Anda di halaman 1dari 21

Surat Gugatan

Hukum Acara PTUN


Rina Khairani Pancaningrum

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 1


Definisi Surat Gugatan
Wicipto Setiadi, gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap
badan atau pejabat PTUN dan diajukan ke pengadilan untuk mendapat
putusan.

Indroharto, surat gugatan merupakan suatu surat permohonan dari orang


atau badan hukum perdata yang berhak menggugat yang tidak menyetujui
terhadap suatu KTUN yang dirasakan sebagai merugikan dirinya dan karena
itu ia menggugat badan atau pejabat TUN yang bersangkutan di muka
pengadilan TUN untuk mernperoleh suatu putusan yang menyatakan, bahwa
KTUN yang disengketakan itu batal atau tidak sah.

Pasal 1 angka 5 UUPTUN


Gugatan adalah permohonan berisi tuntutan terhadap badan atau
pejabat tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan untuk
mendapat putusan

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 2


Pasal 53 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986 → Pasal 53 ayat
1 UU No. 9 Tahun 2004
seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi.

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 3


Pengajuan Gugatan
Pasal 54 ayat (1) UUPTUN gugatan sengketa TUN diajukan secara tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
tergugat.
Gugatan yang diajukan harus dalam bentuk tertulis, karena gugatan itu akan
menjadi pegangan bagi pengadilan dan para pihak selama pemeriksaan.
Apabila tergugat lebih dari satu badan atau pejabat tata usaha negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan TUN, gugatan
diajukan pada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
salah satu badan atau pejabat tata usaha negara.
Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum
pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan diajukan kepada
pengadilan tempat kedudukan penggugat untuk diteruskan ke pengadilan yang
bersangkutan.
Adapun bila penggugat dan tergugat berada di luar negeri gugatan diajukan ke
Pengadilan TUN Jakarta, dan
Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat berada di luar
negeri, gugatan diajukan ke Pengadilan TUN di tempat kedudukan tergugat.
11/17/23 Rina khairani pancaningrum 4
Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 menentukan :

1) Gugatan harus memuat :


a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat atau kuasanya
b. Nama jabatan, tempat kedudukan tergugat
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan
oleh pengadilan
2) Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang
kuasa penggugat maka gugatan harus disertai surat kuasa
yang sah
3) Gugatan sedapat mungkin juga disertai keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan oleh penggugat

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 5


Hal-Hal Penting Dalam Gugatan
1) Subjek Gugatan Tata Usaha Negara (Pihak-Pihak yang Berperkara)
Pihak Penggugat adalah orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh keputusan tata usaha negara.
Pihak Tergugat adalah badan/pejabat tata usaha negara yang
mengeluarkan putusan tata usaha negara (Surat Keputusan).

Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 1986 dapat diketahui bahwa syarat-syarat yang
harus dimuat dalam surat gugatan adalah sebagai berikut:
a) Identitas Diri
(1) Penggugat
(2) Tergugat
b) Dasar Gugatan (fundamentum petendi, posita atau dalil gugatan)
c) Hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan (petitum)
d) Penutup
11/17/23 Rina khairani pancaningrum 6
Lanjutan Hal-Hal Penting Dalam Gugatan

2) Objek Gugatan Tata Usaha Negara


Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 Jo. UU No. 9 Tahun 2004:
“Penetapan tertulis yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
bersifat kongkret, individu dan final yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.

Kriteria pada objek gugatan yang harus termuat yaitu:


a) Adanya penetapan tertulis
b) Berisi tindakan hukum tata usaha negara
c) Berdasarkan perundang-undangan
d) Bersifat konkret, individu dan final
e) Menimbulkan akibat hukum

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 7


Isi Surat Gugatan

Pasal 56 UU No. 5 Tahun 1986 menentukan gugatan harus


memuat :

Syarat formil:
 Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat atau kuasanya
 Nama, jabatan, tempat kedudukan tergugat

Syarat Materil:
– Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh
pengadilan
– Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa
penggugat maka gugatan harus disertai surat kuasa yang sah
– Gugatan sedapat mungkin juga disertai keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan oleh penggugat
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 8
Identitas para pihak
 Penggugat
Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan
pekerjaan penggugat atau kuasanya
Penggugat berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU No. 5
Tahun 1986 menjadi Pasal l angka 10 UU No. 51 Tahun
2009
•orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN)
•kepegawaian berdasarkan peraturan perundang­
undangan yang berlaku.
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 9
• Berapa banyak orang atau badan hukum perdata yang dapat bertindak sebagai
Penggugat dalam pemeriksaan di sidang pengadilan tidak menjadi masalah, asalkan
semua orang atau badan hukum perdata tersebut merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu KTUN. Sehingga dimungkinkan juga terjadinya gugatan oleh Perwakilan
Kelompok yang sering disebut dengan Class Action.
• Demikian pula, tidak menjadi masalah apakah orang atau badan hukum perdata itu
adalah orang atau badan hukum perdata yang dituju atau bukan dari KTUN tersebut.
Dalam arti pihak yang namanya tidak ada dalam KTUN itu pun bisa bertindak sebagai
Penggugat asalkan yang bersangkutan merasa dirugikan oleh dikeluarkannya KTUN
tersebut.
contoh kasus: Ketut Budi mengajukan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
diperuntukkan untuk usaha, setelah IMBnya dikeluarkan kemudian Ketut Budi mulai
mendirikan bangunan berupa sebuah Slip Penggilingan Padi, yang kebetulan slip
tersebut dibangun di daerah yang padat penduduk. Made Simpen yang rumahnya
bersebelahan dengan bangunan slip itu dan kebetulan cerobong asap dari slip itu
menghadap kearah rumahnya, sehingga ketika slip beroperasi maka Made Simpen
merasa terganggu oleh pencemaran udara yang dikeluarkan dari cerobong slip
dimaksud. Dalam hal ini Made Simpen merasa kepentingannya dirugikan akibat
diterbitkannya KTUN berupa IMB tersebut. Karena itu, walaupun namanya tidak
tercantum atau dituju dalam IMB tersebut, Made Simpen berhak bertindak sebagai
Penggugat dalam PTUN.
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 10
Kepentingan yang dimaksud dalam kaitannya dengan pengajuan gugatan
tersebut, mengandung arti, yaitu:
1.Menunjuk kepada nilai yang harus dilindungi oleh hukum, dan
2.Kepentingan proses, artinya apa yang hendak dicapai dengan melakukan
suatu proses gugatan yang bersangkutan (Indroharto, 1993: 38-40).

Menurut yurisprudensi peradilan perdata, kepentingan nilai yang harus


dilindungi oleh hukum itu baru ada, jika kepentingan tersebut jelas:
1.Ada hubungan dengan penggugat sendiri, artinya untuk dianggap sebagai
orang yang berkepentingan, penggugat itu harus mempunyai kepentingan
sendiri untuk mengajukan gugatan tersebut,
2.Kepentingan tersebut harus bersifat pribadi, artinya penggugat mengajukan
gugatan karena kepentingan penggugat sendiri, yang jelas dapat dibedakan
dengan kepentingan orang lain,
3.Kepentingan tersebut harus bersifat langsung, artinya kerugian yang diderita
akibat dikeluarkannya KTUN harus benar-benar dirasakan secara langsung oleh
penggugat.
4.Kepentingan itu secara obyektif yang dapat ditentukan, baik mengenai luas
maupun intensitasnya.
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 11
Menurut Yurisprudensi Administratieve Rechtspraak Overheidsbeslissingen
(dalam Indroharto, 1993: 46) , untuk adanya suatu perkumpulan yang
dianggap sebagai badan hukum perdata diperlukan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a.Adanya lapisan anggota-anggota, hal ini dapat dilihat pada
pengadministrasian anggota-anggotanya;
b.Merupaka suatu organisasi dengan tujuan tertentu, diadakan rapat
anggota, diadakan pemilihan pengurus, adanya kerja sama antara para
anggota dengan tujuan fungsionalnya secara kontinu;
c.Ikut dalam pergaulan lalu lintas hukum sebagai suatu kesatuan.

Kata ”merasa” dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004,
menurut Ketut Suraputra (1993:87) dapat diartikan bahwa ”kepentingan
tersebut (kerugian) belum perlu sudah nyata-nyata terjadi”. Contoh;
seseorang yang telah mendapatkan IMB, maka tetangganya sudah dapat
mengajukan gugatan terhadap KTUN tersebut, bilamana ia merasa
kepentingannya dirugikan.

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 12


 Tergugat
 Nama, jabatan, tempat kedudukan tergugat
 Tergugat berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986
menjadi Pasal l angka 10 UU No. 51 Tahun 2009 merupakan badan
atau pejabat Tata Usaha Negara baik di pusat maupun di daerah
Jadi jabatan yang ada pada Badan Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan KTUN berdasarkan wewenang dari Badan TUN itu
atau wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Hal ini mengandung
arti bahwa bukanlah orangnya secara pribadi yang digugat tetapi
jabatan yang melekat kepada orang tersebut. Misalnya; Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bupati Buleleng dan lain-
lain, sehingga tidak akan menjadi masalah ketika terjadi pergantian
orang pada jabatan tersebut

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 13


Sebagai jabatan TUN yang memiliki kewenangan
pemerintahan, sehingga dapat menjadi pihak Tergugat dalam
Sengketa TUN dapat dikelompokkan menjadi:

a. Instansi resmi pemerintah yang berada di bawah Presiden


sebagai Kepala eksekutif.
b. Instansi-instansi dalam lingkungan kekuasaan negara diluar
lingkungan eksekutif yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan, melaksanakan suatu urusan pemerintahan.
c. Badan-badan hukum privat yang didirikan dengan maksud
untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.
d. Instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara
pemerintahan dan pihak swasta yang melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan.
e. Lembaga-lembaga hukum swasta yang melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan (Siti Soetami, 2005: 5).
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 14
Dasar dan alasan gugatan
(Fundamentum Petend/Toetsingsgronden)

Pasal 53 ayat 2 UU No. 5 Tahun 1986 menyebutkan ada 3 alasan menggugat


suatu KTUN ke PTUN, yaitu :

1. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-


undangan yang berlaku

2. Badan atau Pejabat TUN pada waktu mengeluarkan keputusan telah


menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya
wewenang tersebut.

3. Badan atau pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak


mengeluarkan keputusan setelah mempertimbangkan semua kepentingan
yang tersangkut dengan keputusan itu seharusnya tidak sampai pada
pengambilan atau tidak mengambil keputusan tersebut.

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 15


Ketentuan-ketentuan di atas
• Memberikan petunjuk kepada penggugat dalam menyusun gugatannya agar dasar
gugatan yang diajukan itu mengarah kepada alasan yang dimaksudkan pada huruf
a, b, dan c.
• Merupakan dasar pengujian dan dasar pembatalan bagi pengadilan dalam menilai
apakah Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bersifat melawan hukum
atau tidak untuk kemudian keputusan yang digugat itu perlu dinyatakan batal atau
tidak.

→ berdasarkan Pasal 53 ayat 2 UU No. 9 Tahun 2004, alasan-alasan yang dapat


digunakan dalam gugatan adalah:
1. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Baik dari aspek kewenangan, substansi/materi maupun prosedural)
2. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang
baik, yang meliputi asas: kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara,
keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas (sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 8/1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 16
Menurut Philipus M. Hadjon, Pasal 53 ayat 2 UU PTUN, dasar
pengujian oleh pengadilan terhadap KTUN yang digugat, adalah

b. Penyalahgunaan wewenang (detournement depourvoir), kalau kita kaitkan


dengan alasan butir (a) kiranya dasar ini dalarn gugatan dapat saja
dikatakan bahwa KTUN yang dikeluarkan itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dasar ini jarang digunakan
karena sulit pembuktiannya, oleh karena itu dalam gugatan Sering
menggunakan dasar bahwa badan atau pejabat TUN yang tidak
berwenang.
c. Larangan berbuat sewenang-wenang (willekeur) merupakan suatu konsep
yang sulit diukur. Dewasa ini dalam perundang-undangan Belanda konsep
Willekeur digeser oleh konsep Kennelijk Onreclelijk (nyata-nyata tidak
beralasan) yang lebih operasional sehingga menjadi terukur.

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 17


Sachran Basah
Apabila dibandingkan perbuatan administrasi
negara yang menyalahgunakan wewenang dengan
perbuatan yang sewenang-wenang bahwa

penyalahgunaan wewenang inti pokoknya masih


terletak di dalam lingkungan ketentuan perundang-
undangan
pada perbuatan yang sewenang­-wenang berarti
perbuatan administrasi negara berada di luar
lingkungan ketentuan perundang undangan suatu
perlanggaran ketentuan perundang undangan

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 18


Tuntutan dalam gugatan
(Pettitum)
 Isi gugatan (petitum gugatan TUN ) hanya terbatas pada
satu macam tuntutan pokok yang berupa tuntutan agar
KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah dan dapat disertai dengan tuntutan tambahan yang
berupa tuntutan ganti kerugian.
 Khusus untuk sengketa kepegawaian selain kedua tuntutan
di atas masih dapat ditambah lagi dengan tuntutan
rehabilitasi dalam kedudukannya semula.
 Rehabilitasi merupakan pemulihan hak penggugat dalam
kemampuan, kedudukan harkat dan martabatnya sebagai
pegawai negeri seperti semula sebelum ada keputusan
yang disengketakan atau yang akan ditimbulkan.
17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 19
Penutup
 Pada akhir surat gugatan perlu ditanda tangani oleh yang
mengajukan gugatan itu (Pasal 56 ayat 2 UU No. 5 Tahun
1986).
 Penandatanganan itu dapat dilakukan oleh penggugat materil
sendiri atau kuasanya.
 Dalam hal penggugat tidak pandai baca tulis dan gugatan itu
disusunkan oleh Panitera Pengadilan, maka penggugat
membubuhi cap jempolnya pada akhir surat gugatan itu.

17/11/23 Rina Khairani pancaningrum 20


11/17/23 Rina khairani pancaningrum 21

Anda mungkin juga menyukai