Anda di halaman 1dari 153

MODALITAS DIAGNOSTIK

KARDIOVASKULER

Ali Ghanie

Division of cardiology,Department of Internal


Medicine, Faculty of Medicine Sriwijaya University,
Palembang
Modalitas

 Pemeriksaan diagnosis fisik


 Laboratorium
 Elektrokardiogram
 Chest x Ray
 Echocardiography
 Magnetic resonance imaging
 Kateterisasi
Pemeriksaan fisik

 Sebagian besar dapat ditegakkan


dengan fisik
 Kardiomegali, bunyi jantung, bising
tambahan, gallop
 Edema paru-paru, edema sistemik,
JVP, hepatomegaly, edema tungkai
RIWAYAT PENYAKIT

 Harus dilakukan sendiri oleh dokter baik


langsung kepada pasien, atau tidak
langsung melalui keluarga. Pertahankan
hubungan dokter pasien, jangan
mendelegasi
 Merupakan informasi dasar guna rencana,
evaluasi, serta pengobatan
 Menimbulkan kepercayaan pasien terhadap
dokter
KERANGKA DARI RIWAYAT PENYAKIT

 Masalah psikologis
 Sumber informasi
 Sintesis diagnosis
 Landasan rencana pemeriksaan fisik, lab,
pengobatan dan prognosis
 Consultant behavior
 Catatan riwayat
 Ringkasan riwayat
Ringkasan dari Riwayat Penyakit
Problem Primer

Differensial Diagnosis

Kelainan Anatomi

Kelainan Fisiologi

Status Kardiovaskuler, Kompensasi, Stabil / Tidak

Riwayat Pengobatan Lampau, Sekarang

Prognosis

Pertanyaan yang belum terjawab


SUMBER INFORMASI
 Telepon, surat, auto / allo-anamnase

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
LAB / FISIK, PROGNOSIS, PENGOBATAN
 Lab. Standard ?
 sesuai dengan gambaran klinik ?
 dapat dipakai atau harus diulang ?
CONSULTANT BEHAVIOUR
 Bukan hanya mengumpulkan keluhan, tetapi didasari
oleh pengetahuan yang luas
 Memerlukan keahlian untuk dapat mengambil makna dari
riwayat
 Harus berkesinambungan, tidak terputus – putus, dapat
juga terpotong, sambil mengevaluasi data yang ada
 Pada keadaan tertentu pasien membuat personal
diagnosis, dengan maksud stimulasi diskusi, jangan di
kritik, tunjukkan bahwa kita toleran dan tertarik.
 Kadang – kadang respon pasien membuat frustasi, tetapi
harus tetap simpati
 Pasien dapat dibantu dalam fikiran dan di bimbing dalam
menjelaskan
 Hindari kecenderungan penyempitan dalam perspektif
Etiologi Penyakit Kardiovaskuler
1. Penyakit jantung koroner
2. Penyakit jantung hipertensip
3. Penyakit jantung katup
4. Penyakit miokard, miokarditis
5. Hipertensi pulmonal
6. Penyakit emboli paru
7. Penyakit jantung kongenital
8. Aritmia dan gangguan konduksi
9. Penyakit perikard
10. Endokarditis infektif
11. Tumor jantung
12. Trauma jantung
13. Penyakit jantung endokrin
14. Penyakit jantung rematik & jaringan ikat
15. Penyakit jantung neuromiopati
16. Penyakit jantung karena obat
17. Penyakit aorta
18. Penyakit arteri perifer
19. Penyakit kardiovaskuler berhubungan dengan non kardiak
Diagnosis Sintesis
 Major disabling symptoms, bukan saja Keluhan
utama, juga hal lain yang berhubungan dengan
sense of well being.
 Berikan kebebasan kepada pasien untuk
menyampaikan perasaan dan reaksinya.
 Berdasarkan itu timbul diferensial diagnosis dan
usaha klarifikasi diagnosis termasuk kronologis,
diskriptip, dan asosiatip.
 Selama wawancara harus di observasi emosi reaksi
gerak fisik pasien.
 Apakah simptom benar – benar menggambarkan
penyakit, deviasi norma, atau dibesar – besarkan.
 Melalui proses diatas dapat dibuat suatu kesimpulan
yang mendasari komplek simptom penderita
Gejala Sebagai Diagnostik Marker

 Sarana canggih tentunya dapat diterima, walaupun


bedside clinical examination tetap tidak berubah
 Dulu 70% diagnosis berdasarkan anamnese, 20% fisik,
10% dengan sarana penunjang.
 Saat ini sarana penunjang sangat berperan, namun tetap
sangat bergantung dengan penyakit yang mendasarinya
 Pada keadaan tertentu hanya dapat dengan Sarana
bantu
 Dokter harus dapat menentukan nilai prediksi dari
gejala, sampai sejauh mana pemeriksaan lanjutan
diharuskan
HISTORY
 Kenaikan tekanan vena pulmonalis, dispnea,
orthopnea, batuk, hemoptisis
 Aliran koroner tidak adekwat, angina pektoris
 Shunt dari kanan ke kiri, cyanosis, dispnea,
squattig, sinkope
 Gagal jantung kongesti, bengkak kaki, nyeri
hati
 Curah jantung rendah, fatigue, dispnea
 Aritmia jantung, palpitasi, sinkope.
Simptom Kardiovaskuler
 Nyeri, lokasi, luasnya area, penyebaran nyeri,
kwalitas nyeri, sejak kapan, lamanya nyeri, faktor
yang menimbulkan dan menghilangkan nyeri.
 Dyspnea, on effort, paroxysmal nocturnal, orthopnea
 Batuk
 Hemoptysis
 Palpitasi
 Syncope
 Edema
 Fatigue, kelelahan
 Cyanosis
 Anoreksia, nausea, vomitting
Chest Pain

 Angina pektoris, akibat iskemik miokard


 Diseksi aneurysma aorta
 Perikarditis akut
 Emboli paru
 Akibat hipertensi pulmonal, iskemik RV ?
 Non kardiak, cemas, muskuloskletal, herpes,
esofagus, lambung, shoulder hand syndrome
Nyeri Lain – Lain

 Nyeri tungkai, perifer atherosklerosis, Raynaud,


thrombophlebitis, klaudikasio intermitten, emboli
 Nyeri kepala, migraine, hipertensi, nyeri rahang,
palatum, pipi, rongga telinga (iskemi miokard)
 Nyeri abdomen, ruptur aneurysma aorta, abdominal
angina (a. masenterika), epigastrik (iskemik miokard),
nyeri hati karena kongesti
 Nyeri sendi, hampir semua bentuk arthritis disertai
kelainan jantung atau perikardium
Dispnea (Kesulitan Nernafas)
 Nafas terasa pendek, sulit untuk mendapatkan udara
 Banyak penyebab, faktor penyebab timbul atau
hilang, onset akut atau kronik
 Dispnea pada latihan, gagal jantung kongestif, paru
kronik, kondisi fisik buruk, iskemi miokard
 Dispnea dan wheezing (mengi), sejak kecil, sesudah
40 th, atau asthma sejak kecil disertai gagal jantung
 Orthpnea, nafas lebih enak pada posisi duduk,
umumnya gagal jantung kongestif, dapat juga paru
kronis, fatigue lebih dominan pada gagal jantung
 Proxysmal nocturnal dyspnea, prediktor baik untuk
gagal jantung, dapat juga hiperventilasi akibat
cemas, asthma bronkhial akut, emboli paru
Batuk
 Kering, non produktif, kengesti paru akibat GGJ
 Pada edema paru, batuk disertai ‘frothy, pink tinged
sputum’
 Sering batuk oleh karena obat ACEI (untuk GGJ)

Palpitasi
• Merasakan denyut jantung, pounding, stopping,
jumping, racing, keluhan tidak menggambarkan berat
ringannya
• Adanya rasa tidak enak pada leher, kontraksi atrium
kanan pada saat trikuspid tertutup
Cardiac Syncope

 Transient kehilangan kesadaran karena inadekwat


cerebral blood flow akibat curah jantung menurun
 Terjadi pada ASHD, AS, AI, MS, HCM, miksoma
 Paroksismal aritmia, sinus arrest (SSS), Adam Stokes
 Postural hypotension, carotid sinus syncope, cough
micturition, vasovagal
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULER
Keadaan Umum
 Kesan umum, tampak sakit, ringan / berat
 Tanda vital, pernafasan, tekanan darah, nadi, suhu tubuh
 Posture badan secara keseluruhan, tinggi, berat badan, yang
berhubungan dengan kelainan kongenital, Mongolism,
Marfan’s syndrome
 Cyanosis perifer, central, diferensial cyanosis
 Kepala, ektremitas(jari tabuh)

Nadi (‘Arterial Pulse’)


 Denyut di perifer
 Tentukan isi, tegangan, frekwensi, ritme, bentuk, amplitudo
 Harus diperiksa pada seluruh arteri besar secara bilateral
Bentuk Nadi
 Hiperkinetik (water Hamer) arterial pulse, hipertensi,
arteriovenous fistula, latihan, demam, PDA, AI,
hemodialisa kronik, tirotoksikosis
 Bisferian, dua positif gelombang pada sistole, pada
HCM
 Hipokinetik, hipovolemia, AS, MS, GGJ kiri
 Parvus et Tardus, lebih mudah di deteksi di carotis, AS
 Dikrotik, sering pada orang muda atau demam, dapat
juga GGJ kiri.
 Pulsus alternan, GGJ
 Pulsus paradoksus, tamponade, perikarditis konstriktif.
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
 Bentuk dada
 Pulsasi, lokasi sternoklavikula, aorta, pulmonal, RV,
apek, epigastrik, ektopik, tentukan waktunya
 Jika hebat dapat diraba
 Palpasi lokasi nyeri, S3, S4, ictus, thrill
 Posisi kepala 30°, lakukan berbagai perubahan
posisi
 Palpasi bersamaan a. carotis dan ictus dapat
menentukan berat ringannya suatu AS
Venous Pulse & Pressure

 Inspeksi vena di leher, v. jugularis externa / interna


 Normal terdiri dari ‘a’ (sistole atria), ‘c’ (penutupan
trikuspid), ‘v’ (pembukaan trikuspid)
 Posisi dapat 45° sampai horizontal
 Pulsasi vena, dua pulsasi positif, arteri  satu
 Venous pressure (tekanan v. jugularis)
Auskultasi Bunyi Jantung & Murmur

 Stetoskop (bell & diaphragma), phonokardiogram


 Area auskultasi, aorta, pulmonal, trikuspid, mitral
 Jangan terpaku pada area tersebut, dapat area
yang lebih jauh (penyebaran), aksila, punggung
 Pemeriksaan harus dilakukan pada berbagai posisi,
duduk berbaring miring kiri
 Tentukan dulu suara normal (suara jantung satu,
dua), baru suara tambahan
Bunyi Jantung Normal

 Suara jantung 1, bersamaan penutupan katup


mitral dan trikuspid, dapat mengeras atau melemah
 Suara jantung 2, penutupan katup aorta dan
pulmonal
 Suara jantung 3, akhir dari pengisian cepat, normal
pada orang muda
 Suara jantung 4
Bunyi Jantung Tambahan

 Irama gallop dapat S3 atau S4


 Ejection click, pada AS, Mitral valve prolapse
 Opening Snap
 Murmur, akibat aliran yang turbulent, tentukan
waktunya dalam silklus jantung, lokasi dan sebaran,
intensitas (low, medium, high pitched) dan kwalitas
(blowing, rumbling, musical)
 Pericardial friction rub
 Splitting Second/First Sound
Laboratorium

 B-type natriuretic peptides (BNP),


 N-terminal pro BNP (NT-proBNP)
 Kontroversial, sebagian beranggapan
tdk perlu, gagal jantung adalah
diagnosa klinis, atau modalitas lain
 C-terminal provasopressin (copeptin),
prognostic marker in HF after AMI
B-type natriuretic Peptide
 Hormon natriuretic peptide, berasal dari otot
jantung akibat stimuli tekanan dan volume
pada atrium dan ventrikel
 Mempunyai efek diuresis, vasodilatasi
 Pro BNP dipecah menjadi BNP aktif (32-
aminoacid C-terminal peptide), dan NT-
proBNP (76-amino acid cometabolit)
 Nilai 100 pg/ml untuk BNP,
CIRCULATORY CIRCUIT

PARU

Kanan Kiri
Chest X-Ray
Sketsa Jantung pada Foto Dada
JANTUNG NORMAL DENGAN PPM
JANTUNG NORMAL DENGAN
PPM
FOTO RONTGEN THORAK AP,
CTR >, SEG PULMONAL DAN
ATRIUM KIRI >
CTR >, LV embedded
Kerley A line (+)
CTR >, vasc hilus >
CTR>, Shoe shaped,
apex embdded
ASD II, CTR >, segm a.pulm >,
CTR>, shoe shaped, vasc
marking>, mass paracardial
kanan
CTR >, LA, LV>, RV> (?)
MS Berat dengan Pembesaran
Jantung Kanan
ASD II, DENGAN
ESSENMENGER SYNDROME
Akut Pulmonary Edema
Gagal Jantung dengan
Hipertensi Pulmonal dan
Kyposis
MS, MR
ASD II
ASD II dengan
Eisenmenger Syndrome
Mitral Stenosis Berat
Efusi Perikard
Mitral Stenosis
HHD
Congestive heart failure ec
MS/MR/AR/TR ec RHD
Congestive heart failure
ec MS/MR/AR/TR ec
RHD (perbaikan)
Edema Paru
Nyeri dada kiri, Riwayat CAD
(foto 1)
Klinis dugaan Pleuropneumoni
kiri.
Ekspertisi radiologi : curiga awal
bendungan paru
Nyeri dada kiri, Riwayat CAD
(foto 2)
4 hari post terapi antibiotik.
Ekspertisi radiologi : Aorta
sclerotic. Tidak tampak infiltrat
maupun efusi pleura
Echocardiography
What is echo?
 Machine with ultrasound base
 Imaging modalities of the heart, wall,
vessel, and valve
 Color flow modalities for assessing flow
direction
 Doppler modalities for hemodynamic
measurement, stroke volume, cardiac
out put
What the echo can tell in
HF ?
 Is there systolic dysfunction?
 How the wall motion abnormality looks
like
 Is it general or regional wall motion
abnormality ?
 Is there any valve problem? Primary or
secondary?
 LVH without valve problem, is it HHD or
HCM / HOCM
DIASTOLIC HF

 Symptomatic patient
 Some time normal CTR from chest x
Ray
 Systolic function (EF) normal
 Filling pattern reversed, or
pseudonormal
 Left atrial enlargement
EJECTION FRACTION

 Percentage of ejected blood during


systole
 Measured by M mode, or bullet
 Normal range > 50%
INTRODUCTION

 Most acquired or congenital cardiac


disease are associated with systolic
or diastolic LV dysfunction
 Assessment For SV provide a
valuable prognostic information
 Should be a routine procedure in
echo exam
GENERAL PRINCIPLES
 Linear measurement from the M-mode for LV
dimension during systole and diastole and EF
and FS
 With the 2-D echo, area, volume, SV, COP
could be measured
 Doppler, intra cardiac blood flow, systolic flow
measurement made possible.
 Advanced Echo, tissue Doppler, strain rate,
sophisticated procedure for LV function
M-MODE ECHO

 Linear measurement of minor axis


dimension from M-mode
 Mostly guided by 2-D echo
 Resolution for precise timing is
superior, but Visualization of entire
LV is poor
Linear measurement of LV and
function
 End diastolic diameter (EDD)
 End systolic diameter (ESD)
 Fractional shortening (FS)
 Ejection fraction (EF)
 Cubed LV volume in diastole (EDD)3
 Cubed Lv volume is systole (ESD)3
Diagram echo 2-D pada potongan memanjang menunjukkan diameter
akhir diastole dan systole (garis titik-titik)
Trans thorakal Ekho M-mode dengan bimbingan ekho 2-D menunjukkan
interogasi linier yang memenuhi syarat, dengan fungsi sitolik ventrikel kiri yang
normal
Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan echo 2-D pada potongan
basis jantung pada orang normal, terlihat gerakan basis jantung pada saat
systole menebal sampai 1.79 cm
Parameter ekho normal laki-laki ( n = 79)
Parameter echo Range Mean SD
EDD 3.10 – 4.90 4.02 0.4580
ESD 1.50 – 3.30 2.069 0.3799
IVS 0.70 – 1.00 0.844 0.07
PW 0.70 – 0.90 0.772 0.078
FS 28.0 - 58.0 48.25 7.93
EF 63.0 - 90.0 80,307 4.07
A0 2.20 – 3.60 2.867 0.245
LA 1.70 – 3.00 2.217 0.412
LVM 53.53 - 177.41 106.087 29.5619
LVMI 36.42 - 101.12 67.4192 17.5942
RWT 0.23 – 0.53 0.388 0.05326
BW 47.0 - 72.00 59.33 8.033
H 154.0 - 179.0 163.359 5.98
BSA 1.34 – 1.80 1.6213 0.1042
Sumber : A.Ghanie. Parameter echo normal. Buku ajar Penyakit Dalam
Paremeter ekho normal pada wanita (n = 79)
Parameter ekho Range Mean SD
EDD 3.20 - 4.60 3.9353 0.3549
ESD 1.50 - 3.30 2.1324 0.3607
IVS 0.60 - 1.00 0.8147 8.214E-02
PW 0.50 - 0.90 0.7176 8.338E-02
FS 27.00 - 57.00 46.0294 7.2007
EF 61.00 - 90.00 81.2941 5.9520
A0 2.00 - 3.10 2.7088 0.2927
LA 1.80 - 3.00 2.2324 0.4290
LVM 35.01 - 157.85 95.0418 29.4444
LVMI 23.34 - 108.82 61.1988 18.8395
RWT 0.30 - 0.45 0.3761 4.199E-02
BW 48.00 - 70.00 55.6029 7.1189
TB 153.00 - 180.00 163.4412 7.2329
BSA 1.42 - 1.77 1.5718 8.266E-02
Sumber : A.Ghanie. Parameter echo normal. Buku ajar Penyakit Dalam
Parameter normal
Parameter Normal Range Pt. Pop.

Fraction Shortening (%) 28-44 (mean 36) 208

Ejection Fraction (%) 64-83 (mean 74) 208

Stroke Volume (cc) 75-100 …

Cardiac Output (L/min) 4-8 …

Cardiac Index (L/min/m2) 2.8-4.2 (mean …


3.4)
circulation
Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan ekho 2-D pada pasien gagal
jantung, namun septum dan dinding belakang masih menunjukkan gerakan
normokinesis
Ekho M-mode dengan bimbingan ekho 2-D pada pasien gagal jantung, menunjukkan
dilatasi ventrikel kiri, gerakan septum dan dinding belakang hipokinesis.
Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan echo 2-D pada pasien
gagal jantung menunjukkan jarak puncak E dengan septum 1.96 cm.
Limitation of M-mode
 Can be used only in normal geometry and
symmetric function.
 under or overestimate of LV function in
Ventricle aneurysm, regional wall motion
abnormality, or interrogation not
perpendicular
2-D ECHO MODALITY

 2-D echo is superior in determining LV


size and function.
 Calculation of EF can be done by
simplified method from 3 separate minor
axis dimension at the base, mid, and
distal from apical view
 Simpson rule, one of the most common
use in measuring LV systolic function,
from the apical 2 or 4 chambers
Transthorakal Ekho 2-D pada pasien dengan infark jantung menunjukkan daerah
hipokinesis pada daerah basal & anterosptal
Transthorakal Ekho 2-D pada pasien dengan infark jantung anteroseptal menunjukkan
daerah yang hipokinesis pada daerah anteroseptal
Limitation of 2-D, Simpson

 Interogation of single plane of LV in certain


condition not represent LV function.
 From apical 2 or 4 chamber axis,
sometime the chamber foreshortened.
 Myocardial drop out of the apex
 Complete delineation of the endocardium
is often dificult, tissue harmonic modalities
can help
REGIONAL LV FUNCTION
 Wall motion analysis
 Myocardial strain, strain rate imaging
Regional Wall motion analysis
Transthorakal ekho 2-D menunjukkan aneurisma anteroseptal dan apek dengan
ejeksi fraksi area 6%
Doppler for LV Function
 The concepts is simple base on Time
velocity integral and cross sectional of
certain area, from which SV and COP
and CI can be measured.
 Left ventricular dP/dt, represent the rate
of increase in pressure in LV
Stroke Volume by Doppler
SV = D2 x 0.785 x TVI
SV = 2.42 x 0.785 x 19
= 86 cc

Stroke Volume by Doppler


Transthorakal Ekho dopler warna melalui mitral penderita Mitral regurgitasi,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai velositas 3 m/sec adalah 0.022 sec,
sehingga diperoleh data dP/dt 32:0.022 yaitu 1455
Clinical significance of the dP/dt in the
assessment of left ventricular systolic
function

Left Ventricular dP/dt Value Time taken for LV


Systolic Function (mm Hg/sec) to generate 32 mm
Hg
Normal > 1,200 < 0,027sec (27 ms)
Mild- 800 – 1,200 0.027 – 0.040 sec
moderatedysfunction (27 ms – 40 ms)
Severe dysfunction < 800 > 0.040 sec (40 ms)
sumber: Nishimura, R.A. and Tajik, A.J.: Quantitative hemodynamics by Doppler
Echocardiography : A noninvasive alternative to cardiac catheterization. Progress in
Cardiovascular Disease 4: 332, 1994.
Dopler jaringan dari annulus mitral
SUMMARY
 The role of echo with different modalities in assessing
LV systolic function had been documented
 Ejection Fraction, fractional shortening stroke
volume,and cardiac out put are routine parameters in
detecting LV systolic function, and can be performed
in a simple echo machine.
 Certain parameters such as RWM scoring, tissue
strain, and tissue doppler are rather specific
procedure with the necessity of advanced machine
and technology.
Ringkasan

 Fraksi ejeksi, fraksi pendekan, isi sekuncup,


curah jantung, merupakan parameter rutin
dalam pemeriksaan fungsi sistolik ventrikel
kiri, dan dapat dilakukan umumnya pada
mesin ekho yang sederhana.
 beberapa parameter seperti skoring
gerakan dinding, strain miokard, dopler
jaringan dan merupakan pemeriksaan
khusus membutuhkan pendalaman lebih
lanjut, dan memerlukan mesin ekho yang
lebih canggih serta mahal.
INTRODUCTION

 Most acquired or congenital


cardiac disease are associated
with systolic or diastolic LV
dysfunction
 Asessement For SV provide a
valuable prognostic information
 Should be a rutin procedure in
General principles

 Linear measurement from the M-mode for


LV dimension during systole and diastole
and EF and FS
 With the 2-D echo, area, volume, SV,
COPcould be measured
 Doppler, intra cardiac blood flow, systolic
flow measurement made possible.
 Advanced Echo, tissue doppler, strain rate,
sophisticated procedure for LV function
M-MODE ECHO

 Linear measurement of minor


axis dimension from M-mode
 Mostly guided by 2-D echo
 Resolution for precise timing is
superior, but Visualization of
entire LV is poor
Linear measurement of
LV and function
 End diastolic diameter (EDD)
 End systolic diameter (ESD)

 Fractional shortening (FS)

 Ejection fraction (EF)

 Cubed LV volume in diastole


(EDD)3
 Cubed Lv volume is systole (ESD)3
diagram
Gambar M-mode normal
Gambar M-mode basis vent

Gambar 3. Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan


echo 2-D pada potongan basis jantung pada
orang normal, terlihat gerakan basis jantung pada
saat systole menebal sampai 1.79 cm
Parameter ekho normal laki-laki ( n
= 79)
Parameter echo Range Mean SD
EDD 3.10 – 4.90 4.02 0.4580
ESD 1.50 – 3.30 2.069 0.3799
IVS 0.70 – 1.00 0.844 0.07
PW 0.70 – 0.90 0.772 0.078
FS 28.0 - 58.0 48.25 7.93
EF 63.0 - 90.0 80,307 4.07
A0 2.20 – 3.60 2.867 0.245
LA 1.70 – 3.00 2.217 0.412
LVM 53.53 - 177.41 106.087 29.5619
LVMI 36.42 - 101.12 67.4192 17.5942
RWT 0.23 – 0.53 0.388 0.05326
BW 47.0 - 72.00 59.33 8.033
H 154.0 - 179.0 163.359 5.98
Sumber : BSA
A.Ghanie. Parameter echo normal.
1.34Buku ajar Penyakit Dalam1.6213
– 1.80 0.1042
Paremeter ekho normal pada wanita
(n = 79)
Parameter ekho Range Mean SD
EDD 3.20 - 4.60 3.9353 0.3549
ESD 1.50 - 3.30 2.1324 0.3607
IVS 0.60 - 1.00 0.8147 8.214E-02
PW 0.50 - 0.90 0.7176 8.338E-02
FS 27.00 - 57.00 46.0294 7.2007
EF 61.00 - 90.00 81.2941 5.9520
A0 2.00 - 3.10 2.7088 0.2927
LA 1.80 - 3.00 2.2324 0.4290
LVM 35.01 - 157.85 95.0418 29.4444
LVMI 23.34 - 108.82 61.1988 18.8395
RWT 0.30 - 0.45 0.3761 4.199E-02
BW 48.00 - 70.00 55.6029 7.1189
TB 153.00 - 180.00 163.4412 7.2329
Sumber :BSA
A.Ghanie. Parameter echo normal.
1.42Buku ajar Penyakit Dalam1.5718
- 1.77 8.266E-02
Parameter normal

Parameter Normal Range Pt. Pop.


Fraction Shortening (%) 28-44 (mean 208
36)
Ejection Fraction (%) 64-83 (mean 208
74)
Stroke Volume (cc) 75-100 …
Cardiac Output (L/min) 4-8 …
Cardiac Index 2.8-4.2 (meancirculation

(L/min/m2) 3.4)
Abnormal M=mode gb 1a,b

Gambar 1.a.Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan ekho 2-D


pada pasien gagal jantung, namun septum dan dinding
belakang masih menunjukkan gerakan normokinesis
Gambar 1b. Ekho M-mode dengan bimbingan ekho 2-D pada pasien
gagal jantung, menunjukkan dilatasi ventrikel kiri, gerakan
septum dan dinding belakang hipokinesis.
Indirect marker, gb EPSS, aorta
closure

Gambar 4. Transthorakal Ekho M-mode dengan bimbingan


echo 2-D pada pasien gagal jantung menunjukkan
jarak puncak E dengan septum 1.96 cm.
Limitation of M-mode

 Can be used only in normal


geometry and symetric function.
 under or overestimate of LV
function in Ventricle aneurysm,
regional wall motion
abnormality, or interogation not
perpendicular
2-D ECHO MODALITY
 2-D echo is superior in determining LV
size and function.
 Calculation of EF can be done by
simplified method from 3 separate minor
axis dimension at the base, mid, and
distal from apical view
 Simpson rule, one of the most common
use in measuring LV systolic function,
from the apical 2 or 4 chambers
Gambar 6a. Transthorakal Ekho 2-D pada pasien dengan infark jantung
menunjukkan daerah hipokinesis pada daerah basal dan
anterosptal.
Gambar 6b.Transthorakal Ekho 2-D pada pasien dengan infark jantung
anteroseptal menunjukkan daerah yang hipokinesis pada
daerah anteroseptal
A. Ekhokardiografi 2-D potongan apeks 4 ruang dimana terlihat ventrikel kiri (LV),
serambi kiri (LA), ventrikel kanan (RV), serambi kanan (RA), septum ventrikel (IVS),
septum atrial (IAS)
B. Ekhokardiografi 2-D potongan apeks 5 ruang sama sepertigambar A dengan tambahan
aorta (Ao)
Limitation with 2-D,
Simpson
 Interogation of single plane of LV in
certain condition not represent LV
function.
 Improper apical 2 or 4 chamber axis.
 Myocardial dropout of the apex
 Delineation of the endocardium
sometimes not clear , oleh karena itu
dapat dibantu dengan tissue harmonic
imaging atau ekho kontras
Magnetic Resonance
Imaging

Anda mungkin juga menyukai