2008 Snoring & Sleep Apnea
2008 Snoring & Sleep Apnea
DAN
APNEA SAAT TIDUR
3
ANALOGI
Peningkatan gula darah sewaktu-waktu
pankreas N koreksi cepat
DM kemampuan koreksi sendiri (-)
Mendengkur
orang N koreksi sendiri
apnea saat tidur kemampuan koreksi (-)
DM ~ Mendengkur
(kelainan yang lazim terjadi, tetapi tak dapat
disebut normal) 4
SEJARAH
Dahulu :
sering diabaikan
Sekarang :
mulai diperhatikan
dapat berkaitan dgn masalah kardiorespirasi
dapat menjadi OSA (obstructive sleep apnea)
membuat penderita tak nyaman (minder)
5
DEFINISI
suara berisik / tak menyenangkan yang timbul saat tidur
frekuensi rendah yang timbul dari suatu tempat di jalan
nafas atas dengan volume berfluktuasi sepanjang malam
atau hari-hari berikutnya
merupakan tanda obstruksi faringeal inkomplet
termasuk gangguan pernafasan berhubungan dengan
tidur (= sleep-disordered breathing)
6
SLEEP-DISORDERED BREATHING
Suatu kelompok kelainan yang disebabkan oleh pola
pernapasan abnormal yang mengganggu tidur dan ditandai
dengan adanya dengkur (snoring)
7
HABITUAL SNORING
= MENDENGKUR HABITUAL
Penyebab :
adanya vibrasi jaringan lunak faringeal karena adanya aliran udara
yang bergerak cepat akibat penyempitan faring
8
UPPER AIRWAY RESISTANCE
SYNDROME (UARS)
meningkatnya usaha ventilasi karena penyempitan jalan nafas atas
10
EPIDEMIOLOGI
1-5% orang dewasa
semua umur
sering pd laki-laki usia pertengahan
laki-laki : perempuan = 2 : 1
30% pria mendengkur OSA (+)
11
PREDISPOSISI
FAKTOR KONSTITUSI KELAINAN ANATOMI
Laki-laki >> jalan nafas lebih sempit Herediter deformitas,
Wanita menopause tenggorokan sempit
Usia lanjut tonus muskulus menurun Buntu hidung
Obesitas jaringan lemak di leher Hipertrofi adenotonsilar
Makroglosia
KELAINAN ENDOKRIN
Mikro/retrognatia
Hipotiroid
Akromegali UNDERLYING DISEASES
Amiloidosis
LAIN-LAIN
Merokok muskulus relaks, buntu hidung
Sindroma Marfan
Alkohol, obat (sedatif, antihistamin) Sindroma Down
mengurangi tonus muskulus (relaksasi) Sindroma pasca polio
memperpanjang apnea Distrofi muskular
meningkatkan nilai ambang bangun Kifoskoliosis 12
PATOFISIOLOGI
Mekanisme normal untuk mempertahankan lumen
~ tergantung fungsi muskulus dilator faringeal :
pterygoideus medialis (PM)
tensor veli palatini (TP) *
genioglosus (GG) *
geniohoid (GH)
sternohioid (SH)
OSA
akibat sedikit/tidak adanya penunjang kaku (rigid
support) pada jalan nafas regio orofaring & hipofaring
13
patofisiologi osa
Saat tidur :
kompensasi neuromuskular (-)
aktivitas muskulus kembali pada level tanpa OSA
(aktivitas tidak meningkat)
14
patofisiologi osa
Kombinasi :
penyempitan anatomi
+ hilangnya kontrol neuromuskular
TERBANGUN
DISFUNGSI OTAK KANTUK SIANG BERLEBIHAN
DETERIORASI INTELEKTUAL
PERUBAHAN PERSONALITI
ALIRAN NAFAS DEEP SLEEP TAK TERJADI KELAINAN SIKAP
KEMBALI FRAGMENTASI TIDUR
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi
Polisomnografi
17
Anamnesis
Mendengkur (heteroanamnesis)
Terlihat apnea (heteroanamnesis)
Terbangun malam hari
Terengah-engah/tercekik waktu tidur
Bangun tidur tidak segar/masih mengantuk
Mengantuk berat sepanjang hari
ESS = Epworth Sleepiness Scale > 10
Penurunan konsentrasi
Penurunan libido
18
Anamnesis OSA
Curiga OSA
bila terdapat salah satu gejala dibawah ini,
dengan frekuensi >3x / minggu :
terbangun dari tidur ok tersedak/terbatuk
apnea pada saat tidur
bangun pagi dengan perasaan tidak segar
19
EPWORTH SLEEPINESS SCALE
KRITERIA 0 1 2
3
TOTAL SKORING
20
EPWORTH SLEEPINESS SCALE
NILAI ESS :
0 = tidak pernah mengantuk
1 = sedikit mengantuk
2 = cukup mengantuk
3 = sangat mengantuk dan tertidur
SKOR :
6 – 8 : kontrol
11 : cenderung EDS
(excessive daytime sleepiness)
12 – 14 : OSA 21
Pemeriksaan Fisik
22
UKURAN LIDAH
23
UKURAN TONSIL
24
BENTUK & PANJANG UVULA
25
KELAINAN RAHANG BAWAH
26
TEMPAT & PENYEBAB OBSTRUKSI
27
Pemeriksaan Radiologi
Lateral X-ray
melihat ruang post nasal
melihat posisi dan besar lidah dalam hubungannya
dengan rahang
melihat obstruksi jalan nafas
cephalometric roentgenogram
luas jalan nafas dan hubungan dengan struktur tulang
29
polisomnografi
Sedang 15 - 30 75 – 85%
OSA
- Mild 5 – 15 5 – 20 + Mild
impairment
- Moderate 15 – 30 10 – 30 + Moderate
impairment
- Severe > 30 > 20 ++ Severe
impairment
Stadium 1 1 3, 4 < 30 5 - 15
2 3, 4 < 30
Stadium 2 1, 2 0, 1, 2 < 30 15 – 30
3, 4 3, 4 < 30
35
PENATALAKSANAAN OSA
INTERVENSI PERILAKU
INTERVENSI MEDIK
Terapi farmakologi
Pemberian oksigen
Pemasangan CPAP
INTERVENSI BEDAH
Operasi hidung
Operasi palatofaringeal
Pillar soft palate implants
Trakeotomi 36
INTERVENSI PERILAKU
Menurunkan BB
Hindari alkohol dan rokok
Tidur teratur dan cukup
Hindari posisi tidur terlentang
37
TERAPI FARMAKOLOGI
Peran terbatas
39
CONTINUOUS POSITIVE
AIRWAY PRESSURE (CPAP)
Terapi utama OSA
tapi tidak menyembuhkan kausa
Hasil baik
sering tak dapat ditoleransi penderita
41
42
CPAP
43
INTERVENSI BEDAH
INDIKASI :
44
OPERASI HIDUNG
MACAM
~ kausa buntu hidung :
Septoplasti
Konkektomi
Polipektomi
Kombinasi
LAPP / LAUPP
= LASER-ASSISTED UVULO / PALATOPLASTY
memendekkan palatum atau uvula dan palatum dengan laser
47
PILLAR SOFT PALATE IMPLANTS
Cara sederhana, anestesi lokal, tak perlu MRS
Lama tindakan : 15-30 menit
Bahan : poliester, panjang 18 mm, Ø luar 2 mm
49
PILLAR IMPLANT
50
PILLAR IMPLANT
51
TRAKEOTOMI
Melakukan bypass seluruh jalan napas