Anda di halaman 1dari 13

URGENSI PENCATATAN DAN

PENGUSULAN KARYA
BUDAYA TAK BENDA
Etty Saringendyanti
7 September 2023
• Perlindungan warisan budaya menjadi penting
dengan maraknya klaim terhadap kebudayaan
Indonesia yang diklaim kepemilikannya oleh
negara asing, misalnya:
• Tari Reog Ponorogo, wayang dan tari
Pendet, Angklung, lagu Rasa Sayange,
rendang, oleh Malaysia;
Konvensi UNESCO untuk melindungi warisan budaya tak
benda, antara lain:
• Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright
Convention) 1952, revisi 1971;
• Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda
(Convention for Safeguarding of The Intangible
Cultural Heritage), 2003;
• Konvensi Mengenai Proteksi dan Promosi
Keanekaragaman Ekspresi Budaya (Convention on The
Protection of The Diversity of Cultural Exressions),
2005.
• Negara sebagai otoritas tertinggi dan
pemerintah daerah sebagai representasi negara
dalam perlindungan dan pengaturan warisan
budaya dapat mencegah adanya monopoli atau
komersialisasi serta tindakan yang merusak
atau pemanfaatan komersialisasi oleh pihak
asing tanpa seizin negara sebagai pemegang hak
cipta.
Warisan budaya perlu mendapat perlindungan hukum
dilatarbelakangi oleh:
• Munculnya kesadaran negara-negara berkembang untuk melindungi
kekayaan intelektualnya, termasuk kepunahannya, berdasarkan
WIPO Fact Finding Miissions;
• Penggunaan yang menyimpang oleh negara-negara barat dengan
mengambil dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk
kepentingan dirinya sendiri melalui klaim hak kekayaan
intelektual.
• Dalam hal ini telah terjadi penyimpangan penggunaan
Pengetahuan Tradiional dari konsep awalnya sebagai cultural
heritage menjadi Hak Kekayaan Intelektual.
• Permasalahan yang mendasar adalah nilai-nilai
budaya masyarakat setempat tidak mengenal kepemilikan
individu terhadap suatu karya cipta dalam bidang ilmu
pengetahuan, sastra dan seni.
• Keadaan ini tampak jelas dalam penghargaan atas
kreativitas dan karya seni dalam masyarakat tradisional.
• Perlindungan yang dimaksud adalah segala bentuk
upaya melindungi warisan budaya tak benda terhadap
pemanfaatan yang dilakukan tanpa hak dan melanggar
kepatutan.
WBTB perlu dilindungi, karena:
• Adanya potensi keuntungan ekonomis yang
dihasilkan dari pemanfaatan WBTB;
• Keadilan dalam sistem perdagangan dunia;
• Perlunya perlindungan hak masyarakat lokal.
UNESCO mengklasifikasi warisan budaya intangible dengan
beberapa kategori:
• Tradisi lisan dan ekspresi, termasuk bahasa sebagai wahana warisan
budaya tak benda;
• Seni pertunjukan;
• Praktek sosial, ritual, dan Festival;
• Pengetahuan dan praktek tentang alam dan alam semesta;
• Keahlian tradisional.
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
WBTB
• UUD RI 1945 Pasal 32 ayat 1:
• Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
• UUD RI 1945 Pasal 32 ayat 2:
• Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional
• UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (tangible);
• Peraturan Presiden No.78 Tahun 2007 tentang Pengesahan
Convention for The Safeguarding of The Intangible Cultural
Heritage (Konvensi Untuk Perlindungan Budaya Tak Benda);
• UU Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,
khususnya Bab V tentang Ekspresi Budaya Tradisional dan
Ciptaan yang Dilindungi, dan Pasal 38 yang menyebut
Kebudayaan sebagai ekspresi budaya tradisional;
• UURI No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan
• UURI No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan Bab 1 Pasal 1:
• Perlindungan adalah upaya menjaga
keberlanjutan kebudayaan yang dilakukan
dengan cara inventarisasi, pengamanan,
pemeliharaan, penyelamatan, dan
publikasi
• Pasal 5
• 1. Tradisi lisan
• 2. Manuskrip
• 3. Adat Istiadat
• 4. Ritus
• 5. Pengetahuan Tradisional
• 6. Teknologi Tradisional
• 7. Seni
• 8. Bahasa
• 9. Permainan Rakyat
• 10. Olahraga Tradisioanal

Anda mungkin juga menyukai