Kie Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

SWAMEDIKASI

KELOMPOK 4

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Husnawati, M.Si
Anggota Kelompok
Ramadini Fitri 2001071
Ridza Fitria Achdar 2001072
Rifani Karisma P 2001073
Rinda Yunelva 2001074
Rizki Abi Rahman 2001075
Salsabila 2001076
Salsabila Alhamdania 2001077
Definisi Swamedikasi
Swamedikasi merupakan salah satu bagian dari self-care. Sedangkan self-care adalah apa
yang dilakukan manusia untuk dirinya sendiri untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan,
mencegah dan menghadapi penyakit. Swamedikasi menurut World Health Organization (WHO)
merupakan proses pengobatan yang dilakukan sendiri oleh seseorang mulai dari pengenalan keluhan
atau gejalanya sampai pada pemilihan dan penggunaan obat (WHO, 1998).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Secara
sederhana, dapat dijelaskan bahwa swamedikasi merupakan salah satu upaya yang kerap dilakukan
oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih
dahulu melakukan konsultasi kepada dokter.
Definisi Swamedikasi
Menurut Ipang dan Yosephine tahun 2011 dibuku “Swamedikasi Yang Baik Dan Benar”

menjelaskan Swamedikasi merupakan kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa

resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional) (Ipang & Yosephine, 2011).

Swamedikasi merupakan suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang

umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas secara umum dipasaran atau obat

keras yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek
Pemikiran masyarakat cukup dengan swamedikasi

Faktor sosial ekonomi

Kurangnya waktu masyarakat untuk kedokter

Faktor Yang
Promosi obat yang gencar dan gaya hidup
Mempengaruhi
Pelaksaan
Swamedikasi Kurangnya akses ke faskes

Kemudahan memproleh produk

Pendidikan dan perkerjaan

Usia
Menurut Who (2000), Peran Tenaga Kefarmasian
Dalam Swamedikasi Yaitu
1. komunikator
Tenaga Kefarmasian Harus Mempunyai Inisiatif Untuk Berdialog Dengan Pasien (Dan
Dokter, Jika Dibutuhkan) Untuk Menggali Tentang Riwayat Kesehatan Pasien. Dalam Hal Ini Tenaga
Kefarmasian Harus Mampu Mengenali Gejala Penyakit Tanpa Melangkahi Wewenang Dokter. Tenaga
Kefarmasian Harus Memberikan Informasi Yang Objektif Yang Diperlukan Pasien Misalnya Mengenai
Cara Penggunaan Obat Atau Cara Penyimpanan Obat.
2. Penyedia obat yang berkualitas
Seorang Tenaga Kefarmasian Harus Menjamin Bahwa Obat Yang Disediakan Dalam
Swamedikasi Berasal Dari Sumber Yang Dapat Dipertanggung Jawabkan Dan Berkualitas Bagus.
Lanjutan…
3. Pengawas dan Pelatih ( Trainer dan Supervisor)
Tenaga Kefarmasian Harus Menjamin Bahwa Pelayanan Yang Dilakukan Oleh Staf – Staf
Yang Bukan Farmasi Memiliki Kualitas Yang Sama. Karena Itu Tenaga Kefarmasian Harus Membuat
Protokol Sebagai Referensi Bagi Tenaga Kefarmasian Dan Juga Protokol Bagi Tenaga Kesehatan
Masyarakat Yang Terlibat Dengan Penyimpanan Dan Distribusi Obat.
4. Kolaborator
Tenaga Kefarmasian Harus Membangun Hubungan Profesional Yang Baik Dengan
Profesional Kesehatan Yang Lain, Asosiasi Profesi Nasional, Industri Farmasi, Pemerintah
(Lokal/Nasional ), Pasien Dan Masyarakat Umum.
5. promotor
Sebagai Bagian Dari Kesehatan, Tenaga Kefarmasian Harus Berpartisipasi Dalam
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan Dan Risikonya Bagi Masyarakat, Berpartisipasi Dalam Promosi
Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit Dan Memberikan Saran Secara Individual Untuk Membantu
Dalam Menentukan Pilihan Informasi Tentang Kesehatan.
Kriteria Obat yang digunakan dalam Swamedikasi

Sesuai Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993


Kriteria obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter

Tidak dikontraindikasikan untuk Penggunaannya tidak memerlukan


penggunaan padawanita hamil,anak Tidak memberikan resiko pada
cara atau alat khusus yang harus
dibawah usia 2 tahun dan orang tua kelanjutan penyakit
dilakukan oleh tenaga kesehatan
diatas 65 tahun”

Penggunaannya diperlukan Memiliki rasio khasiat yang


untuk penyakit yang dapat dipertanggungjawabkan
prevalensinya tinggi di untuk pengobatan sendiri
Indonesia
Keterampilan berKomunikasi

• Untuk melakukan pelayanan kefarmasian kepada pasien, dibutuhkan keterampilan


khususnya keterampilan komunikasi
• Farmasis sebaiknya memiliki keterampilan berkomunikasi dengan menggunakan
metode pendekatan diagnosis diferensial dan penerapan KIE
• Pendekatan diagnosis diferensial bertujuan untuk membandingkan tanda klinis suatu
penyakit ringan dengan penyakit lainnya yang mirip
• Dalam melakukan pendekatan ini, farmasis dapat menggunakan beberapa jenis
mnemonics, seperti WWHAM, ASMETHOD, ENCORE, dan SITDOWNSIR
Penyakit yang dapat diswamedikasi

Nyeri Diare

Sakit Magh Kadas / Kurap


Jerawat
Demam
Ketombe
Pusing
Kudis
Batuk
Kutil
Influenza
Luka Bakar
Cacingan Luka Iris / Serut
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai