Anda di halaman 1dari 52

MATERI INDUSTRI

PEMBAGIAN RUANG PRODUKSI

Non operasional operasional


Kelas Jumlah maksimal partikel/m3 yang diperbolehkan
≥ 0,5 µm ≥ 5µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 3.520 2.900
C 352.000 2.900 352.000 29.000
Tidak Tidak
D 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Tidak Tidak
E 3.520.000 29.000
ditetapkan ditetapkan
Ventilasi
Kelas Kelmbaban
Sebutan Suhu (oC) Efisiensi saringan udara akhir Ket.
Nisbi (%)
- Pengolahan dan pengisian aseptis
- Pengisian salep mata steril
A Di bawah LAF 16-25 45-55 H14 (99,995%)
- Pengisian bubuk steril
- Pengisian suspensi steril
Lingkungan latar belakang zona kelas A untuk
B Ruang steril 16-25 45-55 H14 (99,995%)
pengolahan dan pengisian aseptis
- Pembuatan larutan bila ada risiko
diluar kebiasaan
- Pengisian produk yang akan
mengalami sterilisasi akhir
C Ruang steril 16-25 45-55 H13 (99,95%)
- Pembuatan larutan yang akan
disaring kemudian pengisian
secara aseptis dilakukan di kelas A
dengan latar belakang kelas B
F8 (75%) atau 90%
Bila menggunakan sistem
single pass (100% fresh air)
D Bersih 20-27 40-60 H13 (99,95%) Pembuatan obat non steril
Bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up
air (10-20% fresh air)
F8 (75%) atau 90%
Bila menggunakan sistem single
pass (100% fresh air)
Ruang pengolahan dan pengemasan primer
Umum 20-27 Maks. 70 obat nonsteril, pembuatan salep kecuali salep
H13 (99,95%)
mata
Bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up
air (10-20% fresh air)
E
F8 (75%) atau 90%
Bila menggunakan sistem single
pass (100% fresh air)

khusus 20-27 Maks. 40 Pengolahan bahan higroskopis


H13 (99,95%)
Bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up
air (10-20% fresh air)
Perubahan CPOB 2012  2018
CPOB 2012 CPOB 2018
1. Manajemen mutu 1. Sistem mutu industri farmasi
2. Personalia 2. Personalia
3. Bangunan dan Fasilitas 3. Bangunan-fasilitas
4. Peralatan 4. Peralatan
5. Sanitasi dan Higiene 5. PRODUKSI
6. Produksi 6. Cara penyimpanan dan pengiriman obat
7. Pengawasan mutu yang baik
8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit & 7. Pengawasan mutu
persetujuan pemasok
8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit &
9. Penanganan keluhan terhadap produk dan
persetujuan pemasok
penarikan kembali produk
10. Dokumentasi 9. Keluhan dan penarikan produk
11. Pembuatan dan analisis berdasarkan 10. Dokumentasi
kontrak 11. Kegiatan alih daya
12. Kualifikasi dan validasi 12. Kualifikasi dan validasi
Perubahan pada CPOB 2012  2018
• Peleburan bab sanitasi dan higiene ke dalam
bab personalia dan bangunan-fasilitas.
• Perubahan aneks pembuatan gas medicinal,
pembuatan obat uji klinik, sistem
komputerisasi, dan uji pelulusan real time dan
pelulusan parametris.
• Aneks cara penyimpanan dan pengiriman obat
yang baik menjadi bab.
KUALIFIKASI

Spesifikasi
KD KI KO KK
Kebutuhan
(Kualifikasi FAT/SAT (Kualifikasi (Kualifikasi (Kualifikasi
Pengguna
Desain) Instalasi) Operasional) Kinerja)
(SKP)
VALIDASI
1. Validasi Proses

2. Validasi Metode Analisis

3. Validasi Pembersihan

4. Verifikasi Transportasi (Baru)

5. Verifikasi Pengemasan (Baru)

6. Kualifikasi Sarana Penunjang (Baru)


1. Validasi Proses 2012
• Validasi prospektif adalah validasi proses yang
dilakukan sebelum produk dipasarkan (produk
baru)
• Validasi konkuren adalah validasi yang
dilakukan selama proses produksi rutin
dilakukan.
• Validasi retrospektif adalah validasi terhadap
proses yang sudah berjalan.
1. Validasi Proses 2018
• Validasi Awal dari proses Proses baru
• Validasi bila terjadi perubahan proses
• Transfer lokasi pembuatan
• Verifikasi Proses On-Going

• Terdapat 4 pendekatan validasi proses:


a. Validasi dengan Pendekatan Konkuren
b. Validasi dengan Pendekatan Tradisional
c. Validasi dengan Pendekatan Kontinu
d. Validasi dengan Pendekatan Hibrida
a. Validasi Proses Konkuren
• Validasi yang dilakukan dalam kondisi di luar
kebiasaan, ketika ada rasio manfaat-risiko yang
besar bagi pasien, sehingga dimungkinkan
untuk tidak menyelesaikan program validasi
sebelum produksi rutin dilaksanakan.
• Keputusan untuk melakukan validasi konkuren
harus dijustifikasi dan disetujui oleh Badan POM
serta didokumentasikan secara jelas dalam RIV
dan disetujui oleh Kepala Pemastian Mutu.
b. Validasi Proses Tradisional
• Validasi yang dilakukan terhadap sejumlah
bets produk yang diproduksi dalam kondisi
rutin untuk memastikan reprodusibilitas. Pada
umumnya minimal 3 bets produksi berturut-
turut dalam kondisi rutin.
c. Validasi Proses Kontinu
• Validasi yang dilakukan terhadap produk yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan
Quality by Design (QbD), selama proses
pengembangan telah ditetapkan secara ilmiah,
strategi pengendalian, yang memberikan
tingkat kepastian mutu produk yang tinggi.
d. Pendekatan Hibrida
• Validasi yang dilakukan dengan pendekatan
hibrida (Tandem/Gabungan) dari pendekatan
tradisional dan verifikasi proses kontinu.
Pendekatan ini dapat digunakan bilamana
sudah diperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang tinggi mengenai produk dan
proses yang diperoleh dari pengalaman
pembuatan dan data riwayat bets.
2. Validasi Metode Analisis
• Validasi metode analisis mempunyai tujuan
untuk mengetahui bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya. Metode analisa
yang divalidasi antara lain: uji identifikasi,
penetapan kadar, dan uji impuritas.
Parameter Validasi
Parameter Syarat
Akurat Recovery 98-102%
Presisi RSD < 2%
- Keberulangan
(repeatability)
- Presisi antara
- Reprodusibilitas
Spesifisitas
LOD Konsentrasi terendah yang dapat
dideteksi
LOQ Konsentrasi terendah yang dapat
dikuantifikasi
Linearitas
Rentang
3. Validasi Pembersihan
• Faktor-faktor pertimbangan dalam pembersihan alat
adalah Kelarutan, Potensi/dosis, Toksisitas, Batch size,
Jumlah zat aktif dalam produk, dan Warna
• Metode pengambilan sampel:
a. Pengambilan sampel residu produk : Cara apus
(swab) dan Cara bilasan akhir (rinse sample)
b. Pengambilan sampel sisa deterjen dengan cara
pembilasan
c. Pengambilan sampel mikrobiologi: Contact plate,
Cara apus (swab), Bilasan sampel (rinse sample)
4. Verifikasi Transportasi
• Ruang lingkup: Obat jadi, obat uji klinik, produk
ruahan dan sampel.
• Sasaran mutu: diangkut sesuai kondisi yang ditentukan
dalam izin edar, label yang disetujui, spesifikasi produk
atau yang dapat dijustifikasi oleh produsen
• Faktor penting: jalur transportasi, variasi musim dan
variasi lain.
• Penilaian risiko: penundaan transportasi, kegagalan
perangkat pemantau, penambahan nitrogen cair,
kerentanan produk dan faktor lain yang relevan.
5. Validasi pengemasan
• Bertujuan untuk membuktikan bahwa variasi
pada parameter peralatan selama proses
pengemasan primer tidak berdampak signifikan
dan fungsi kemasan yang benar, misal strip,
blister, sachet, dan bahan pengemasa steril.
• Peralatan pengemas primer dan sekunder produk
jadi dan produk ruahan hendaklah dikualifikasi.
• Parameter kritis: suhu, kecepatan mesin, tekanan
penyegelan, dll.
6. Kualifikasi sarana penunjang
• Konfirmasi mutu dari uap air, air, udara, gas,
dan lain-lain dikonfirmasi setelah proses
instalasi.
• Periode dan luas kualifikasi hendaklah
mencerminkan variasi musim, jika ada, dan
tujuan penggunaan sarana penunjang.
Uji Disolusi
• 1 : Basket/ keranjang
• 2 : paddle/ Dayung
Biopharmaceutics Classification System
(BCS)
I II
P RLS: gastric emptying RLS : dissolution
E But when dissolution rate> gastric Ex: ketoprofen, naproxen,
R emptying , dissolution is not likely to carbamazepin
M be RLS.
Ex: verapamil, propanolol,
E metoprolol
A
B
I III IV
RLS : permeability RLS : various factor
L Ex : ranitidine, cimetidine, atenolol Ex : furosemide, hydrochlorthiazide
I
T
y

DISSOLUTION
Prinsip Uji Disolusi Terbanding

 Dua atau lebih produk atau batch yang mengandung Active


pharmaceutical Ingredient/API (Bahan Aktif Farmasi /BAF) yang sama
dibanding
 Kekuatan produk / batch bisa sama atau bisa tidak sama (tergantung
tujuan pengujian)
 Kondisi disolusi harus sama , seperti ;
Alat, media, volume, kecepatan putaran & suhu.
Perkecil kemungkinan perbedaan kondisi percobaan
 Pengambilan sampel pada titik waktu yang sama dan (data profil
disolusi) dibandingkan
 Perhitungan: Koreksi perubahan volume media disolusi
Uji disolusi terbanding
• Uji disolusi terbanding dilakukan dengan
menggunakan metode basket pada 100 rpm
atau metode paddle pada 50 rpm dalam
media pH 1.2 (larutan HCL), pH 4.5 (bufer
sitrat) dan pH 6.8 (bufer fosfat);
• Waktu – waktu pengambilan sampel untuk
produk obat lepas cepat : 10, 15, 30, 45, dan
60 menit;
• Digunakan produk obat minimal 12 unit dosis;
Uji disolusi terbanding
Profil disolusi dibandingkan dengan menggunakan faktor kemiripan f2
(Similarity factor) yang dihitung dengan persamaan berikut :

Rt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiapwaktu sampling


dari produk pembanding (R =reference)
Tt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling
dari produk uji (T = test)
Minimal of 3 titik waktu (titik 0 tidak termasuk)
12 unit (masing-masing pada wadah (vessel) tersendiri) untuk tiap produk
Hanya satu pengukuran harus dipertimbangkan setelah kedua produk telah
mencapai 85% terdisolusi
RSD pada tiap titik ≤ 10%
Uji disolusi terbanding
• Nilai f2 50 atau lebih besar (50–100) menunjukkan kesamaan
atau ekivalensi ke – 2 kurva, yang berarti kemiripan profil
disolusi ke- 2 produk;
1. Jika produk ”copy” dan produk pembanding memiliki
disolusi yang sangat cepat (> 85% melarut dalam waktu <
15 menit dalam ke-3 media dengan metode uji yang
dianjurkan), maka perbandingan profil disolusi tidak
diperlukan. Profil disolusi dianggap similar (mirip)
2. Jika tidak terjadi point 1
Hitung nilai f2 (similarity factor):
Jika f2 ≥ 50, Profil biasanya dianggap similar (mirip)
BA/BE
BIOAVAILABILITAS
Presentasi dan kecepatan zat aktif dalam satu produk
obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi sistemik
dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian produk obat
tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap
waktu atau dari ekskresinya dalam urin.
BIOEKIVALENSI
Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya
mempunyai ekivalensi farmasetik atau merupakan
alternatif farmasetik dari pemberian obat dengan dosis
obat yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas
yang sebanding sehingga efeknya akan sama dalam hal
efikasi dan keamanan.
Parameter BA & Kriteria BE

 Parameter BA yang dibandingkan :


– AUCt & AUCinf
– Cmax & tmax

 Kriteria BE :
– AUC rasio : 80-125% (umumnya)
90-111% (batas keamanan sempit)
– Cmax rasio : 80-125% (umumnya)
75-133% or 70-143% (diterima untuk

obat yang relatif aman)


KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI
Produk obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
1. Produk obat oral lepas cepat yang bekerja sistemik, jika memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut ini:
a. batas keamanan/indeks terapi yang sempit, misalnya digoksin, anti-aritmia,
antikoagulan, obat-obat sitostatik, fenitoin, litium, hipoglikemik oral, siklosporin,
teofilin.
b. diindikasikan untuk kondisi yang serius yang memerlukan respons terapi yang
pasti, misalnya antituberkulosis, antibakteri, antiaritmia, obat gagal jantung,
antiangina, antiepilepsi, antiasma, antimalaria, antiretroviral, antihipertensi.
c. absorpsi bervariasi atau tidak lengkap, mis. tetrasiklin
d. farmakokinetik nonlinear, mis. difenilhidantoin.
e. eliminasi presistemik yang tinggi (> 70%), mis. nitrat organik, felodipin,
verapamil.
f. sifat-sifat fisikokimia yang tidak menguntungkan, misalnya :
kelarutan rendah, mis. glukokortikoid, hormon seks steroid tidak stabil, mis. nifedipin
g. terbukti ada masalah bioavailabilitas dengan :
obat yang bersangkutan, mis. digoksin, eritromisin obat-obat dengan struktur kimia yang
sama, mis. steroid obat-obat dengan formulasi yang sama
h. ada kecurigaan pada bahan baku yang tidak dapat ditemukan dengan uji disolusi in vitro
i. kadar dalam sediaan kecil dibandingkan eksipiennya, mis. hormon (kontrasepsi oral)
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI
2. Produk obat non-oral dan non-parenteral yang didesain untuk
bekerja sistemik, misal
sediaan transdermal (nitrat organik, hormon)
supositoria (teofilin)
3. Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja
sistemik, mis. diklofenak
SR, nifedipin oros, felodipin ER.
4. Produk kombinasi tetap yang bekerja sistemik, khususnya
kombinasi rifampisin +
isoniazid, pirazinamid, dll (yang diukur rifampisin),
levodopa + karbidopa,
etinilestradiol + levonorgestrel, etinilestradiol +
noretisteron.
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI
5. Produk obat bukan larutan untuk penggunaan non-
sistemik (oral, nasal, okular,
dermal, rektal, vaginal, dsb.) dan dimaksudkan untuk
bekerja lokal (tidak untuk
diabsorpsi sistemik). Untuk produk demikian tidak
dapat dilakukan uji bioekivalensi,
maka ekivalensi harus ditunjukkan dengan studi
klinik atau farmakodinamik
komparatif. Pengukuran kadar obat dalam darah
tetap diperlukan untuk melihat
adanya absorpsi yang tidak diinginkan.
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI
• Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro (uji disolusi
terbanding)
1. Produk obat "copy" yang hanya berbeda kekuatan, yang diproduksi oleh pabrik
obat
yang sama di tempat produksi yang sama, jika :
a. komposisi kualitatifnya sama.
b. rasio antara zat aktif dan zat-zat tambahannya sama, atau untuk kadar zat
aktif
yang rendah (< 5%), rasio antara zat-zat tambahannya sama.
c. uji bioekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan
(biasanya
kekuatan yang tertinggi, kecuali untuk alasan keamanan dipilih kekuatan yang
lebih rendah).
d. farmakokinetiknya linear pada kisaran dosis terapi.
2. Produk obat dengan perubahan kecil (minor) dalam formulasi atau pembuat-
annya yang dilakukan setelah diberi izin pemasaran.
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI
• Produk obat yang tidak memerlukan uji ekivalensi
1. Produk obat "copy" untuk penggunaan parenteral (mis. intravena, intramuskular,
subkutan, intratekal) sebagai larutan dalam air dan mengandung zat aktif yang
sama
dalam kadar yang sama dan zat-zat tambahan yang sama dalam kadar yang
sebanding.
2. Produk obat "copy" berupa larutan untuk penggunaan oral, yang mengandung zat
aktif dalam kadar yang sama, dan tidak mengandung zat tambahan yang diketahui
atau diperkirakan akan mempengaruhi transit dalam saluran cerna atau absorpsi
zat aktif.
3. Produk obat "copy" berupa gas.
4. Produk obat "copy" berupa bubuk untuk dilarutkan dan sebagai larutan
Frekuensi Pengujian

Uji jangka panjang, frekuensi Untuk kondisi penyimpanan


pengujian harus cukup untuk uji dipercepat minimal tiga
menetapkan profil stabilitas zat titik waktu, termasuk/ titik-
obat. Untuk bahan-bahan obat titik waktu awal dan akhir
dengan usulan periode re-test
(misalnya, 0, 3, dan 6
minimal 12 bulan, frekuensi
pengujian pada kondisi
bulan).
penyimpanan jangka panjang
biasanya harus setiap 3 bulan Untuk kondisi penyimpanan
selama tahun pertama, setiap menengah minimal empat
6 bulan selama tahun kedua, titik waktu, termasuk titik-
dan setiap tahun melalui titik waktu awal dan akhir
diusulkan periode re-test.
(misalnya, 0, 6, 9, 12 bulan).
Q1F Stabilitas pada Zona
Iklim III dan IV
Tabel Jadwal Pengujian stabilitas untuk
produk baru
Kondisi penyimpanan Waktu sampling Metode dan zona iklim
25°C /60% RH 3,6,9,12,18,24,36 Jangka panjang untuk zona
1 dan IV
30°C /35% RH 3,6,9,12,18,24,36 Jangka panjang untuk zona
III
30°C /65% RH 3,6,9,12,18,24,36 Jangka panjang untuk zona
Iva, atau kondisi menengah
untuk zona I dan II
30°C /75% RH 3,6,9,12,18,24,36 Jangka panjang untuk zona
Iva, atau kondisi menengah
untuk zona I dan II
40°C /75% RH 3,6 Kondisi dipercepat untuk
semua zona
Pemilihan batch
Zat Aktif Produk Obat
Pemilihan Batch 3 batch 3 batch
(skala pilot) (2 skala pilot + 1 skala lab)
Proses pembuatan Mewakili produk komersial
Kriteria penerimaan Sama dengan studi pra klinik dan klinik
Pewadahan Sama dengan kemasan komersial
Frekuensi pengujian Jangka panjang 0,3,6,9,12,18,24 bula dan setahu sekali
Menengah selama 12 bulan, minimal 4 poin
Dipercepat selama 6 bulan, 3 bulan
Komitmen stabilitas Harus berkomitmen untuk 3 produksi batch dengan
protokol yang sama
UJI PRAKLINIK
• Uji praklinik yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis) terlebih
dahulu harus diuji dengan serangkaian uji farmakologi pada hewan,
meliputi:
a. Uji Farmakodinamik untuk mengetahui apakah bahan obat
menimbulkan efek farmakologi seperti yang harap atau tidak, titik
tangkap, dan mekanisme kerjanya.
b. Uji Farmakokinetik untuk mengetahui ADME (Absorpsi, Distribusi,
Metabolisme, Eliminasi) dan untuk merancang dosis aturan pakai.
c. Uji Farmasetika untuk memperoleh data farmasetiknya, tentang
formulasi, standarisasi, stabilitas, bentuk sediaan yang paling sesuai
dengan cara penggunaannya.
d. Uji Toksikologi untuk mengetahui keamanannya.
UJI KLINIK (Fase I)
• Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk
pertama kalinya pada manusia.
• Hal yang diteliti di sini ialah keamanan obat, bukan
efetifitasnya dan dilakukan pada sukarelawan sehat.
• Tujuan fase ini adalah untuk menentukan besarnya dosis
maksimal yang dapat ditoleransi (maximally tolerated duse:
MTD) yakni dosis sebelum timbul toksik yang tidak dapat
diterima.
• Pada fase ini diteliti juga sifat farmakodinamika dan
farmakokinetikanya pada manusia.
• Dilakukan pada 20-100 orang.
UJI KLINIK (Fase II)
• Pada pase ini dicobakan pada pasien sakit.
• Tujuannya adalah melihat apakah obat ini memiliki efek
terapi.
• Untuk menunjukkan suatu obat memiliki efek terapi, perlu
dilakukan uji klinik komperatif yang membandingkannya
pada plasebo, atau jika penggunaan plasebo tidak
memenuhi persyaratan etik obat dibanding dengan obat
standar.
• Dilaksanakan oleh orangorang yang ahli dalam masing-
masing bidang yang terlibat.
• Dilakukan pada 100-200 subjek penelitian
UJI KLINIK (Fase III)
• Uji klinik fase III dilakukan untuk memastikan bahwa suatu
obat-baru benar-benar berkhasiat (sama dengan penelitian
pada akhit fase II) dan untuk mengetahui kedudukannya
dibandingkan dengan obat standar.
• Dilakukan untuk menjawab :
a. Efeknya bila digunakan secara luas dan diberikan pada dokter
yang kurang ahli.
b. Efek samping lain yang belum dilihat pada fase 2
c. Dampak penggunaannya pada penderita yang tidak diseleksi
secara ketat.
• Bila uji klinik fase 3 menunjukkan bahwa obat baru ini cukup
aman dan efektif, maka obat dapat diizinkan untuk dipasarkan.
• Dilakukan pada paling sedikit 500 subjek penelitian
UJI KLINIK (Fase IV)
• Fase ini sering disebut post marketing drug surveillance karena
merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan.
Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan obat di
masyarakat serta pola efektifitas dan keamanannya pada
penggunaan yang sebenarnya.
• Pada fase IV ini dapat diamati :
a. efek samping yang frekuensinya rendah atau yang timbul
setelah pemakaian obat bertahun-tahun lamanya,
b. efektifitas obat pada penderita berpenyakit berat atau
berpenyakit ganda, penderita anak atau usia lanjut, atau
setelah penggunaan berulangkali dalam jangka panjang, dan
c. masalah penggunaan berlebihan, penyalahgunaan, dan lain-
lain.
Analisis Kimia
Metode Prisip Penggunaan
Gravimetri Perbedaan bobot tetap saat ditimbang Pada analisis kadar abu dan
susut pengeringan
Titrasi bebas air Reaksi asam basa yang diganggu oleh adanya Analisis asam dan basa lemah
air
Asidi-alkalimetri Reaksi asam basa yang tidak diganggu oleh Analisis asam dan basa kuat
air
Nitrimetri Reaksi diazotasi yang menimbulkan Analisis nitrit dan senyawa
perubahan warna turunan sulfanilamid
Kompleksometri Reaksi kompleks antara EDTA sehingga Analisis logam valensi 2 dan 3
menimbulkan warna
Titrasi redoks Reaksi redoks dalam larutan Analisis serimetri (Ce),
permanganometri, dan iodo-
iodimetri
Titrasi Kelarutan senyawa hasil reaksi yang mudah Analisis argentometri untuk
pengendapan mengendap kadar NaCl
Analisis dengan Instrumen
Metode Prisip Keterangan
Spektrofotometri Penyerapan spektrum gelombang Spektrofotometri UV-Vis, IR,
cahaya oleh senyawa dalam larutan SSA.
Kromatografi gas Pemisahan berdasarkan perbedaan
titik didih dan volalitas senyawa
Kromatografi lapis Pemisahan senyawa berdasarkan Kualitatif
tipis polaritas senyawa terhadap fase
gerak dan fase diam

HPLC (KCKT) Pemisahan senyawa berdasarkan Kuantitatif


polaritas senyawa terhadap fase
gerak dan fase diam

Elektroforesis Pemisahan berdasarkan ukuran Biasanya digunakan pada


molekul suatu senyawa analisis protein
menggunakan muatan listrik
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai