Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERSPEFTIF ISLAM
NURUL HIDAYATI
PENGERTIAN PENDIDIKAN
• Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Rijal,
F. 2018).
Proses Pendidikan diisyaratkan dalam al-qur’an Surat Al-Maidah ayat 67:
tentang Mengajarkan Ilmu

‫ٰٓيَاُّيَها الَّرُس ْو ُل َبِّلْغ َم ٓا ُاْنِز َل ِاَلْيَك ِم ْن َّر ِّبَك ۗ َو ِاْن َّلْم َتْفَع ْل َفَم ا َبَّلْغ َت ِر ٰس َلَتٗه ۗ َو ُهّٰللا َيْع ِص ُم َك ِم َن الَّناِۗس ِاَّن َهّٰللا اَل‬
‫َيْهِد ى اْلَقْو َم اْلٰك ِفِر ْيَن‬

Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau
lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang kafir.”
PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
• PENGERTIAN PSIKOLOGI • PENGERTIAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN

adalah sebuah pengetahuan


Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche
= jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas berdasarkan riset psikologis yang
psikologi adalah ilmu yang mempelajari menyediakan serangkaian sumber-
tentang jiwa/mental. sumber untuk membantu anda
melaksanakan tugas sebagai seorang
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku guru dalam proses belajar-mengajar
dan proses mental secara lebih efektif. Tekanan defenisi
ini secara lahiriah hanya berkisar
sekitar proses interaksi antar guru-
siswa dalam kelas.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN PERSPEKTIF ISLAM

PENULIS MENGAMBIL SALAH SATU KAJIAN ULAMA MASYHUR YAKNI


IMAM GHAZALI, BELIAU MERUPAKAN ULAMA FILSUF DAN CENDIKIAWAN
ISLAM YANG MEMILIKI PANDANGAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
YANG PENULIS RANGKUM SBB :
PENTINGNYA NIAT DAN
MOTOVASI
Al-Ghazali mengemukakan bahwa niat yang benar dan motivasi yang kuat adalah kunci utama dalam
proses pendidikan. Menurutnya, tujuan utama pendidikan haruslah untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
Guru harus membantu siswa untuk memahami niat yang benar-benar tulus dalam pencarian ilmu.

Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menekankan pentingnya niat dan motivasi yang baik
dalam melakukan perbuatan. Salah satu ayat yang relevan adalah Surah al-ankabut ayat 69:

‫َو ا َّلِذ ي َن َج ا َه ُدوا ِف ي َن ا َلَن ْهِدَي َّنُه ْم ُسُبَلَن اۚ َو ِإ َّن َهَّللا َلَم َع ا ْل ُم ْح ِس ِن ي َن‬

" Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik."
PERAN GURU
Al-Ghazali menganggap guru sebagai figur yang sangat penting dalam proses pendidikan. Dia berpendapat bahwa guru harus memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang mata pelajaran yang diajarkan dan juga harus menjadi contoh teladan dalam perilaku dan
moralitas. Guru harus dapat membimbing siswa dalam perkembangan rohani dan moral mereka.

Menurut imam Gazali guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi bertanggung jawab dalam membentuk moral dan etika siswa. Maka dari
itu penting bagi guru untuk mempelajari psikologi siswa, memahami karakternya dan tau cara mengarahkan siswa sesuai dengan qodrat
alamnya dan tentunya sebagai seorang muslim harus sesuai tuntunan al-qur’an dan hadist. Sebagaimana tertuang dalam surah Al-Baqarah
ayat 151:

‫اَمَك َأ ْرَس ْلَنا ِف يْمُك َر ُس واًل ِم ْنْمُك َيْت ُلو َعَلْي ْمُك آاَي ِت َنا َو ُيَز ِّك يْمُك َو ُيَع ِّل ُم ُمُك اْلِك َتاَب َو اْلِح َمْك َة َو ُيَع ِّل ُم ْمُك َم ا َلْم َتُك وُنوا َتْع َلُم وَن‬
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”
PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES
SPIRITUAL
Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan menekankan unsur spiritual. Baginya, pendidikan bukan hanya tentang
memperoleh pengetahuan intelektual, tetapi juga tentang pertumbuhan spiritual dan moral siswa. Pendidikan harus
membantu siswa untuk memahami hubungan antara pengetahuan dan akhlak yang baik.
Semakin berilmunya seorang hamba maka ia akan semakin beriman kepada Allah sebagaimana diisyaratkan dalam
surah ali Imran ayat 18:

‫َش ِهَد اُهَّلل َأ َّنُه اَل ِإ َٰل َه ِإ اَّل ُه َو َو اْلَم اَل ِئَك ُة َو ُأ وُلو اْلِع ِمْل َقاِئًم ا اِب ْلِق ْس ِطۚ اَل ِإ َٰل َه ِإ اَّل ُه َو اْلَع ِزي ُز اْلَح ِك ُمي‬

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan
keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
PENTINGNYA PENGENDALIAN
DIRI
Al-Ghazali mengemukakan bahwa pengendalian diri (mujahadah) adalah kunci untuk
mengembangkan pribadi yang baik. Ini termasuk pengendalian terhadap nafsu dan emosi negative
Orang yang berpendidikan paham apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya
di hindari agar selamat hidup di dunia. Sebagaimana dalam surah al isra’ ayat 36 :

‫َو اَل َتْقُف َم ا َلْيَس َلَك ِبِهۦ ِع ْلٌم ۚ ِإَّن ٱلَّس ْمَع َو ٱْلَبَصَر َو ٱْلُفَؤ اَد ُك ُّل ُأ۟و َٰٓلِئَك َك اَن َع ْنُه َم ْسُٔـواًل‬
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabannya.
PENDIDIKAN SEBAGAI
PENYUCIAN HATI
Al-Ghazali juga memandang pendidikan sebagai proses penyucian hati dan jiwa. Baginya,
tujuan sejati dari pendidikan adalah untuk mengarahkan siswa menuju Allah dan mencapai
kesadaran akan kebenaran spiritual.
. Sebagaimana pada surah Asy-Syam ayat 9 yang mengisyaratkan bahwa sungguh
beruntung orang-orang yang menyucikan hati
‫َقْد َأْفَلَح َم ن َز َّك ٰى َها‬
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,”
Dan dilanjutkan di ayat berikutnya bahwa sungguh rugi orang yang mengotori hati.
‫َو َقْد َخ اَب َم ن َد َّس ٰى َها‬
“Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
ALHAMDULILLAH SELESAI
MARI KITA DISKUSI
Add a Slide Title - 5

Anda mungkin juga menyukai