Anda di halaman 1dari 15

SENGKALAN

Secara etimologi sengkalan berasal dari kata


“sangkala+an kemudian menjadi sangkalaan, kemudian
menjadi sangkalan. Sangkala kemudian menjadi
sengkalan. Sangkala adalah nama orang, yaitu ajisaka
ketika masih muda (Bratakesawa, 1962). Sengkalan
adalah angka tahun yang tidak ditampilkan dalam bentuk
angka tetapi diganti dengan kata-kata atau gambar.
Kalau angka tahunnya itu diganti dengan kata-kata,
sengkalannya disebut sengkalan lamba. Sebaliknya jika
kata-katanya diganti dengan gambar disebut sengkalan
memet (Dhanu Priyo Prabowo, dkk.2007: 281).
Fungsi sengkalan
 Memperingati lahir atau meninggalnya seorang
raja.
 Memperingati berdirinya sebuah rumah atau
bangunan.
 Memperingati berdiri atau jatuhnya suatu
kerajaan.
 Memperingati perkawinan.
 Dan lain-lain dalam peristiwa yang dianggap
penting
JENIS SENGKALAN
1. MENURUT UJUDNYA
a. Sengkalan lamba ialah sengkalan yang berujud
kelompok kata dan kalimat.

b. Sengkalan memet ialah sengkalan yang tidak


diujudkan dalam bentuk kelompok kata dan
kalimat, tetapi dalam bentuk lukisan, symbol,
benda, bahkan sebuah bangunan, merupakan
sebuah sengkalan
2. MENURUT TAHUN
a. Candra sengkala ialah penyebutan angka
tahun jawa berdasarkan perhitungan bulan
dengan cara menggabungkan kata-kata
menjadi frasa yang mengandung arti
(chronogram).
b. Surya sengkala ialah sengkalan yang dipakai
dalam penulisan angka tahun matahari.
CARA MEMBUAT SENGKALAN
 Dasanama atau guru jarwa, yaitu kata-kata yang
sama artinya atau dianggap sama, misal ratu,
narendra, nata, katong, pamase, aji. Semua kata-
kata tersebut bernilai satu.
 Guru sastra, yaitu kata-kata yang sastranya atau

penulisannya sama, nilainya juga sama, misal


esthi yang berarti gajah sama dengan esthi yang
berarti niat atau pikir, nilainya sama yaitu
delapan.
 Guru wanda, yaitu kata yang mempunyai suku

kata yang sama, nilainya dianggap sama, misal


wanita nilainya sama dengan kata wani, kata buja
nilainya sama dengan kata bujana
 Guru warga, yaitu kata-kata yang menjelaskan/menerangkan
nama bangsa/golongan yang sama, misal ular, buaya, kura-
kura, tokek, cicak, kadal termasuk golongan hewan
rumangkang/reptile, nilai semua sama, yaitu delapan.

 Guru karya, yaitu tambahnya suatu kata dianggap sama


nilainya dengan kata tersebut, misal tangan nilainya sama
dengan memegang, mata sama artinya dengan kata melihat.

 Guru sarana, yaitu nama alat yang digunakan untuk


menunjukkan suatu kata benda, nilainya dianggap sama
dengan kata itu, misal lidah dan rasa sama nilainya yaitu enam
 Guru darwa, disebut juga kata yang
menerangkan keadaan yaitu kata keadaan atau
sifat dari suatu kata benda nilainya dianggap
sama dengan kata benda tersebut, misal kata
galak nilainya sama dengan kata danawa
(nilainya lima), panas nilainya sama dengan api
(nilainya tiga).
 Guru jarwa, yaitu kata-kata yang keterangannya
sama atau hamper sama maka nilainya juga
sama, misal kata rasa sama dengan raras, basu
CONTOH KATA DAN NILAINYA
 Bernilai 1

Kata-kata yang bernilai satu bisa dihubungkan dengan sesuatu/barang

yang jumlahnya hanya satu dan bentuknya bulat. Misal: Tunggal, gusti,

sujanma, semedi, badan, nabi, rupa , maha, budha, niyata, luwih,

pamase, wong, buweng, rat, surya, candra, kartika, bumi, wiji, urip, eka,

prabu, Kenya, nekung, raja, putra, paksi, dara, tyas, wungkul, sudira

budi, jagad, hyang, nata dan lain sebagainya

 Bernilai 2

Kata yang bernilai dua bisa dihubungkan dengan sesuatu yang jumlahnya

dua, misalnya asta, kalih, dwi, nyembah, netra, kembar,mandeng, swiwi,

lar, gandheng, paksa, apasang, talingan, tangan, karna, bau, suku, mata,

paningal, buja, bujana.


 Bernilai 3
Kata yang bernilai tiga dapat dihubungkan dengan api
atau yang disebabkan oleh api, misalnya: bahmi, tiga,
tri, kaeksi, murub, dahana, kukus, api, brama, agni,
pawaka, kobar,
 Bernilai 4
Kata yang bernilai empat dapat dihubungkan dengan air
atau kata-kata yang berhubungan dengan pekerjaan,
seperti: catur, pat, warih, tirta, papat, toya, keblat, her,
wening, udan, bun, tirta, sumber, sumur, jalanidhi,
samodra, wedang
 Bernilai 5
Kata yang bernilai lima dapat dihubungkan
dengan nama-nama Gandarwa (raseksa), panah
atau angin. Selain itu, tentunya dengan sesuatu
yang jumlahnya lima, seperti: Pandhawa, lima,
indriya, astra, lungit, sare, guling, raksasa, diyu,
buta, yaksa, yaksi, jemparing, cakra, bayu, bajra,
samirana, maruta, angin, barat, panca, marga,
margana
 Bernilai 6
Kata-kata yang bernilai enam dapat
dihubungkan dengan sesuatu yang punya arti
hewan berkaki enam, kayu, dan bergerak, misal:
Rasa, nem, kayu, kajeng, nenem, Madura, gula,
gendhis, hartati, wreksa, sad, wayang, winayang,
ilat, kilat, lidhah, manis, anggana
 Bernilai 7
Kata-kata yang bernilai tujuh dapat dihubungkan
dengan Pandhita, gunung, kuda dan kendaraan
(hewan), misalnya: Sapta, prabata, acala, giri, ardi,
prabata, imawan, pitu, pandhita, resi, sogata, wiku,
yogi, swara, dwija, wulang, weling, wasita, turangga,
kuda, kapal, titihan, aswa, swa, ajar, arga, sabda,
biksu, muni
 Bernilai 8
Kata-kata yang bernilai delapan dapat dihubungkan
dengan kata-kata Brahmana, gajah, dan kewan
rumangkang (reptile). Misal: Astha, wolu, basuki,
slira, murti, bujangga, manggala, taksaka,
menyawak, tekek, dwipa, dwipangga, gajah, liman,
dwiradam liman, esthi, matengga, bajul, brahmana,
baya, bebaya, sarpa,ula, naga
 Bernilai 9

Kata-kata bernilai Sembilan dapat dihubungkan dengan kata

dewa dan barang-barang yang berlubang, misalnya: Nawa,

bolong, dwara, pintu, lawang kori, bedhah, wiwara, gapura,

rong, trus, trustha, trusthi,, butul, Dewa, sanga, manjing,

arum, ganda, kusuma, guwa, menga, ambuka, gatra, wangi,

wadana.
 Bernilai 0

Kata-kata bernilai nol dapat dihubungkan dengan sesuatu yang berarti

tidak ada, berarti tinggi, langit/angkasa, misal: Musna, mletik,sirna,

ilang, kombul, awing-awang, mesat, muluk, gegana, tumenga,, luhur,

suwungm sonya, ruri, tebih, adoh, swarga, rusak, walang, pejah, akasa,

tawang, oncat, windu, surud, sempal.


Contoh-contoh sengkalan
a. Sengkalan lamba
 Sirna ilang kertaning bumi

0 0 4 1 = 1400

Tahun 1400 menandakan mulai runtuhnya


kerajaan Majapahit
b. Sengkalan memet

Ganesha Inapit Mong Anahut Surya.

Sengkalan memet tersebut menggambarkan


Ganesya yang dikelilingi dua ekor harimau
sedang menggigit matahari. Sengkalan ini
NUWUN
SURAKARTA
BUDA CEMENGAN
08 SAPAR 1947 ALIP
PRANATA MANGSA KANEM
WUKU SUNGSANG, WINDU KUNTHARA
KURUB SALSANGIYAH
SINENGKALAN
BRAMA SEMEDI MUSNA ING NETRA

Anda mungkin juga menyukai