Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN KE-3

FOKUS PEMBAHASAN
A. INJECTIONES / INJEKSI B. INFUNDABILIA / INFUS
1. Pengertian 1. Pengertian
2. Macam-macam Cara 2. Tujuan Pemberian Infus
Penyuntikan Intravena
3. Komponen obat suntik 3. Perbedaan injeksi dan infus
4. Pemeriksaan intravena
5. Syarat-syarat Obat Suntik
6. Penandaan Menurut F.I.,
ed. IV
7. Keuntungan dan Kerugian
Bentuk Sedian Injeksi
PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi, atau suspensi atauserbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir.
MACAM-MACAM CARA PENYUNTIKAN
1. Intramuskular : Di bagian otot relaksasi
2. Intravena : Pada vena yg tampak jelas
3. Subkutan : jaringan longgar di bawah kulit (dermis) dan
bagian tubuh yang sedikit lemaknya.
4. Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial
atau langsung ke dalam organ-organ abdominal seperti
hati, ginjal, atau kandung kemih
5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke
dalam jaringan yang longgar di bawah kulit (dermis)
dan pada bagian tubuh yang sedikit lemaknya.
LANJUTAN...

6. Intrakardiak : bilik jantung


7. Intrasisternal : rongga sisternal sekeliling dasar
otak
8. Intrakutan/ intradermal : Injeksi dilakukan ke dalam
kulit. Biasanya diberikan di permukaan anterior lengan
depan.
9. Intratekal : kantung lumbar (rongga sum-sum tulang
belakang) yang terletak di ujung kaudal dari spinalis cordata
10. Intrauterin :Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus
pada keadaan hamil
LANJUTAN...
11. Intraventrikular : Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga
rongga sisi otak.
12. Intra-arterial : Langsung ke dalam arteri
13. Intra-artikular : Ke dalam cairan sinovial pada persendian
14. Intralesional : Langsung ke dalam atau di sekitar luka
15. Intra-okular : Ke dalam mata
a. Subkonjungtiva : Di bawah kapsul Tenon, di dekat mata
b. Intrakameral/ intravitreal : Ke dalam vitreous humour
c. Retrobulbar : Di sekitar bagian posterior dari bola mata
d. Anterior chamber : Langsung pd arterior chamber
16. Intrapleural : Ke dalam rongga selaput dada
KOMPONEN OBAT SUNTIK

1. Bahan obat / zat berkhasiat


2. Zat pembawa / zat pelarut
3. Bahan pembantu / zat tambahan
4. Wadah dan tutup
KOMPONEN OBAT SUNTIK
1. Bahan obat / zat berkhasiat
a) Memenuhi syarat yang tercantum sesuai
monografinya masing-masing dalam
Farmakope.
b) Pada etiketnya tercantum : p.i ( pro
injection )
c) Obat yang beretiket p.a ( pro analisa )
walaupun secara kimiawi terjamin
kualitasnya, tetapi belum tentu memenuhi
syarat untuk injeksi.
2. Zat pembawa / zat pelarut
Dibedakan menjadi 2 bagian :
a) Zat pembawa berair
Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu
dapat pula digunakan injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi
NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa
mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat
pembawa injeksi harus memenuhi syarat Uji pirogen dan uji
Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk
memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl
atau injeksi Ringer dapat digunakan untuk pengganti air
untuk injeksi.
b) Zat pembawa tidak berair Syarat-syarat minyak untuk injeksi
Umumnya digunakan
adalah :
minyak untuk injeksi (olea pro
injection) misalnya Ol. Sesami, (1) Harus jernih pada suhu 100 .
Ol. Olivarum, Ol. Arachidis. (2) Tidak berbau asing / tengik
Pembawa tidak berair
(3) Bilangan asam 0,2 - 0,9
diperlukan apabila :
(1) Bahan obatnya (4) Bilangan iodium 79 – 128
sukar larut dalam (5) Bilangan penyabunan 185 – 200
air (6) Harus bebas minyak mineral
(2) Bahan obatnya tidak (7) Memenuhi syarat sebagai Olea
stabil / terurai dalam Pinguia yaitu cairan jernih atau
massa padat yang menjadi jernih
air.
diatas suhu leburnya dan tidak
(3) Dikehendaki efek berbau asing atau tengik.
depo terapi.
Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya boleh
secara i.m.
3. Bahan pembantu / zat tambahan
Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan
maksud :
a) Untuk mendapatkan pH yang optimal
b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis
c) Untuk mendapatkan larutan isoioni
d) Sebagai zat bakterisida
e) Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika
lokal )
f) Sebagai stabilisator.
Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas
dan efektivitas harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam
jumlah yang digunakan, tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon
pada uji penetapan kadar.
Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai
sediaan akhir. Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati
untuk injeksi yang diberikan lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain
berlaku sebagai berikut :
§ Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih
dari 0,01 %
§ Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari
0,5 %
§ Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau
Natrium Sulfit, bisulfit atau metabisulfit , tidak lebih
dari 0,2 %
Kuliah Di Farmasi Sudah
Merenggut Masa
Mudaku, Tapi Aku Yakin
Bakal Mencerahkan
Masa Depanku

Anda mungkin juga menyukai