METALOGRAFI KUANTITATIF
1. Terminologi Stereologi
Stereologi atau quantitatif metallography adalah ilmu yang mempelajari tentang karakterisasi kuantitatif dari suatu geometri mikrostruktur material. Tujuan dari stereologi ini adalah menjelaskan tentang karakterisasi geometri yang ada pada mikrostruktur (butir, void, precipitat, dislokasi) dalam bentuk kuantitatif (jumlah dan ukuran). International Society for Stereology membuat simbol dan peraturan dasar prosedur. Ada 5 simbol dasar yang digunakan.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Simbol-simbol tersebut yaitu: P = point S = surface L = line V = volume A = area Pengukuran dasar stereologi antara lain:
Pp = jumlah test point dari satu fasa dibagi dengan jumlah semua test point. PL = jumlah titik potong antara garis dengan feature dibagi dengan panjang test-line. NL = jumlah feature yang terpotong oleh test line dibagi dengan panjang test-line. PA = jumlah point features dengan test area.
NA =
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Unit
Dekripsi
Nama umum
P
Pp L PL LL A mm mmmm/mm mm
S V
AA Sv Vv
mm mm
mm /mm Jumlah area permukaan dibagi dengan total test area mm /mm Permukaan dibagi dengan total test volume mm /mm Volume struktur dibagi dengan total test volume
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Symbo l
Unit
Nama umum
N NL PA LA NA PV mm mm mm/mm mm mm
jumlah feature yang terpotong oleh test line dibagi dengan panjang test-line. Jumlah titik feature dibagi dengan total test area Panjang linear feature dibagi total test area jumlah features dibagi dengan test area Jumlah point per test volume
LV NV
mm/mm mm
Panjang feature per test volume Jumlah feature per test volume Volumetric density
L A S
mm mm mm
Rata-rata linear intercept distance, LL/NL Rata-rata areal intercept, AA/NA Rata-rata particle surface area, SV/NV
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
2. Fraksi Volume
Penghitungan fraksi volume adalah salah satu pengukuran yang memiliki arti penting dalam stereologi. Prosedur penghitungan yang paling simpel adalah dengan melihat microstrukturnya lalu perkirakan jumlah fraksi volumenya. Tapi teknik ini memiliki hasil yang tidak akurat. Cara lain adalah dengan membandingkan foto mikrostruktur dengan literatur yang ada.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Fraksi Volume
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Fraksi Volume
Terdapat tiga dasar prosedur pengukuran yang telah banyak dikembangkan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara melihat struktur dua dimensi dari mikrostrukrur.
Prosedur tersebut adalah:
Areal Analysis Lineal Analysis Point Counting
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dimana
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dimana
LL
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Nilai relative accuracy didapat dari hasil 95% CL dibagi dengan niali rata-rata.
Nilai %RA menggambarkan keakuratan data. Dari nilai-nilai yang didapat diatas, De Hoff, memberikan suatu formula untuk menghitung jumlah sample N yang efektif untuk diukur dan menghasilkan nilai akurasi 95%. Formula tersebut adalah:
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dari metode diatas, metode two-dimensiona systematic point counting adalah metode yang menghasilkan variansi data terendah, tetapi selama densiti grid yang digunakan rendah (untuk fraksi volume sekitar 1-50% digunakan grid dengan jumlah titik 6-300). Pada fraksi volume sekitar 20%, dilakukan penghitungan dengan 7 operator maka diketahui metode yang tepat untuk kondisi ini. Areal analysis menghasilkan salah hitung yang paling rendah. Akurasi terendah didapat dari metode lineal analysis. untuk kondisi ini yang lebih disukai adalah metode areal analysis. Akurasi penghitungan yang didapat tidak hanya berasal dari metode penghitungan, tetapi juga operator yang menghitung. Berikut adalah contoh percobaan point counting untuk macam-macam variabel percobaan.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Sampel yang digunakan adalah sampel yang memilki fasa sekitar 3, 30 dan 45% (sampel A, B dan C) Pada jumlah percobaan yang tetap, jika waktu pengukuran meningkat maka fraksi volume juga meningkat. Pada jumlah grid yang konstan (PT = 2000), jika fraksi volume meningkat maka akurasi meningkat. Pada waktu pengukuran yang konstan, maka grid dengan densiti titik yang tinggi menghasilkan nilai akurasi yang tinggi.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Kesimpulan
Point counting dengan systematic two-dimensional adalah metode yang optimum untuk mengestimasi fraksi volume. Tetapi tidak efektif digunakan untuk fraksi volume lebih dari 50%. Analisa statistik sangat perlu digunakan untuk mencapai keakuratan yang maksimal. Untuk fraksi volume yang rendah, grid tinggi lebih efektif untuk digunakan ( misal grid 100) dan sebaliknya (misal grid 25). Sampel harus dikontrol untuk meminimalisir permukaan kasar sampel.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
3. Ukuran Butir
Menentukan ukuran butir adalah hal yang sangat penting dalam pengukuran metalografi karena pengaruhnya terhadap propertis material.
Material yang memiliki ukuran butir yang kecil akan memiliki propertis mekanik yang kuat sedangkan sebaliknya, material yang memiliki buti yang besar akan meiliki propertis mekanik yang lemah.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Nital 2%
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dalam ASTM E 112, terdapat bagan yang menghubungkan ASTM garin size number, jumlah butir 2 per inci pada perbesarn 100X, jumlah butir per 1 mm, rata-rata diameter butir yang dihitung dengan metode Jeffrie dan rata-rata panjang garis potong yang dihitung dengan menggunakan metode Heyn.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Untuk mendapatkan nilai G pada tabel ASTM E112, maka nilai G didapat dari perhitungan sebagai berikut:
Nilai n adalah jumlah butir per inci persegi pada perbesaran 100X. Standar penghitungan lain contohnya pada standar ISO adalah dimana jumlah butir dihitung pada 1 mm persegi pada perbesaran 1X. Penghitungannya sebagai berikut:
maka
G = Gm 0.045
dan
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Standar Jerman menggunakan metode sendiri. Digambarkan nilai K yang dihitung berdasarkan jumlah rata-rata butir Z per cm persegi pada perbesaran 100X, yaitu: K = 3,7 + 3,33 Log Z sebagai contoh untuk nilai K = 5, maka nilai Z = 2,5 butir per cm persegi pada 100X atau sama dengan 16 butir per inci persegi, sehingga memiliki nilai ASTM 5. Jika penghitungan menggunakan perbesaran yang berbeda, maka nilainya dapat dikonversi dengan formula sebagai berikut:
M adalah perbesaran, Mb perbesaran pada standar, Q nilai tambah Misalkan butir dengan ASTM 8 diuji dengan perbesaran sekian sehingga menghasilkan nilai Q = 2, maka nilai ASTM sebenarnya adalah 8+2= 10.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dengan diketahui nilai f, maka didapat nilai perbesaran M yaitu dengan formula: Nilai rata-rata luas butir A : atau Nilai rata-rata diameter butir :
Nilai ukuran butir ASTM, G, dapat dihitung: atau G = [3,322 log NA] 2,95
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
NA = ((141/2) + 1)/0.02 = 3574 Maka nilai ASTM yang diperoleh: G = [3,322 log NA] 2,95 = 8,85 (sekitar 9)
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Ujung garis uji sering berhenti di dalam butir, maka butir tersebut akan dihitung dengan nilai , jika melewati triple point, maka dihitung 1 . Selanjutnya, akan didapat nilai ASTM, G, dengan formula sebagai berikut: G = [-6,6457 log L3] 3,298 (L3, mm) G = [-6, 6353 log L3] 12,6 (L3, in) Menghitung jumlah butir per inci persegi pada 100X 2 2 NA (100X, in ) = 0.8 (M/100) NL1 NL2 1/2 Luas butir rata-rata L3 = (p/4)
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Jika metode garis potong digunakan untuk mengevaluasi noequiaxed grains, garis lurus lebih efektif digunakan. Garis tersebut harus berorientasi terhadap tiga arah. Untuk menentukkan nilai ASTM, langkah-langkah berikut harus dilakukan. Yaitu: 1. NL = 1/3 (NL,1 + NL,t +NL,p) 2. 3. G = [-6,6457 log L3] 3,298 (L3, mm) 4. G = [-6, 6353 log L3] 12,6 (L3, in) NV didapat dari NV = 0.566 NL,l NL,t NL,p G = [2,214 log NV] 2,74
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Untuk metode yng termudah adalah dengan menggunakn garis potong. ASTM mengembangkan prosedur untuk menghitung besar butir pada struktur butir duplex, yaitu dengan cara titik potong. Grid yang digunakan adalah garis lurus yang pararel dengan jarak 5 mm, dan diukur dari berbagai sudut:0, 45, 90 dan 135. Kemudian menentukan jumlah potongan dan panjang potongan. Fraksi volume masing daerah (fine dan coarse grain) dapat ditentukan dengan membagi panjang potongan daerh tertentu dengan total panjang potongan. Panjang potongan dimasing-masing daerah dibagi dengan perbesaran M, jumlah intercept dibagi dengan angka tersebut menghasilkan nilai NL untuk masing-masing daerha. Kemudain L3 dan G dapat dikalkulasikan
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
gambar dengan
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Standar deviasi dari diameter butir adalah: bisa diperoleh dari persamaan: NA = NV Nilai s(Dg) (geometric standar deviation) adalah: Nilai
Nilai G adalah:
G = [2,215 log Nv] 2,95
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Banyak metode lain yang telah dikembangkan untuk menentukan NV untuk besar butir dan partikel terdistribusi. Salah satu yang populer adalah metode Saltykov. Metode ini juga menggunakan klasifikasi berdasarkan besar butir. Pembatasan metode ini adalah: Butir bisa jadi monodispersed atau polydispersed Butir memiliki bentuk yang sama, perbedaan hanya diukurannya saja. Butir harus tersebar merata Butir hanya terpotong sekali oleh random plane. Menghitung kemungkinan jumlah butir yang masuk kedalam kelas tersebut adalah:
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dimana Di adalah diameter maksimum dikelas tersebut. Perhitungan ini akan berhenti jika NA,i x = NA,0
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Dari tabel diatas, dapat diambil contoh perhitungan NV untuk masing-masing kelas, yaitu:
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Hanson telah mengembangkan formula untuk mencari hubungan antara nilai NA dan NL untuk menghitung NV, yaitu:
Formula lain yang menghunbungkan NL, NV, dan NA, untuk struktur octahedron yaitu:
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
3.4. Kesimpulan
Besar butir dapat diukur dengan sejumlah prosedur kemudian dibandingkan dengan ASTM grain size number. Lineal analysis menghasilkan nilai G yang paling baik. Intercept method tepat digunakan untuk struktur butir dua fasa, duplex dan struktur terdistorsi. Pengukuran grain size distribution dan penghitungan nilai NV, V rata-rata dan D rata-rata memerlukan assumsi bentuk butir, karena penghitungannya menganggap bentuk butirnya sama untuk penyerdahanaan perhitungan.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
Kebanyakkan chart standar yang digunakan adalah yang menggunkan perbesaran 100X supaya menampilkan permukaan yang besar agar mudah untuk diperhatikan. Untuk baja dengan kadar inclusi yang rendah, sebaiknya menggunakan perbesaran yang tinggi untuk memudahkan deteksi dan klasifikasi. ASTM E45 telah banyak digunakan unutk melakukan penghitungan jumlah inclusi dalam baja. Terdapat tiga metode chart dan satu metode non-chart. JK chart digunakan unutk berbagai macam baja. SAE chart digunakan untuk baja low-carbon carburizing. Modified JK chart digunakan untuk untuk baja dengan conten inclusi yang rendah.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1
4.4. Kesimpulan
Inclusi sangat mempengaruhi sifat mekanik dari material. Pada baja-baja yang digunakan untuk komponen mesin, biasanya terdapat inclusi sulfida dan mangan untuk meningkatkan macheability. Metode dengan menggunakan chart adalh metode yang paling banyak digunakan Standar penghitungannya ada di ASTM E45 dan JIS G 0555.
MMS310801-KARAKTERISASI MATERIAL1