Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF FEMINIS DI MEDIA

Muhammad Noor Hidayat MIKom


 Feminisme liberal
 Feminisme radikal
 Feminisme sosialis
 Feminisme psikoanalisis

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Liberal
 Prinsip liberal secara umum mengenai kebebasan (liberty) dan
kesamaan (equality) seharusnya juga diaplikasikan pada wanita
 Kesamaan hak atau feminisme reformis
 Mengubah legislasi, program affirmative action, mendorong wanita
untuk mengambil peran dan pekerjaan non tradisional,
mengembangkan kualitas maskulin untuk mendapatkan kekuasaan
 Inti analisis media feminis liberal pada:
 Stereotipi peran seks
 Preskripsi perilaku seks yang layak
 Penampilan
 Kepentingan
 Keahlian
 Persepsi diri

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Liberal
 Temuan penelitian analisis isi media kuantitatif
 Wanita sulit untuk muncul di media
 Seandainya muncul wanita digambarkan sebagai istri, ibu, anak perempuan,
kekasih yang sedang melakukan pekerjaan tradisional seperti sekretaris,
perawat, resepsionis atau menjadi objek seks
 Biasanya muda dan cantik tapi tidak cukup cerdas
 Temuan penelitian eksperimen (psikologi kognitif)
 Mendukung hipotesis bahwa media sebagai agen sosialisasi bersama-sama
dengan keluarga mengajarkan anak-anak peran seks khusus yang layak dan
secara simbolik memberi penghargaan pada mereka ketika berperilaku seperti
itu
 Media mengabadikan stereotipi peran seks karena stereotipi tersebut
mencerminkan nilai-nilai sosial dominan dan karena produser media
dipengaruhi oleh stereotipi tersebut
 Solusi
 Wanita harus mendapatkan peran lebih setara/ sama dalam masyarakat
 Memasuki bidang yang didominasi pria dan berusaha mendapatkan kekuasaan
MATERI MEDIA & GENDER
SUNARTO - 2005
Feminisme Liberal
 Implikasi
 Isi media menggambarkan pria dan wanita melakukan peran-peran non tradisional
 Bahasa media tidak seksis lagi
 Pengajaran profesi non seksis di sekolah jurnalisme
 Menciptakan kesadaran di kalangan penyiar dan jurnalis menegnai stereotipi dan
efeknya
 Memberikan tekanan konsumen pada institusi media, terutama pada pengiklan
 Menuntut kebijakan affirmative action pada institusi media
 Konsekuensi
 Jumlah pekerja media wanita meningkat
 Peningkatan kuantitatif pekerja wanita di AS diikuti dengan penurunan status dan gaji
dalam bidang media
 Kesalahan asumsi
 Strategi mengajarkan dan menumbuhkan kesadaran produser media (pria) dari dalam
melalui profesional media wanita tidak memperhatikan struktur sosial-ekonomi dan relasi
kekuasaan bahwa para pekerja media pria itu pun mempunyai kepentingan dalam
menjaga kekuasaan mereka atas wanita

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Radikal
 Wacana patriarki (sebuah sistem sosial yang mengasumsikan bahwa
semua pria mendominasi dan menindas semua wanita) digunakan
untuk menjelaskan posisi wanita di masyarakat
 Patriarki muncul didasari oleh penggunaan kekuatan fisik pria untuk
mendominasi wanita
 Menangani isu tentang pelecehan pria atas wanita dan mempolitisasi
persoalan2 yang dianggap pribadi: kekerasan seksual, pemukulan
istri, inces, pornografi, turisme seksual, dan perdagangan wanita
 Pria tidak mendapatkan posisi dalam aliran ini. Dalam rangka
membebaskan diri dari pria wanita harus memutuskan semua ikatan
dengan pria dan masyarakat pria dan membentuk komunitas sendiri
 Lesbianisme merupakan pilihan politik aliran ini

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Radikal
 Aplikasi
 Media dijalankan oleh pemilik dan pekerja pria, maka media akan bekerja untuk
kepentingan masyarakat patriarkis.
 Fokus utama media adalah pornografi (pornography exists because men despise
women, and men despise women because pornography exists)
 Solusi
 Wanita harus menciptakan medianya sendiri
 Implikasi
 Media dikelola wanita tidak rentan pada konflik internal (perbedaan kekuasaan,
perbedaan pandangan dan kepentingan)
 Ketidakmampuan media wanita menarik pembaca dan khalayak di luar kaum feminis
 Klaim untuk informasi dan mobilisasi khalayak yang lebih besar tidak dapat dipenuhi
 Media hanya menjalankan fungsi ritual belaka
 Konsekuensi
 Media wanita tidak bisa berkembang
 Kaum feminis (wanita) makin terisolasi

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Sosialis
 Tidak memfokuskan pada gender untuk menjelaskan posisi
wanita di masyarakat, tapi mencoba untuk menggabungkan
analisis klas dan kondisi ekonomi wanita juga
 Konsep sentral
 Reproduksi tenaga kerja
 Nilai ekonomik dari tenaga kerja domestik
 Berbagi pandangan dengan feminisme liberal dalam
memperjuangkan tenaga kerja yang dibayar untuk wanita
 Mencoba juga untuk menggabungkan dengan persoalan
etnisitas, preferensi seksual, usia, kemampuan fisik
 Ideologi menjadi objek utama dari aliran ini dengan
pengaruh kuat dari Althuserr (media sebagai salah satu
aparatus ideologi) dan Gramsci (hegemoni)
MATERI MEDIA & GENDER
SUNARTO - 2005
Feminisme Sosialis
 Aplikasi
 Media diyakini menjadi instrumen ideologi dengan menampilkan masyarakat
patriarkal dan kapitalis sebagai tatanan yang natural
 Kebanyakan risetnya memfokuskan pada analisis ideologi dalam teks media
dengan menggunakan instrumen strukturalisme dan semiologi
 Solusi
 Reformasi arus utama di media dan memproduksi media feminis tersendiri
 Implikasi
 Adanya kesadaran bias klas menengah pada strategi tersebut
 Perlunya juga dilakukan perubahan struktural organisasi media
 Konsekuensi
 Kelompok penekan dari Belanda untuk jurnalis feminis cukup berhasil dalam
kampanye mereka untuk kebijakan affirmative action di jurnalistik melalui
kemungkinan kerja paruh waktu, parental leave, dan fasilitas penjagaan anak di
kantor surat kabar

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Feminisme Psikoanalisis
 Mengeksplorasi perbedaan pria dan wanita berdasarkan
esensial biologis
 Menempatkan perbedaan pria dan wanita dalam struktur
berbeda pada genital pria dan wanita sebagaimana
ditunjukkan dalam struktur naratif linier sebagai sebuah
ekspresi maskulin: tujuan yang berorientasi seksual
 Feminis Perancis banyak mempengaruhi kajian film dan
sastra, tetapi jarang dalam kajian media massa
 Solusi yang ditawarkan bukan menarik diri dari budaya
patriarkal, tetapi menciptakan ruang baru dan sah untuk
suara feminin
 Orientasi pada proses.

MATERI MEDIA & GENDER


SUNARTO - 2005
Kritik
 Feminisme liberal
 Mengasumsikan pekerja media pria (menurut feminisme radikal
atau kapitalis menurut feminisme sosialis) tidak mempunyai
kepentingan untuk tetap mempertahankan kekuasaan mereka
atas wanita.
 Menjadikan wanita sebagai “Superwomen”
 Feminisme radikal
 Keyakinan ilusif bahwa apabila wanita berkelompok dengan
sesama wanita, sebagai orang yang lebih baik dibanding pria,
akan dapat bekerjasama tanpa kompetisi, hirarki, spesialisasi, dan
menghasilkan karya dari sumber esensial feminitas yang sama
 Feminis sosialis
 Menggabungkan konsep ideologi patriarkal dalam analisis marxis
pada posisi wanita tanpa mengadopsi landasan esensialis
MATERI MEDIA & GENDER
SUNARTO - 2005

Anda mungkin juga menyukai