitmen untuk mendapatkan
pemahaman baru atas permasalahan yang mereka hadapi melalui
interaksi kelompok
• Para partisipan saling memberikan dukungan satu sama lain, ct: saling
mengomentari secara positif, saling berbagi pengalaman, saling
menunjukkan sikap penerimaan dan menghargai perbedaan
• Munculnya tanggung jawab peserta atas keberlangsungan kelompok
• Interaksi antar partisipan semakin direktif sehingga mengurangi
ketergantungan dengan konselor/fasilitator
(Corey & Corey, 2002)

Anda mungkin juga menyukai