Anda di halaman 1dari 45

Pemeriksaan Diagnostik kegawatdaruratan sistem persyarafan

By; Hidayah, S.Kep, Ners

Pemeriksaan diagnostik Kedaruratan sistem persyarafan


Pemeriksaan

fungsi neurologi Ro foto kepala 3 posisi CT(computed tomografi) scan (efektif dlm evaluasi jar lunak, menentukan lesi otak dan menentukan tindakan sljtnya) Angiography Echoencepalography

A. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran cara AVPU / GCS : A = alert. V = respon terhadap rangsangan verbal. P = respon terhadap rangsangan nyeri. U = tidak ada respon. 2. Pupil : 1. Ukuran. 2. Reaksi cahaya.

B. Elektro Encephalografi (EEG)


1.

Pengertian Adalah suatu cara untuk merekam aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh.

Hasil EEG dalam siklus tidur

2. Dasar-dasar/prinsip kerja

Dengan elektroda yang ditempelkan pada berbagai daerah tengkorak, potensial permukaan otak direkam. Perekaman ini berlangsung terus-menerus untuk beberapa menit. Tegangan yang tercatat pada kertas yang bergerak berupa gelombanggelombang. Dengan memasang 16 elektroda pada tengkorak aktivitas seluruh otak dapat direkam dan diselidiki. Tegangan otak sebesar 50 mikrovolt agar dapat direkam harus diperkuat sampai satu juta kali, oleh karena itu aliran listrik dari sumber lain seperti gerakan otot kepala atau generator listrik juga ikut tercatat (atrefak).

Lanjutan
Seluruh

korteks serebri merupakan medan listrik yang diproduksi pada ujung-ujung dendrit. Tegangan potensial neuron pada setiap waktu berbeda sehingga potensial dendrit juga berubah-ubah. Fluktuasi ini yang tecatat pada kertas EEG.

3. Macam-macam EEG

Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang mencerminkan adanya gaya listrik yang diproduksikan pada ujung-ujung dendrit, sebagai fenomena potensial aksi neuron-neuron yang disalurkan ke dendrit-dendrinya di korteks serebri. Potensial neuron pada setiap waktu berbedabeda sehingga potensial dendrit pada korteks selalu berubah-ubah juga. Fluktuasi nilah yang tercatat pada kertas EEG.

Lanjutan

Dari sekian banyak fluaksi, maka dapat dibedakan menurut frukuensinya dan menurut pola gelombangnya. a. Empat gelombang menurut frukuensinya : 1) Glb Alfa, bersiklus 8 -13 perdetik 2) Glb Beta, bersiklus lebih dari 13 perdetik 3) Glb Teta, bersiklus 4-7 perdetik 4) Glb Delta, bersiklus kurang dari 4 perdetik

Lanjutan.
b. Fluktuasi potensial otak menurut pola gelombang Glb lama, mucul sebagai gelombang positif dekat lobus oksipitalis terutama jika mata menatap sesuatu dengan penuh perhatian Glb tidur, sekelompok gelombang dengan frekuensi 10-15 siklus perdetik yang hilang pada waktu tidur dangkal, berbentuk spindel Kompleks K, pola gabungan yang terdiri dari satu atau beberapa gelombang lambat terbaur dengan gelombang-gelombang berfrekuensi cepat, timbul karena ada rangsangan sewaktu tidur dangkal. Gelombang verteks, pola gelombang berbentuk jarum, bila teral simetrik di daerah para sagital, antara daerah pre dan post sentral, sering muncul bersama kompleks K pada waktu tidur dangkal

Lanjutan

Untuk memberi gambaran yang lebih jelas dan dapat membedakan gelombang yang fisiologis dan patologis, maka berikut ini akan diberikan gambaran gelombang pathologis Terdapat lima gelombang pathologis, yaitu : 1) Gelombang runcing (Spike) yaitu gelombang yang runcing dan berlalu cepat (kurang dari 60 milidetik) sering ia muncul secara polifasik, yaitu dengan defleksi ke atas kebawah secara berselinagan. 2) Gelombang tajam (sharp wave) yaitu gelombang yang meruncing tetapi berlalu lebih lama dari 60 mili detik. Juga gelombang tajam timbul secara polifasik.

Lanjutan..

3) Gelombang runcing (spike wave) ialah kompleks yang terdiri dari gelombang runcing yang langsung disusul oleh gelombang lambat. Kompleks tersebut muncul dengan frekuensi 3 spd secara teratur, sinkron bilateral dan hilang secara tiba-tiba. 4) Gelombang runcing multiple ialah ledakan dari sejumlah gelombang runcing yang bangkit selaki atau berkali-kali dan biasanya disusul oleh gelombang lambat. 5) Hypsarithmia ialah kompleks yang terdiri dari gelombang lambat yang bervoltase tinggi dan iramanya tidak teratur diman berbaur gelombang runcing dan tajam.

4. Indikasi Pemasangan
a) Penderita dicurigai atau dengan epilepsi b) Membedakan kelainan otak organik c) Mengidentifikasi infark pembuluh darah atau adanya lesi (Tumor, hematom, abses) d) Diagnosa retardasi mental atau over dosis obat e) Menentukan kematian jaringan otak

a. Persiapan pasien
1. Penyuluhan Kesehatan Penderita diberitahu hal-hal yang akan dilakukan. EEG akan dikerjakan di ruangan yana aman (Laboratory diagnostic) oleh tekhnisian EEG. Di dalam ruang penderita akan dipasang elektroda sebanyak 16-24 denagn pasta. Elektroda yang kecil tersebut akan dihubungkan dengan mesin EEG. Tunjukan melalui gambar atau video casste bila memungkinkan. Menganjurkan kepada pasien untuk membebaskan rasa gelisa selam 45-60 menit, pemasangan alat bukan merupakan alat yang berbahaya.

Lanjutan.
Melakukan pendekatan kepada pasien untuk mengurangi kemungkinan terjadinya stres, kecemasan atau gemetara akibat pemasangan elektroda. Menjelaskan kepada pasien bahwa pada waktu pemeriksaan harus dalam keadaan relaksasi sempurna, duduk atau tiduran dengan tanpa getaran sedikitpun sehingga mendapatkan hasil yang baik. Anjurkan pasien untuk mengikuti perintah petugas selama prosedur, antara lain : Hyperventilasi selama 3-5 menit Usahakan untuk tetap dapat menutup mata

Lanjutan
II. Fisik Obat-obatan seperti depresan susunan saraf pusat (Alkohol atau tranqualizer) atau stimulan tidak diberikan selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan, karena akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas listrik otak. Dokter akan memberikan instruksi untuk pemberian anti konvulsi bila perlu 24-48 jam sebelum tindkan. Cairan yang mengandung cefein seperti copi, coklat dan teh tidak diberikan selama sebelum tindakan dilakukan. Rambut harus bersih, bebas dari spray,minyak,lotion dan hair fastener. Pasien harus makan pagi sebelum dilakukan pemeriksaan, karena hypoglikemia menyebabkan ketidak normalan potensial listrik.

Lanjutan
b. Pelaksanaan 1. Posis pasien berbaring, ciptakan suasana sedemikian rupa sehingga nyaman bagi pasien. 2. Petugas EEG menempelkan 16-24 elektroda pada lokasi yang spesifik pada kulit kepala serta menghubungukannya melalui kawat peghubung ke mesin/alat EEG. 3. Pencetakan garis dasar (Gambar dasar) dihasilkan mengikuti 3 urutan pemeriksaan yaitu hyperventilasi, stimulasi photic dan tidur.

Lanjutan
Hyperventilasi : Pasien dianjurkan untuk melakukan hyperventilasi dengan cara mengambil nafas 30-40 nafas melalui mulut setiap menitnya selama 3-5 menit. Perlu diingat kenaikan pH serung (kira-kira 7,8) akan menaikan rangsangan neuron dan akan menyebabkan serangan aktifitas pada pasien epilepsi. Photic Stimulasi : Cahaya yang silau difokuskan ke pasien diman pasien di anjurkan untuk menutup matanya. Stimulasi ini akan menyebabkan aktivitas serangan bagi pasien yang mempunyai kecenderungan mendapat serangan. Tidur : Pasien dianjurkan untuk tidur. Jika pasien tidak bida tidur daat diberikan hipnotik yang bekerjanya cepat. Hasil perekaman dari aktivitas listrik tersebut diinterprestasikan oleh neurologi.

Lanjutan.
c. Setelah Tindakan Bersihkan dan cuci rambut pasien Ciptakan lingkungan yang tenang sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang Berikan posisi tidur yang baik dan perhatikan pernafasan pasien teruama yang menggunakan obat hypnotik. Observasi aktivitas/kejang bagi pasien yang cenderung untuk mendapatkan serangan kejang.

B. Computerized Axila Tomografi (CT Scan)


CT

Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

Lanjutan.
Pemeriksaan

ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu : Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses. Perubaan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark. Brain atrofi. Hydrocephalus Inflamasi

Hal-hal yang diperhatikan sebelum pemeriksaan

berat badan klien dibawah 145 Kg ( pertimbangan tingkat kekuatan scanner) Kesanggupan klien untuk tidak mengadakan perubahan selama 20-45 meni (berkaitan dg lamanya pemeriksaan) Kaji kemungkinan klien alergi terhadap iodine, sebab akan disuntik dg zat kontras berupa iodine based contras material sebanyak 30 ml

a. Prinsip kerja

Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdipensiasi. Pencatatan ini dilakukan dengan mengkoordinasikan tiga pesawat detektor, dua di antaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satunya berfungsi sebagai detekotor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilkukan menurut proteksi dari tiga titik, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.

b. Penatalaksanaan
1. Persiapan pasien Pasien harus diberitahu sebaiknya dengan keluarga. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu berikan gambaran dengan mengunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengrtian pada pasien dengan demikian mengurangi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi : Kekuatan untuk diam ditempat (dimeja scanner) selama 45 menit. Melakukan pernafasan dengan aba-aba (untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya) saat dilakukan pemeriksaan. Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.

Lanjutan..

Penjelasan kepada klien bahwa setelah dikakukan injeksi zat kontras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan , dan hal ini merupakan hal yang normal reksi dari obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodene. Apa bila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan anlgetic dan bila pasien merasa cemas dapat di berikan minor transqualizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikelabang dan tidak memakai wig.

c. Prosedur

1. Posisi telentang dengan tangan terkendali. 2. Meja elektronik masuk kedalam alat scanner 3. Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan. 4. Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 2-45 menit. 5. Pengambila gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer. 6. Selam prosedur berlangsung parawat harus menemani pasien dari luar dengan meakai protektif lead approan. 7. Sesudah pengambilan gambar pasien dirapikan.

Lanjutan
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1. Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi lergi dapat diberikan benadry 50 mg. 2. Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung. 3. Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tinda lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala ganguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.

Angiografi
Pengertian Melihat secara langsung sistem pembuluh darah otak. Zat kontras dimasukkan melalui arteri. Biasanya pada arteri carotis dan arteri vertebra, atau mungkin juga pada arteri brchialis dan arteri femoralis

Lanjutan.
Angiografi dapat mendeteksi : sumbatan pada pembuluh darah cerebral seperti pada stroke Anomali congenital pembuluh darah Pergeseran pembuluh darah yang mungkin mengindikasikan SOL (Space Ocupaying Lession) Malformasi vaskuler, seperti pada aneurisma atau angioma

Persiapan Pasien

Menciptakan rasa aman dan nyaman pada diri klien. Persiapan ini meliputi : Menjelaskan prosedur pelaksanaan, sensasi yang terjadi (rasa terbakar saat penyuntikan zat kontras yang lama kelamaan akan menghilang) Hal yang perlu dilakukan setelah tindakan dilakukan Surat izin tindakan telah ditandatangani klien

Komplikasi

Hematom pada daerah suntikan. Dapat dicegah dengan melakukan balut tekan pada daerah suntikan Keracunan zat kontras. Dapat dicegah dengan pemberian anti alergi sesuai program

Setelah prosedur

observasi tanda-tanda vital setiap jam sampai kondisi stabil Kompres es pada daerah suntikan untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengurangi/mencegah hematom Klien tidur terlentang tanpa bantal selama 24 jam. Jika penyuntikan dilakukan pada daerah femoralis, tungkai harus tetap lurus selama 6-8 jam Catat perubahan-perubahan neurologi setelah tindakan angiografi.

Lumbal Pungsi
Pengertian Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah lumbal

Tujuan

Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan therapi

Indikasi
a. Untuk diagnostik 1. kecurigaan meningitis 2. Kecurigaan perdarahan sub arachnoid 3. Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi 4. Evaluasi hasil pengobatan b. Untuk Therapi 1. Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal 2. Pemberian anesthesi spinal 3. Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

a. Persiapan
1. Persiapan pasien a.Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut b.Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi. c.Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Lanjutan.
b. Persiapan Alat Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong. Tabung reaksi tiga buah Bengkok Pengalas Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya Plester dan gunting Manometer Lidokain/Xilocain Masker. Gaun, tutup kepala

Prosedur pelaksanaan

Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest) Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah interspinosus yang telah ditentukan. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan duk penutup.

Lanjutan..

Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan periosteum Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan subkutis. Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar. Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar cairan. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer pemantau tekanan, normalnya 60 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahanlahan. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.

Lanjutan..

Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun dalam waktu 30 detik.

Lanjutan

Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.

Cara penilainnya adalah sebagai berikut:

( - ) Cincin putih tidak dijumpai ( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok tetap putih ( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi opolecement (berkabut) ( +++ )Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan menjadi keruh ( ++++ )Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air. cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.

Lanjutan.

Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

Setelah Prosedur

Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 4 jam Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.

Komplikasi

Herniasi Tonsiler Meningitis dan empiema epidural atau sub dural Sakit pinggang Infeksi Kista epidermoid intraspinal Kerusakan diskus intervertebralis

Anda mungkin juga menyukai