Anda di halaman 1dari 41

STRUKTUR APBD & NERACA

STRUKTUR APBD

1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan Daerah
STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan :
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah :
1. Bantuan Dana
2. Hibah
3. Dana Darurat
4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
STRUKTUR BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung
B. Belanja Langsung
STRUKTUR BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Belanja Tak Terduga

2. Belanja Langsung :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
STRUKTUR PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto
PENDAPATAN :
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
PAD :
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yg Dipisahkan

1. Bagian laba atas penyertaan modal pd BUMD

2. Bagian laba atas penyertaan modal pd BUMN

3. Bagian laba atas penyertaan modal pd


perusahaan milik swasta atau kelompok usaha
masyarakat
PAD :
LAIN-LAIN PAD YANG SAH
1. Hsl penjualn kekayaan daerah yg tdk dipshkan
2. Jasa Giro
3. Pendapatan Bunga
4. Penerimaan atas TGR daerah
5. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk
lain sebgi akibat dari penjualan dan/ atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah
6. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing
7. Pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan
8. Pendapatan denda pajak
PAD :
LAIN-LAIN PAD YANG SAH (lanjutan)
9. Pendapatan denda retribusi
10.Pendapatan hsl eksekusi atas jaminan
11.Pendapatan dari pengembalian
12.Fasilitas sosial dan fasilitas umum
13.Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan
14.Pendapatan dari angsuran / cicilan penjualan
DANA PERIMBANGAN

Dana Perimbangan adalah dana yang


Bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
DANA PERIMBANGAN :
DANA BAGI HASIL (DBH)
1. Pajak
2. Bukan Pajak
DANA PERIMBANGAN :
DANA BAGI HASIL (DBH)
Mekanisme Perhitungan Dana Bagi Hasil
Pembagian dan mekanisme penghitungan DBH,
baik Pajak maupun Sumber Daya Alam diatur
dalam UU no. 33 Tahun 2004 dan PP No. 55
Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
DANA PERIMBANGAN :
DBH - Pajak
Dana Bagi Hasil Pajak meliputi:
a. DBH Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan
imbangan 10% untuk Pemerintah Pusat dan
90% utk daerah
b. DBH Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Penerimaan Negara dari
BPHTB dibagi dengan proporsi 20% utk
Pemerintah Pusat & 80% utk daerah
c. DBH PPh, Penerimaan Negara dari PPh
WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada
daerah sebesar 20% & 80% utk Pem. Pusat
Dana Bagi Hasil Pajak (UU 33/2004)
PUSAT DAERAH
UU 25 UU 33 UU 25 UU 33

PBB 10% 10% 90% 90%


BPHTB 20% 20% 80% 80%
PPh 80% 80% 20% 20%

 PBB Daerah (16,2% untuk Provinsi, 64,8% untuk Kab/Kota


dan 9% Biaya pungutan).
 PBB Pusat (65% untuk Seluruh Kab/Kota dan 35% untuk
insentif Kab/Kota yang realisasinya mencapai/melampaui
target).
 BPHTB Daerah (16% untuk Provinsi, 64% untuk Kab/Kota).
 BPHTB Pusat (Dibagikan sama besar untuk seluruh Kab/Kota).
 PPh Daerah (40% untuk Provinsi dan 60% untuk Kab/Kota).
DBH : Bukan Pajak
DBH Sumber Daya Alam berasal dari enam sektor yaitu ;
1. DBH Kehutanan
Dana Bagi Hasil dari sektor kehutanan berasal dari Iuran Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH), serta Dana Reboisasi (DR)
2. DBH Pertambangan Umum
Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Umum berasal dari dua
hal, yaitu Iuran Tetap (Land-rent) dan Iuran Eksplorasi dan
Iuran Eksploitasi (Royalty)
3. DBH Perikanan
Dana Bagi Hasil dari perikanan berasal dari Pungutan
Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan. DBH
dari perikanan ini adalah sebesar 80% yang dibagikan dengan
porsi sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.
DBH : Bukan Pajak (lanjutan)
4. DBH Pertambangan Minyak Bumi
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% berasal dari
penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak
bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan, setelah
dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya.
5. DBH Pertambangan Gas Bumi
Penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas
bumi dapat berasal dari wilayah kabupaten/kota atau dari
wilayah provinsi. Besarnya DBH pertambangan gas bumi ini
adalah 30,5%, setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya.
6. DBH Pertambangan Panas Bumi
Dana bagi hasil Pertambangan Panas Bumi berasal dari
Setoran Bagian Pemerintah dan/atau Iuran Tetap & Iuran
Produksi.
Dana Bagi Hasil SDA (UU 33/2004)
PUSAT DAERAH
UU 25 UU 33 UU 25 UU 33
IHPH dan PSDH 20% 20% 80% 80%
Dana Reboisasi 0% 60% 0% 40%
Pertamb. Umum 20% 20% 80% 80%
Perikanan 20% 20% 80% 80%
Minyak Bumi 85% 84,5% 15% 15,5%
Gas Bumi 70% 69,5% 30% 30,5%
Panas Bumi 0% 20% 0% 80%
 IHPH Daerah (16% Provinsi 64% dan Kab/Kota penghasil).
 PSDH Daerah (16% Provinsi, 32% Kab/Kota Penghasil dan 32% sama besar untuk Kab/Kota
lainnya dalam Provinsi ybs).
 Reboisasi Daerah (Untuk Kab/Kota Penghasil).
 Pertambangan Umum (Iuran tetap) Daerah (16% Provinsi ybs dan 64% Kab/Kota
penghasil).
 Pertambangan Umum (Royalty) Daerah (16% Provinsi ybs, 32% Kab/Kota penghasil dan
32% Kab/Kota lainnya dalam Provinsi ybs).
 Perikanan Daerah (Dibagikan sama besar seluruh Kab/Kota).
 Minyak Bumi Daerah (3% Provinsi ybs, 6% Kab/Kota penghasil, 6% Kab/Kota lainnya dalam
Provinsi ybs).
 Gas Bumi (6% Provinsi ybs, 12% Kab/Kota penghasil, 12% Kab/Kota lainnya dalam Provinsi
ybs).
 Minyak dan Gas Bumi yang 0,5% digunakan untuk menambah anggaran pendidikan dasar
(0,1% Provinsi ybs, 0,2% Kab/Kota penghasil, 0,2% Kab/Kota lainnya dalam Provinsi ybs).
 Panas Bumi Daerah (16% Provinsi ybs, 32% Kab/Kota penghasil dan 32% Kab/Kota lainnya
dalam Provinsi ybs).
DANA ALOKASI UMUM (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana


yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan


dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan merupakan bagian dari
program yang menjadi prioritas nasional
STRUKTUR PEMBIAYAAN

A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Selisih Lebih Perhitungan (SILPA) Anggaran
Tahun Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
B. 5. PenerimaanPembiayaan:
Pengeluaran Kembali Pemberian Pinjaman
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman
Pembiayaan Neto (A – B)
STRUKTUR APBD
(PP Nomor 12 Tahun 2019)

Oleh :
FATKHAN, SE.MM
UMUM
 Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung dengan hak dan kewajiban
Daerah tersebut.
Ruang lingkup Keuangan daerah meliputi:
a) hak Daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
b) kewajiban Daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak lain;
c) penerimaan Daerah;
d) pengeluaran Daerah;
e) kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan daerah
yang dipisahkan; dan/atau
f) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.
STRUKTUR APBD
Berdasarkan Pasal 27 dan Pasal 28
Peraturan Pemerintah Nomor 12
Tahun 2019, APBD merupakan satu
kesatuan yang yang terdiri atas:
a. Pendapatan Daerah;
b. Belanja Daerah; dan
c. Pembiayaan daerah.
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran
berkenaan. Pendapatan daerah dirinci menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, akun,
kelompok, jenis, objek dan rincian objek serta
sub rincian objek pendapatan daerah.
Pendapatan Daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah;
b. Pendapatan Transfer; dan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Lanjutan
Pendapatan Asli Daerah terdiri atas:
1) pajak daerah;
2) retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
4) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Pendapatan transfer terdiri atas:
1) transfer Pemerintah Pusat
2) transfer antar-daerah
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah terdiri atas:
1) Hibah;
2) Dana Darurat; dan/atau
3) Lain-Lain Pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
BELANJA DAERAH
Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang tidak
perlu diterima kembali oleh Daerah dan pengeluaran lainnya yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan diakui sebagai pengurang ekuitas yang
merupakan kewajiban daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Berdasarkan pasal 55 Pemerintah Nomor 12 tahun 2019, klasifikasi Belanja Daerah terdiri
atas:
1)belanja operasi, Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
2)belanja modal, Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi.
3)belanja tidak terduga, Belanja tidak terduga merupakan pengeluaran anggaran atas
beban APBD untuk keperluan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya.
4)belanja transfer, Belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari Pemerintah Daerah
kepada Pemerintah Daerah lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah kepada pemerintah
desa.
PEMBIAYAAN DAERAH
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran berkenaan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan daerah terdiri atas:
1) penerimaan Pembiayaan; dan
2) pengeluaran Pembiayaan.
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Berdasarkan Pasal 70 ayat (3) Peraturan Pemerintah
Nomor 12 tahun 2019, Penerimaan Pembiayaan
Daerah bersumber dari:
a. SiLPA;
b. pencairan Dana Cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
d. penerimaan Pinjaman Daerah;
e. penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
Daerah; dan/atau
f. penerimaan Pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Berdasarkan Pasal 70 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Pengeluaran
Pembiayaan dapat digunakan untuk:
a. pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh
tempo;
b. penyertaan modal daerah;
c. pembentukan Dana Cadangan;
d. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau
e. pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
SELESAI
 TERIMA KASIH
 MATURNUWUN
 Fatkhan199@gmail.com
 081349785587
NERACA
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Anda mungkin juga menyukai