MUHAMMAD RIZALI FAHMI, S.KEP, NERS NS. SUPRINO PURWANTO, S.KEP DEFINISI • Glaukoma kongenital atau glaukoma pediatrik adalah kondisi tingginya tekanan bola mata yang tinggi pada anak-anak sehingga merusak saraf optik (penglihatan). • Penyakit ini biasanya didiagnosis saat lahir atau tidak lama setelahnya. Banyak kasus juga didiagnosis saat bayi berusia satu tahun ke bawah. • Peningkatan tekanan pada mata dapat berujung pada kerusakan saraf optik (glaukoma) dan bisa mengakibatkan hilang penglihatan (kebutaan) secara permanen pada bayi atau anak. ANATOMI FISIOLOGI PADA PASIEN GLAUKOMA ETIOLOGI • Secara umum adalah meningkatkan tekanan pada bola mata. Pada glaukoma kongenital, hal serupa juga terjadi. • Penyakit ini ditandai dengan tidak normalnya jalur drainase mata (struktur pada mata yang disebut anyaman trabekular). • Normalnya, cairan bening yang disebut aqueous humor terus-menerus mengalir di dalam mata. Cairan ini mengalir dari area bagian belakang iris kemudian keluar melalui saringan anyaman trabekular, lalu disalurkan kembali ke aliran darah. • Namun, karena anyaman trabekular tidak berfungsi dengan baik, terdapat gangguan pada aliran aqueous humor. Ini menyebabkan tekanan di dalam mata menjadi tinggi. • Pada glaukoma kongenital, sel dan jaringan mata pada bayi tidak berhasil berkembang dengan sempurna sejak di dalam kandungan. Akibatnya, bayi terlahir dengan masalah drainase di matanya. • Sayangnya, penyebab tidak sempurnanya pembentukan drainase mata pada bayi belum diketahui secara pasti. Beberapa kasus merupakan kondisi keturunan, sementara kasus lainnya tidak. KLASIFIKASI GLAUKOMA PADA ANAK • Beberapa istilah glaukoma pada anak anak dibedakan berdasarkan gejala klinis dan usia penderita pada saat diagnosis glaukoma ditegakkan : • Glaukoma developmental : yakni semua jenis glaukoma yang disebabkan oleh kelainan perkembangan sistem aliran keluar cairan akuos, yang dapat juga berhubungan dengan kelainan sistemik lain. • Glaukoma kongenital primer : yakni jenis glaukoma yang tejadi pada anak usia tahun pertama, disebabkan oleh gagal atau pembentukan tidak normal dari anyaman trabekulum. Yang biasanya berjalan sporadik, terdapat 10% dengan herediter, diduga bersifat autosomal resesif. • Primary newborn glaucoma yakni glaukoma kongenital primer yang terdiagnosis sejak lahir. KLASIFIKASI GLAUKOMA PADA ANAK
Primary infantile glaucoma yakni glaukoma kongenital primer pada usia
1 bulan sampai dengan 2 tahun. Late-recognized primary infantile glaucoma yakni glaukoma yang terdiagnosis lebih dari 2 tahun Juvenille glaucoma yakni glaukoma yang berusia lebih dari 3 tahun sampai dewasa muda dan berhubungan dengan pola pewarisan autosomal dominan. Biasanya glaukoma jenis ini bersifat herediter yang terdapat pada short arm chromosom 1. Dan terlihat sebagai glaukoma sudut terbuka pada usia antara 10-35 tahun. Biasanya 35% menderita miopi tinggi. MANIFESTASI KLINIS Gejala glaucoma tipe kongenital yang paling khas adalah sebagai berikut: • Keluar air mata berlebihan (disebut juga epifora) • Sensitif terhadap cahaya silau (disebut juga fotofobia) • Kejang kelopak mata (disebut juga blefarospasme) • Ukuran mata lebih besar dari kondisi normal PATOFISIOLOGI • Ada dua teori mekanisme kerusakan saraf optik yang diakibatkan tekanan intraokuler meliputi kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan penurunan aliran darah pada papil saraf optik sehingga terjadi iskemia akson saraf. Pencegahan atau pengendalian faktor risiko, terutama peningkatan tekanan intraokuler ialah tujuan utama manajemen glaucoma. PENATALAKSANAAN MEDIK DAN KEPERAWATAN •Pemeriksaan Diagnostik • Pemeriksaan lapang pandang : Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis danmenindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan TIO akan merusak papil saraf optikus. • Pengukuran tonografi/tonometri : Mengkaji Tekanan Intra Okuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) • Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutupglaukoma. • Tes Provokatif : Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. • Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofilempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma PENATALAKSANAAN MEDIK • Medikamentosa • Obat topikal : • Golongan kolinergik : pilokarpin, karbakhol. • Golongan agonis adrenergik : epinefrin, dipivefrin, brimonidin, apraklonidin. • Golongan penyekat reseptor beta/ beta-blockers : timolol, carteolol, betaxolol, levobunolol, metoprolol. • Golongan analog prostaglandin : latanoprost, unoprostone • Golongan inhibitor karbonik anhidrase topikal : brinzolamid, dorzolamid. • Obat sistemik : • Golongan inhibitor karbonik anhidrase : acetazolamid, methazolamid. • Zat hiperosmotik : mannitol, gliserin, urea PENATALAKSANAAN MEDIK • Operasi • Iridektomi atau iridotomi perifer • Gonioplasti atau iridoplasti laser • Trabekuloplasti laser • Goniotomi • Trabekulotomi PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Pengkajian Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan glaukoma adalah: o Identitas / Data Biografi : Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, danketerangan lain mengenai identitas pasien. o Riwayat penyakit sekarang : Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnyayang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan. o Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. o Riwayat Kesehatan Keluarga : Pada pengkajian klien dengan gangguan mata(glaukoma) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguansistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, sertariwayat terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN ASKEP 2. Risiko Jatuh b/d gangguan Penglihatan (Sdki D.0143) Luaran: Tingkat jatuh menurun (Slki L.14138) •Jatuh saat berdiri menurun •Jatuh saat duduk menurun •Jatuh saat berjalan menurun •Jatuh saat dipindahkan menurun •Jatuh saat di kamar mandi menurun •Jatuh saat membungkuk menurun Intervensi Keperawatan: Pencegahan Jatuh (Siki I.14540) •Identifikasi faktor resiko jatuh •Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi •Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (misalnya lantai licin, penerangan kurang) •Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (Misalnya Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale) Jika perlu •Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya •Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga •Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam keadaan terkunci •Pasang Handrail tempat tidur •Tempatkan pasien beresiko tinggi dekat dengan pantauan perawat atau nurse station •Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah •Gunakan alat bantu berjalan •Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien •Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah •Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin •Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh •Anjurkan melebarkan kaki untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri 3. Ansietas (Sdki D.0080) Luaran: Tingkat Ansietas menurun (Slki L.09093) •Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun •Perilaku gelisah dan tegang menurun •Palpitasi, tremor, dan pucat menurun •Konsentrasi dan pola tidur membaik •Orientasi membaik Intervensi: Reduksi ansietas (Siki I.09314) •Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor. •Identifikasi kemampuan mengambil keputusan •Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal •Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan •Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan •Pahami situasi yang membuat ansietas •Dengarkan dengan penuh perhatian •Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan •Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan •Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang •Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami •Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis •Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu •Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan •Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi •Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan •Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat •Latih teknik relaksasi TERIMAKASIH