Anda di halaman 1dari 23

PARASIT

Kelas : Insecta
Ordo Phtiraptera dan Ordo
Hemiptera
KELOMPOK 12
Nama Anggota :
1.Prima kurniawan 2013353073
2.Putri Yulia Rosalina 20133530743
3.Putu ari suardini 2013353075
4.Tiara Mulya Lestari 2013353091
5.Titik Rahayu 2013353093
6.Veronika BR Samosir 2013353094
7.Wahyu Saputra 2013353095
8.Waridah Tri Permata 2013353096
9.Nabilla Inge Khulsum 2013353097
10.Annisa Icha Rahmawati 1913353019
Ordo
1
Phtiraptera
KLASIFIKASI
ORDO
Phthiraptera
Kerajaan :Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas : Insecta
Superordo : Exopterygota
Ordo :
Phthiraptera
Subordo : Anoplura

Rhyncophthirina
Ischnocera
MORFOLOGI

Morfologi dewasa :
Telur dan nimfa
1. Pediculus humanis
Telur :
•badan : memanjang
•putih, beroperkulum
•ovoid bersudut
•produksi 6-9 butir/hari
•batas abdomen : jelas
•menetas 5-10 hari
•kaki : sama besar
Nimfa :
2. Phtirus pubis
•bentuk : dewasa tetapi lebih kecil,
mengalami 3 kali pergantian kulit •adan : membulat

•badan : segi empat

•batas abdomen : tidak jelas

•kaki pertama lebih kecil dari kaki ke2 & ke 3


MORFOLOGI
DEWASA
Kepala dikompresi dorso-ventral dan kurang
lebih prognathous dengan bagian mulut yang berkurang
atau sangat dimodifikasi. Antena annular pendek, kecil, atau
jarang tidak ada, terdiri dari scape, pedicel, dan tiga
flagellomer terminal, dua yang terakhir mengandung
sensilla. Flagellomer terminal dapat menyatu dan sering
dimorfik secara seksual. Mata majemuk variabel (mungkin
tidak ada) dan tidak ada oselus.
Tentorium berkurang atau tidak ada. Clypeus
secara bervariasi memanjang menggeser labrum ke
permukaan ventral. Ini membentuk tonjolan seperti bantalan
hialin yang mencolok (pulvinus) yang terletak di anterior
mulut mandibula sebagian besar kutu pengunyah (yaitu
Amblycera, Ischnocera dan Rhynchophthirina) tetapi tidak
ada pada kutu penghisap (Anoplura).
Saat ada, pulvinus dan mandibula membantu menahan kutu ke inangnya. Maxillae sangat
berkurang dalam pengunyahan kutu tetapi sangat dimodifikasi sebagai panduan stylet dalam menghisap
kutu. Labium dan hipofaring berbeda di Amblycera dan Ischnocera tetapi sangat termodifikasi di
Rhynchophthirina (tidak ada di Greenland) dan Anoplura. Pronotum berkurang dan biasanya berbeda kecuali
pada Anoplura. Meso- dan metanotum biasanya menyatu secara tak terpisahkan kecuali pada beberapa
Amblycera. Artikulasi kaki dengan thorax, pleuro- (yaitu lateral) atau sternocoxal (yaitu ventral), biasanya
keduanya. Kaki dengan berbagai modifikasi untuk penggerak.
Tarsus dibagi lagi menjadi dua tarsomer yang menyatu secara bervariasi. Pretarsus memiliki dua
cakar untuk kutu burung parasit, atau satu cakar untuk mamalia parasit kutu (tidak terkecuali di Greenland).
Perut terdiri dari sebelas segmen, meskipun satu atau lebih selalu sebagian atau seluruhnya ditekan.
Biasanya sembilan segmen terlihat, yang pertama terdiri dari segmen I dan II (nomor segmen sebenarnya
ditunjukkan dengan angka Romawi) dan yang kesembilan terdiri dari segmen IX, X dan XI yang menyatu.
Pelat sclerotized tergal, sternal dan tergopleural didistribusikan secara bervariasi di atas perut. Enam spirakel
perut biasanya berasal dari segmen III-VIII, meskipun pengurangan telah terjadi pada banyak spesies
mamalia yang menginfestasi – biasanya secara berurutan dari segmen VIII.
Margin posterior sternum VII membentuk margin ventral vulva. Gonapophyses mungkin ada pada
segmen VIII dan lobus genital wanita dengan homologi yang tidak pasti pada segmen IX. Lubang genital pria
terletak di belakang sternum IX. Alat kelamin luar pria Phthiraptera sangat bervariasi.
SIKLUS HIDUP
Kutu menghabiskan seluruh siklus hidupnya, dari telur hingga dewasa, di
inangnya. Betina biasanya lebih besar dari jantan dan sering melebihi jumlah mereka pada
satu inang. Pada beberapa spesies jantan jarang ditemukan, dan reproduksi dilakukan
dengan telur yang tidak dibuahi (partenogenetik ). Telur diletakkan secara tunggal atau
berkelompok, biasanya menempel pada bulu atau rambut. Kutu tubuh manusia bertelur di
pakaian di sebelah kulit. Telur mungkin struktur bulat telur sederhana berkilau putih di antara
bulu-bulu atau rambut atau mungkin sangat pahatan atau dihiasi dengan proyeksi yang
membantu dalam lampiran telur atau melayani dalam pertukaran gas.
Ketika nimfa di dalam telur siap menetas, ia mengisap udara melalui mulutnya.
Udara melewati saluran pencernaan dan terakumulasi di belakang nimfa sampai tekanan
yang cukup dibangun untuk memaksa tutup telur (operculum). Pada banyak spesies nimfa
juga memiliki struktur seperti pelat yang tajam, organ penetasan, di daerah kepala, yang juga
digunakan untuk membuka operkulum. Nimfa yang muncul mirip dengan dewasa tetapi lebih
kecil dan tidak berwarna, memiliki lebih sedikit rambut, dan berbeda dalam detail morfologis
tertentu lainnya.
Metamorfosis pada kutu itu sederhana,
nimfamolting tiga kali, masing-masing dari tiga
tahap antara molting (instar) menjadi lebih besar
dan lebih seperti dewasa. Durasi berbagai tahap
perkembangan bervariasi dari spesies ke
spesies dan dalam setiap spesies sesuai
dengan suhu. Pada kutu manusia, tahap telur
dapat berlangsung dari enam hingga 14 hari
dan tahap dari penetasan hingga dewasa,
delapan hingga 16 hari. Siklus hidup mungkin
berkorelasi erat dengan kebiasaan tertentu dari
inang; misalnya kutu gajah laut harus
menyelesaikan siklus hidupnya selama tiga
sampai lima minggu, dua kali setahun, yang
anjing laut habiskan di pantai
VEKTOR PENYAKIT

Serangga yang berperan sebagai vektor penyakit pada


hewan dan manusia yang diketahui hingga saat ini terdiri
dari tiga Ordo yaitu Siphonaptera, Phthiraptera, dan Diptera.
Di antara ketiga Ordo ini, yang paling dominan adalah
Diptera.
Ordo Siphonaptera : penyakit Rickettsia seperti demam
tifus dan perdarahan pada area serangga
Ordo Phthiraptera : vektor penyakit pes pada manusia dan
tikus
Ordo Diptera : serangga bersayap sepasang
CARA PENULARAN

Kutu tubuh manusia Pediculus humanus memiliki genom serangga kecil yang diketahui.Kutu ini dapat
menularkan penyakit tertentu sedangkan kutu kepala manusia ( P. humanus capitis ), yang berkerabat dekat,
tidak bisa. Dengan riwayat hidup yang sederhana dan genom yang kecil.

Kontak fisik langsung antara individu inang tetap menjadi faktor utama penyebaran kutu dalam spesies ini.

gigitan kutu dapat menimbulkan iritasi pada kulit yang disebabkan oleh air liur kutu yang dikeluarkan pada
waktu mengisap darah penderita. Iritasi kulit ini dapat bertahan selama beberapa hari. Ciri khas terjadinya
gigitan kutu adalah terbentuknya papula (benjolan kulit) yang berwarna merah disertai dengan gatal-gatal, kulit
akan membengkak disertai dengan pembentukan cairan. Infestasi yang terus menerus akan menyebabkan kulit
menjadi keras dan mengalami pigmentasi. Kelainan ini dikenal sebagai morbus errorum atau vagabond’s
disease. Jika penderita menggaruk kulit bekas gigitan kutu dapat terjadi infeksi sekunder yang dapat
mengakibatkan pustula, krusta, dan proses penanahan. Penderita juga dapat mengalami gangguan tidur dan
depresi mental
Ordo
2 Hemiptera
Kepik/kepinding, Walang Sangit
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Sub-ordo : Auchenorrhyncha
Coleorrhyncha
Heteroptera
Sternorrhyncha
Morfologi

Dewasa Hemiptera (Gambar diolah oleh: Yos F. da-Lopes) Pradewasa Hemiptera (Gambar diolah oleh: Yos F. da-Lopes)

1. Imago (dewasa): Sayap depan menebal di bagian pangkal (dasar) tapi membranous (hemelytra) di ujungnya (1), dilipat saling
tumpang tindih sehingga membentuk pola segitiga (2) di bagian belakang (scutellum). Alat mulut seperti paruh atau beak (3) yang
mudah terlihat dan tampaknya muncul dari depan kepala, di depan mata . Lihat Gambar 1. Contoh: Lihat Gambar 2.
2. Nimfa (pradewasa): Alat mulut seperti paruh (beak) bersegmen (1) yang mudah terlihat dan tampaknya muncul dari depan
kepala, di depan mata (2). Lihat Gambar 3. Contoh: Lihat Gambar 4.
Siklus Hidup
Hemiptera atau biasa disebut dengan Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo
Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil
dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian
kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur
nimfa dewasa.
Siklus hidup walang sangit
Leptcorisa oratorius
Siklus hidup walang sangit adalah sekita 35-56 hari.Biasanya serangga ini aktif pada pagi dan sore hari. Waktu
siang hari biasanya bersembunyi dibawah tanaman atau rerumputan. Yang khas dari walang sangit adalah bila
diganggu maka akan mengeluarkan bau khas (bau ‘sangit’). Kepadatan populasi walang sangit biasanya akan
meningkat pada kondisi tanaman sedang berbunga, cuaca hangat dan gerimis (sebaliknya, hujan lebat dapat
menurunkan populasi). Serangga ini biasa menyerang padi fase masak susu dengan mengisap cairan biji padi.
Bekas tusukannya akan berupa bercak berwarna gelap. Padi yang terserang walang sangit bobotnya akan
menurun bahkan menjadi hampa.
Walang sangit (Leptcorisa oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari
stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif
panjang.Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm.Telur berbentuk
seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok.Kelompok telur biasanya terdiri
dari 10 - 20 butir.Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun.
Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan.
Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari
(Wikipedia.Hemiptera. 2008).
Siklus hidup Kepik hijau (Nezara viridula)

Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi
nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari
bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1
sampai 6 bulan. Hama kepik hijau ini pada stadia imago berwarna hijau polos, kepala berwarna
hijau serna pronotumnya berwarna jingga dan kuning keemasan,kuning kehijauan dengan tiga bintik
berwarn hijau dan kuning polos. Telur diletakkan berkelompok (10-90 butir/kelompok) pada
permukaan bawah daun. Nimfa terdiri dari 5 instar. Instar awal hidup bergerombol di sekitar bekas
telur, kemudian menyebar. Pada kedelai nimfa dan imago terutama mengisap polong.Tanaman
inangnya yaitu tanaman kedelai, kacang hijau, kacang tunggak, orok-orok, kacang gede, jagung ,padi
dan kapas.
Siklus hidup Bapak pucung (Dysdercus cingulatus)
Bapak pucung mudah dikenali karena berwarna merah dan ada belang merah dan hitam pada punggungnya. Nimfa
memakan biji di buah kapas yang terbuka sehingga mengurangi daya kecambah biji. Dewasa membolongi buah kapas
supaya dapat makan biji. Serat kapas di buah yang terserang menjadi coklat-kekuningan dan buah menjadi busuk.
Musuh alami bapak pucung termasuk laba-laba, kepik, dan burung. Lalat tachinid juga memarasit bapak pucung.
Kelompok telur diletakkan di tanah dibawah tanaman kapas (Kartasapoetra, 2002).
Bapak pucung (Dysdercus cingulatus) atau Red Cotton Bug merupakan hama, baik serangga muda maupun dewasa,
yang menyerang tanaman dari keluarga Malvaceae (kapas, rosela, dan okra) serta keluarga Bombacaceae (kapuk randu).
Badan bapak pucung berwarna merah dengan panjang 11 - 17 mm dan lebar 4,5 mm. Di belakang kepala dan perut ada
garis putih dan hitam. Pada sayapnya yang barwarna cokelat terdapat sepasang bercak hitam. Nimfanya berwarna merah
cerah dan hidup berkelompok. Telur bapak pucung biasanya diletakan dibawah tanaman inang atau di tempat yang
terlindung pada lubang kecil. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan butiran tanah atau serasah. Jumlah telur sekitar
100 yang dibagi dalam 8 kelompok. Untuk perkembangannya, telur perlu kelembaban yang tinggi. Jika keadaan kering,
telur akan mati. Telur menetas dalam 5 hari pada suhu 27 derajat Celcius, atau 8 hari pada suhu 23 derajat Celcius.
Vektor
 Vektor Hemiptera (spesies serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang, serangga sisik antara lain
hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii), kepik buah lada (Dasynus piperis), kepik hijau
(Nezara viridula), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah jeruk (Rhynchocoris poseidon kirk). dan
lain-lain)
 Beberapa vektor Hemiptera seperti walang sangit dan tonggeret hidup pada tanaman dan menghisap sarinya.
 Kepik pembunuh juga hidup di antara tanaman, tetapi mereka memburu hewan-hewan kecil.
 Sebagian kecil dari Hemiptera seperti kutu busuk diketahui hidup sebagai parasit dan menghisap darah hewan
yang lebih besar.
 Anggota vektor lainnya juga diketahui hidup di air, misalnya anggang-anggang dan kepik air raksasa.
 Salah satu anggang-anggang dari genus Halobes bahkan diketahui hidup di air asin.
Beberapa serangga Hemiptera yang berperan sebagai vektor penyakit yaitu:
Misal walang sangit (Leptocorisa oratoria, anggota Familia Alydidae); True bugs anggota Familia Piesmatidae
vektor virus yang menyebabkan daun keriting.

Vektor penyakit pada hewan dan atau manusia


Serangga pembunuh dari Familia Triatominae merupakan vektor Trypanosoma cruzi penyebab penyakit Chagas
yang mengakibatkan pembengkakan kronis organ jantung dan otak; kutu busuk (Cimex anggota dari Familia
Cimicidae) yang dapat berperan sebagai vektor penyakit typus dan juga anemia.
Cara penularan
Sejatinya, kepik hitam ini adalah serangga hama di areal persawahan, yang merupakan hama tanaman
pangan (seperti pada tanaman padi dan jagung). Binatang kecil merayap ini termasuk ke dalam bangsa
kepik (Hemiptera), yang mana ciri khas serangannya mengeluarkan cairan dan bau yang tidak enak.
Hama ini menyebabkan kerusakan pada produk petani seperti padi dan daun the dengan cara
menghisap sari buahnya atau daunnya yang menyebabkan turunnya kualitas dari buah atau daun teh
dan turunnya harga jual panen.
Hama ini termasuk salah satu serangga yang menyukai sensor sinar atau cahaya yang berlebihan.
Tidak menutup kemungkinan, serangga kecil ini bisa masuk ke telinga anak-anak yang tidur. Biasanya
serangga ini akan datang pada malam hari dan mendekati sumber cahaya.
Solusi mengantisipasi serangan Kepik Hitam ini dapat dilakukan dengan metode sederhana yakni
dengan meredupkan sumber cahaya. Kemudian, membuat perangkap jebak air sabun. Bisa dengan
memanfaatkan baksom/ember/wadah, lalu isi ember/wadah tersebut air yang diberi sabun cuci
kain/sabun cuci piring, kemudian letakkan di dekat sumber cahaya atau di bawah lampu. Kepik hitam
tersebut akan tertarik masuk ke dalam perangkap air sabun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://www-britannica-com.translate.goog/animal/louse

https://medlab.id/pediculus-humanus-capitis-kutu-kepala/

https://medlab.id/pediculus-humanus-capitis-kutu-kepala/

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Treatment_of_human_head_lice?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Louse?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc,sc
Terimakasih
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai