Anda di halaman 1dari 12

LGBT DALAM PERSPEKTIF PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

NEGARA MEMBENTUK PARADIGMA ETIKA TERHADAP


PERGAULAN BEBAS

KELOMPOK 3 :
1. YANDI BORKAT RAHMADDINI
2. ENGGO PARSAORAN MANIK
3. DOANTA APRIJAN SILALAHI
4. POPPY TASYA MARGARETHA SIAGIAN
5. MHD DIMAS PUTRA SURYA
6. DANI SIDABUTAR
Pengertian

 LGBT atau kepanjangannya yaitu lesbian, gay, biseksual, dan trans


gender. Istilah ini digunakan sudah sejak tahun 90-an untuk
menyatakan komunitas gay atau kelompok kelompok tertentu
seperti pada akronim yang disebutkan
 Penelitian lebih banyak dilakukan oleh para psikiater dan
mengartikan bahwa homoseksual maupun heteroseksual merupakan
penyakit mental dan kelainan mental
Definisi LGBT
 Lesbian : merupakan gangguan seksual yang menyimpang dimana wanita
tertarik pada wanita lainnya.
 Gay: merupakan perilaku menyimpang seksual dimana laki laki tertarik
dengan sesama laki laki. Gay juga disebut dengan homoseksual.
 Biseksual: merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang menyukai dua
gender sekaligus baik wanita maupun pria.
 Transgender: merupakan perubahan alat kelamin dikarenakan seseorang
merasa alat kelaminnya tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang
merupakan kebalikan dari apa yang dia miliki. Kondisi ini memicu seorang
wanita yang memiliki sifat tomboy dan merasa seperti laki laki akan merubah
jenis kelaminnya menjadi laki laki dan juga sebaliknya dengan cara operasi
kelamin.
Faktor penyebab LGBT
Genetik
 Franz Kallman melakukan penelitian nya terkait homoseksual dan menemukan komponen genetik yang kuat. Pria
homoseksual cenderung aakan memiliki saudara homoseksual dari gen ibunya.
Hormon
 Sebuah penelitian menyatakan pria dengan homoseksual memiliki tingkat hormon androgen lebih rendah dari
pada heteroseksual. Pendapat peneliti lain juga menyatakan stres saat kehamilan dapat menyebabkan
pembentukan gen homoseksual.
Ketidaknyamanan peran gender
 Laki laki gay memiliki sifat feminim dan lesbian bersifat lebih maskulin. Hal ini disebut juga cross gender yang
memang tidak dapat dihubungkan sebab akibatnya. Laki laki feminin akan lebih menyukai sosok yang lebih kuat
dan maskulin seperti pria. Dan wanita maskulin menyukai sosok yang lebih girly seperti wanita. Hal ini juga bisa
muncul karena ketidaknyamanan atau diejek oleh teman teman sebaya karena bentuk tubuh yang maskulin, kuat,
atau lainnya sehingga anak perempuan yang tidak nyaman akan menjadi tomboy.
Interaksi kelompok teman sebaya
 Ketertarikan seksual yang lebih cepat pada usia anak memungkinkan sebagai pemicu juga. Anak pada usia 12
tahun masih bermain dengan sesamanya dan belum berani kontak dengan lawan jenis. Ketika perasaan erotis itu
muncul, maka akan berfokus pada teman teman lelakinya juga.
Sosial
 Penyimpangan perilaku ini juga tidak terlepas dari peranan sosial atau masyarakat disekitarnya termasuk orang
orang terdekat. Misalnya apabila anak laki laki dibiasakan bermain boneka dari kecil akan membentuk jiwa yang
feminin dan sebaliknya. Selain itu gaya hidup perkotaan dan cara bicara orang orang disekitarnya memacu orang
untuk perkembang ke arah yang menyimpang karena rasa ingin tahu dan tuntutan sosial.
Akibat buruk dari LGBT
 Haus akan pengakuan
 Hubungan yang tidak direstui oleh pemerintah dan agama
 Cenderung gonta-ganti pasangan
 Beresiko menyebabkan penyakit seksual
 Biasanya menjadi atheis
 Gila akan kebutuhan materi
 Beberapa dijauhi oleh keluarga
 Teman-temannya itu-itu saja
 Beberapa lahan pekerjaan kurang menerima orang-orang semacam ini
 Rentan stres
Reynhard Sinaga, seorang pria asal Indonesia, dihukum seumur hidup oleh
Pengadilan Manchester, Inggris dalam 159 kasus perkosaan dan serangan seksual
terhadap 48 korban pria, selama rentang waktu dua setengah tahun dari 1 Januari
2015 sampai 2 Juni 2017.
 Para kaum homoseksual juga sering mengalami pelecehan namun sulit untuk
mendokumentasikannya karena korban menolak untuk memberikan pernyataan karena
seksualitas mereka, dan ketakutan akan ketidakpercayaan masyarakat sebab cap negatif yang
telah mereka terima. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perlindungan bagi homoseksual, bahkan
hukum pun tidak melindungi mereka dari diskriminasi atau pelecehan yang mereka dapatkan.
 Hal ini terbukti dari data aruspelangi.org yang menunjukkan bahwa pada tahun 2013 setidaknya
83.2% waria di Indonesia pernah mengalami kekerasan psikis, 61.3% waria tersebut juga
mengalami kekerasan fisik. 38.7% dari mereka pernah mengalami kekerasan ekonomi, 62.2%
pernah mengalami kekerasan seksual, dan 56.3% dari mereka juga pernah mengalami kekerasan
budaya yang meliputi penggusuran atau pengusiran secara paksa.
Fakta tidak sedikit dari hal ini membuat komunitas
para pelaku homoseksual
pelaku homoseksual tersebut semakin kuat dan
bersandar pada komunitas
menyembunyikan identitas kampanye akan legalisasi
yang memiliki tujuan untuk
mereka demi mencegah homoseksual semakin
melegalkan homoseksual
steorotip negatif masyarakat meningkat

 Implikasi/akibat sampai sekarang adalah


1. kaum homoseksual telah diakui haknya untuk mengadakan pernikahan dan
diakui keberadaanya di negara-negara seperti Jerman, Vietnam, Perancis,
Belanda, Belgia, Spanyol dan 15 negara lainnya
2. Hingga saat ini tercatat 22 negara dari 204 negara yang diakui oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melegalkan homoseksual.
3. Laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip dari Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional 2012 terdapat 1.095.970 LSL baik yang
tampak maupun tidak. Itu hanya untuk gay saja belum lagi yang lesbi,
biseksual maupun transgender.
Beberapa aturan hukum positif di
Indonesia
 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak mengenal
terminologi "kawin sejenis".
 UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan tidak
mengenal homoseksual
 UU No. 4 Tahun 2008 tentang Pornografi memasukkan istilah
"persenggamaan menyimpang" sebagai salah satu unsur pornografi
 Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 tentang adopsi, secara tegas
menetapkan bahwa orang tua yang mengadopsi tidak boleh berupa
pasangan homoseksual
Solusi terapy bagi kaum LGBT
1. berupa pendampingan dengan menggali penyebab awal
sehingga pelaku tersebut memilih homoseksual, sehingga ketika
mengetahui penyebab maka psikolog nantinya memberikan
dukungan demi mengubah pola piker pelaku homoseksual untuk
kembali menjadi heteroseksual.
2. Sigmund Freud, pendiri aliran psikoanalis yang amat legendaris
di bidang ilmu psikologi, pada tahun 1935 menyatakan
homoseksualitas bukan lah penyakit dan homoseksual yang
telah disembuhkan melalui konsultasi identitas seksual dengan
dokter
3. adanya kepastian hukum bagi para pelaku homoseksual yang
tertangkap tangan melakukan hubungan sesama jenis dengan
solusi untuk memberikan kesempatan untuk melakukan terapi
orientasi seksual
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai